Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan

KAJIAN KARBON DAN HARA TANAH GAMBUT AKIBAT ALIH FUNGSI LAHAN GAMBUT DI KALIMANTAN BARAT Nusantara, Rossie Wiedya
PedonTropika Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : PedonTropika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.313 KB)

Abstract

Alih fungsi hutan alami menjadi lahan pertanian, perkebunan dan hutan produksi dapat mengancam keberadaan ekosistem gambut alami dan berdampak terhadap lingkungan. Kerusakan lahan gambut terbesar terjadi melalui drainase dalam dan pembakaran tak terkendali. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan-perubahan hara dan C-organik tanah gambut akibat alih fungsi lahan. Lokasi kajian merupakan lahan gambut di Kabupaten Kubu-Kalimantan Barat dan terdapat 5 (lima) tipe gambut, yaitu hutan gambut primer (HP), hutan gambut sekunder (HS), semak belukar (SB), kebun sawit (KS) dan  kebun jagung (KJ). Analisis sampel tanah meliputi Nitrogen-total, Posfor-tersedia, Kalium-dd, Carbon organik tanah dan kadar abu.Hasil penelitian menunjukkan bahwa alih fungsi lahan dari hutan alami menjadi lahan pertanian dan semak belukar dan pengelolaan lahan menyebabkan penurunan P-tersedia (53,7%), K-dd (80,6 %), N-total (30,9%), C-organik (4,4%) dan peningkatan kadar abu tanah (81,5%). P-tersedia tanah gambut pada HP lebih tinggi daripada HS, KS, KJ, SB. K-dd pada HP lebih tinggi daripada SB, HS,KJ, KS. N-total pada HS lebih tinggi daripada SB, HP, KS, KJ. C-organik pada HP lebih tinggi daripada HS, SB, KS, KJ. . Perubahan penggunaan lahan berarti merubah ekosistem alami yang bersifat anaerob menjadi aerob sehingga mempercepat proses dekomposisi atau penguraian bahan organik dan pencucian hara  tanah gambut.
Identifikasi Hambatan Pemanfaatan Limbah Cangkang dan Serabut Sawit sebagai Bahan Bakar Biomassa di Pabrik Kelapa Sawit Sambas Suprianto, Surya; Nusantara, Rossie Wiedya
Pedontropika: Jurnal Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Vol 10, No 1 (2024): Februari
Publisher : Soil Science Department, Faculty of Agriculture, Tanjungpura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/pedontropika.v10i1.71636

Abstract

Pabrik kelapa sawit mengolah tandan buah segar menjadi crude palm oil (cpo) dan palm kernel (pk) melalui beberapa proses produksi. Sehingga dalam 1 ton tandan buah segar yang diolah akan menghasilkan limbah berupa janjangan konsong 23% (230 Kg), cangkang 6,5% (65 Kg), lumpur atau solid 4% (40 Kg), serabut 13% (130 Kg) dan limbah cair sebanyak 50%. Pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai sumber energi alternatif sedang marak-maraknya digencarkan. Hal ini dibuktikan dengan adanya pemanfaatan cangkang dan serabut kelapa sawit sebagai bahan bakar biomassa untuk boiler memanaskan air dalam tanki guna menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin uap yang dihubungkan dengan generator penghasil listrik tenaga uap. Listrik yang dihasilkan akan dipakai untuk proses operasional pabrik dalam menggerakkan mesin-mesin produksi yang ada di pabrik kelapa sawit. Pabrik kelapa sawit akan beroperasi secara maksimal jika suplai listrik yang dihasilkan juga stabil atau tidak terjadi permasalahan dalam jalur hubungan instalasi produksi listrik bertenaga uap. Pemanfaatan cangkang dan serabut kelapa sawit sebagai bahan bakar utama pada boiler memiliki peran penting dalam memproduksi energi listrik. Dalam praktiknya di pabrik kelapa sawit pemenuhan listrik dengan bahan bakar biomassa berupa cangkang dan serabut kelapa sawit mengalami beberapa hambatan sehingga perlu untuk diketahui guna menyusun rencana strategis dan perbaikan berkelanjutan bagi manajemen perusahaan pabrik kelapa sawit. Hambatan-hambatan yang dihadapi perusahaan pabrik kelapa sawit secara umum dibagi dalam beberapa kategori seperti sumber daya manusia, peralatan mesin sumber listrik, perawatan instalasi sumber listrik, bahan bakar cangkang dan serabut sawit serta komitmen dari suatu perusahaan dalam menerapkan pemanfaatan cangkang dan serabut kelapa sawit sebagai bahan bakar biomassa untuk menghasilkan listrik tenaga uap. Penelitian ini dilaksanakan pada sebuah perusahaan pabrik kelapa sawit yang berada di salah satu kecamatan di kabupaten Sambas. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan pertanyaan kunci kepada level tenaga kerja atau operator di bagaian boiler dan genset, kepada mandor proses, asisten proses dan pihak manajemen perusahaan yang diwakili oleh asisten kepala.
Karakteristik Kimia Tanah pada Beberapa Penggunaan Lahan di Desa Lumut Kecamatan Toba Kabupaten Sanggau Ningsih, Ratih Citra; Nusantara, Rossie Wiedya; Manurung, Rinto
Pedontropika: Jurnal Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Vol 10, No 1 (2024): Februari
Publisher : Soil Science Department, Faculty of Agriculture, Tanjungpura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/pedontropika.v10i1.78353

Abstract

There has been no research on the analysis of soil chemical properties at the location, so this research was conducted to see how significant the differences in soil chemical properties are that occur in several land uses and slope classes, including oil palm plantations, rubber plantations and shrubs in Lumut Village, Toba District, Sanggau Regency. carried out within 6 months. Using a purposive random sampling method with an area of 12.5 ha per point, observation points were determined based on land use, slope class and soil type. The number of samples taken was 38 samples, the research parameters consisted of soil pH, C-organic, N-total, P-available, K-total, Ca-dd, Mg-dd, Na-dd, K-dd, KTK, KB and Saturation Al. The results of the research show that in the land use of oil palm plantations, rubber plantations and shrubs the pH parameter is classified as sour in the range of 4.84-5.36, the C-Organic criteria are medium to high at a value of 2.32-3.08%, N-Total criteria are moderate to very high at a value of 0.30-0.33%, P-available criteria are very low at a value of 4.71-8.52 mg/100 g, K-total criteria are very low at a value of 4.30 -6.42 mg/100 g, Ca-dd very low criteria at a value of 0.52-0.77 me/100 g, Mg-dd very low criteria at a value of 0.18-0.28 me/100 g, Na -dd low criteria at a value of 0.23-0.30 me/100 g, K-dd very low criteria at a value of 0.07-0.08 me/100 g, CEC medium to high criteria at a value of 20.45-32 .61 cmol(+)kg-1, and KB is classified as very low at a value of 4.18-11.47%, Al saturation criteria is very low at a value of 1.32-3.10 cmol(+)kg-1. The results of the research require further study of the characteristics of Ultisol soil at different depths and a study of soil fertility is needed so that it can be used as a reference for fertilization so that it is more targeted and produces the desired harvest.
Kadar Air Tanah Gambut pada Kedalaman Berbeda di Desa Rasau Jaya II Kecamatan Rasau Kabupaten Kubu Raya Nusantara, Rossie Wiedya
Pedontropika: Jurnal Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Vol 9, No 1 (2023): Februari
Publisher : Soil Science Department, Faculty of Agriculture, Tanjungpura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/pedontropika.v9i1.73673

Abstract

Peatland dynamics are influenced by fluctuations in surface water on a land which can affect the water content of peat soil. The main factors that influence peat soil water content include land type, peat maturity and land elevation which determines the ground water level. The aim of this research is to determine the water content of peat soil at depths of 0-30 cm and 30-60 cm. The study location is in Rasau Jaya II Village, Rasau Jaya District, Kubu Raya Regency, West Kalimantan Province. Sample points are located at 8 (eight) locations with 9 (nine) sample points each at depths of 0-30 cm and 30-60 cm. The types of land in sequence from boring point 1 to 8 are oil palm plantations, rubber-pineapple-fern plantations, pineapple-fern plantations, corn plantations, corn plantations, used corn bushes, used corn bushes and oil palm plantations. The results of the analysis of the average water content at a depth of 0-30 cm at locations 1 to 8 were respectively 397.4%, 346.68%, 624.32%, 416.83%, 651.84%, 560.77% , 661.95% and 352.36% while at a depth of 30-60 cm respectively 772.23%, 780.13%, 764.29%, 748.43%, 973.04%, 970.29%, 787.14%, 911.59%. Based on the results of this analysis, it is known that the water content in the top layer (0-30 cm) is lower than the bottom layer (30-60 cm) with a ratio of 15.9%-61.3%.
Karakteristik Fisika Tanah Ultisol pada Beberapa Penggunaan Lahan di Desa Lumut Kecamatan Toba Kabupaten Sanggau shinta, Yashinta; Nusantara, Rossie Wiedya; Manurung, Rinto
Pedontropika: Jurnal Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Vol 10, No 1 (2024): Februari
Publisher : Soil Science Department, Faculty of Agriculture, Tanjungpura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/pedontropika.v10i1.77549

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan penggunaan lahan terhadap sifat fisika tanah dan kelerengan yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lumut, Kecamatan Toba, Kabupaten Sanggau. Sampel tanah setiap lokasi penelitian diambil pada 6 Satuan Lahan. Jumlah keseluruhan sampel pada tiga penggunaan lahan (kelapa sawit, kebun karet dan semak belukar) sebanyak 38 sampel tanah. Analisis data menggunakan uji korelasi. Parameter sifat fisika tanah meliputi fraksi tekstur tanah, bobot isi tanah, porositas total tanah, kadar air kapasitas lapangan, laju permeabilitas tanah. Parameter sifat kimia tanah meliputi C-organik, nitrogen total tanah dan pH tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada satuan lahan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 memiliki tekstur lempung dan lempung berdebu. Bobot isi tanah pada satuan lahan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 memiliki karakteristik sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Porositas total tanah pada satuan lahan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 memiliki karakteristik yang baik. Nilai porositas total tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik tanah pada lahan tersebut. Porositas total tanah juga berkaitan dengan bobot isi. Semakin meningkat bobot isi tanah menyebabkan menurunnya ruang pori total tanah. Akan tetapi, volume ruang pori berukuran mikro semakin meningkat. Kadar air kapasitas lapang pada masing-masing penggunaan memiliki nilai yang berbeda-beda. Pada lahan kelapa sawit SL 1 (3-8%) memiliki nilai 41,95% dan SL 2 (8-15%)   memiliki nilai 43,28%, pada lahan kebun karet SL 3 (3-8%) memiliki nilai 44,20% dan SL 4 (8-15%) memiliki nilai 41,29% serta pada penggunaan lahan semak belukar SL 5 (3-8%) memiliki nilai 42,48% dan SL 6 (8-15%) memiliki nilai 44,53%. Laju permeabilitas tanah pada masing-masing penggunaan lahan memiliki kriteria yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh Kandungan fraksi tekstur (pasir, debu dan liat), bahan organik dan pengolahan tanah penggunaan lahan memberikan pengaruh terhadap besar kecilnya permeabilitas tanah.
Pengaruh Pemberian Arang Sekam Padi dan Pupuk NPK Terhadap Ketersediaan Unsur Hara N, P, K dan Hasil Tanaman Bawang Merah di Tanah Gambut Utama, Redian Risky Septi; Sulakhudin, Sulakhudin; Nusantara, Rossie Wiedya
Pedontropika: Jurnal Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Vol 11, No 2 (2025): Agustus
Publisher : Soil Science Department, Faculty of Agriculture, Tanjungpura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/pedontropika.v11i2.96674

Abstract

Peat soil is acidic with an average pH below neutral. This is a challenge for farmers to utilize the vast amount of peat soil in West Kalimantan. Ameliorants used from materials that are easily available and can reduce dependence on the use of factory fertilizers. Husk charcoal is one of the organic materials that can increase nutrients and the combination of NPK fertilizer can increase shallot production. This study aims to see the effect of rice husk charcoal and NPK on planting shallot plants on peatlands. The research was conducted by planting 9 treatment samples on peat soil using a predetermined dose of rice husk charcoal and NPK fertilizer with 3 repetitions of each treatment. The research design used a complete factorial randomized design with the first factor being the dose of rice husk charcoal and the second factor being the dose of NPK fertilizer. From the results of this study, the largest dose of rice husk charcoal and NPK fertilizer is 700g/polybag of rice husk charcoal and 10g/polybag of NPK fertilizer is the most optimal dose for shallot plants grown in peat soil by increasing soil N-total, bulb weight, bulb diameter and bulb length of shallot plants.