Susanti Budiamal
Department Of Dermatology And Venereology, Faculty Of Medicine, Universitas Sriwijaya, Palembang, Indonesia

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Media Dermato-Venereologica Indonesiana

DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA NEVUS HORI Sarah Diba; Cayadi Sidarta Antonius; Yuli Kurniawati; Soenarto Kartowigno; Susanti Budiamal
Media Dermato-Venereologica Indonesiana Vol 49 No 4 (2022)
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33820/mdvi.v49i4.284

Abstract

Nevus Hori (NH) merupakan hipermelanosis dermal didapat yang ditandai bercak coklat keabuan. NH bermanifestasi terutama di daerah fasial seperti zigomatikum, dahi, pelipis, kelopak mata dan pangkal hidung, tetapi dapat juga di ekstra fasial. NH memengaruhi kualitas hidup penderitanya karena dapat menganggu penampilan. Awitan NH bervariasi, dapat terjadi antara usia 12-72 tahun. Genetik memegang peran penting dalam patofisiologi NH. Beberapa faktor pencetus yang telah diidentifikasi terkait NH antara lain, inflamasi, radiasi ultraviolet, kehamilan, kontrasepsi, dan kosmetik. Manifestasi klinis NH sering menyerupai kelainan hiperpigmentasi dermal lain seperti melasma, nevus Ota, dan melanosis Riehl, sehingga masih sering terjadi kesalalahan diagnosis. Penegakan diagnosis dilakukan dengan mempertimbangkan manifestasi klinis pasien. Pemeriksaan penunjang tidak rutin dilakukan pada kasus NH. Bila diperlukan, pemeriksaan baku emas berupa pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan. Tata laksana NH memiliki tantangan tersendiri. Tata laksana NH yang utama adalah menghindari tersediri. Tata laksana defenitif untuk kasus MH dilakukan dengan terapi kombinasi, baik terapi farmakologis dan non-farmakologis. Pilihan terapi yang dapat digunakan adalah terapi topikal, dan tindakan invasif seperti dermabrasi, krioterapi dan laser.
KEBERHASILAN TERAPI PEMFIGUS VULGARIS DENGAN STEROID-SPARING AGENT MIKOFENOLAT SODIUM DAN AUTOHEMOTERAPI Aldona, Wenty Septa; Nopriyati; Nugroho, Suroso Adi; Budiamal, Susanti
Media Dermato-Venereologica Indonesiana Vol 52 No 1 (2025): Media Dermato Venereologica Indonesiana
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33820/mdvi.v52i1.518

Abstract

Pendahuluan: Pemfigus vulgaris (PV) merupakan penyakit autoimun ditandai vesikel dan bula pada kulit dan mukosa akibat reaksi autoantibodi terhadap desmoglein (Dsg) 1 dan 3. Terapi lini pertama kortikosteroid (KS) sistemik. Terapi KS memiliki banyak efek samping sehingga diperlukan sparing agent. Pada kasus ini menggunakan sparing agent mikofenolat sodium (MPS) dan autohemoterapi (AHT). Laporan ini bertujuan mengetahui efektivitas MPS dan AHT sebagai sparing agent pada PV. Kasus: Perempuan, 37 tahun dengan lepuh kendur mudah pecah menjadi lecet disertai keropeng coklat-kehitaman pada wajah, leher, badan, kedua lengan dan tungkai. Pemeriksaan histopatologik ditemukan row of tombstones suprabasal, dan direct immunofluorescence (DIF) ditemukan chicken wire pattern interselular. Pasien didiagnosis PV dan diterapi KS sistemik dengan sparing agent MPS dan AHT. Kami melaporkan kasus jarang PV pada usia 37 tahun. Diskusi: Penggunaan sparing agent untuk mengurangi efek samping, mempercepat tapering off, perbaikan klinis dan remisi. Mikofenolat sodium digunakan karena efek samping minimal dan memberikan hasil baik. Autohemoterapi sebagai imunoterapi dengan menyuntikkan darah pasien kembali pada pasien, dapat digunakan pada penyakit vesikobulosa autoimun karena dapat menurunkan kadar autoantibodi. Kesimpulan: Kombinasi KS sistemik, MPS dan AHT memberikan hasil yang memuaskan. Pasien mengalami remisi awal pada pekan ke-2 dan remisi komplet dalam 5 bulan.