Nurullah Nurullah
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : TAFSE: Journal of Qur'anic Studies

Lafaz Sa’ala dalam Al-Qur’an Nurullah Nurullah; Siti Husna
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/tafse.v3i2.13277

Abstract

The Qur'an uses a lot of vocabularies that appear to be synonymous at birth, but when examined carefully it turns out that each vocabulary has its own connotation that does not exist in other pronunciations that are considered synonymous with it. As stated by Abi Isba' quoted by Nasiruddin Baidan that the beauty of the language of the Koran is classified into two major groups, namely the beauty of speech and the beauty of meaning. One of them is lafaz sa'ala, the lafaz is one of the lafaz that is repeated a lot in the Qur'an, 129 times, both in the same form and in different forms. This study is based on library research, besides that, the author examines these verses using the maudhu'i interpretation framework. Lafaz sa'ala is found in the Qur'an 129 times in 118 verses in 47 surah with 55 different forms of lafaz sa'ala. The whole lafaz sa'ala which means a question is repeated 73 times, whether there are two pronunciations in one verse or not. As for the meaning of asking to be called 49 times, while the meaning of asking is called 5 times and the meaning of rebuttal, speaking is only mentioned once. Alquran banyak memakai kosa kata yang pada lahirnya tampak bersinonim, namun bila diteliti secara cermat ternyata masing-masing kosa kata itu mempunyai konotasi sendiri-sendiri yang tidak ada pada lafal lain yang dianggap bersinonim dengannya. Sebagaimana pernyataan Abi Isba’ yang dikutip oleh Nasiruddin Baidan bahwa keindahan bahasa Alquran itu diklasifkasikan menjadi dua kelompok besar yaitu keindahan lafaz dan keindahan makna. Salah satunya adalah lafaz sa’ala, lafaz tersebut merupakan salah satu lafaz yang banyak diulang dalam Alquran, sebanyak 129 kali, baik dalam bentuk yang sama maupun dalam bentuk yang berbeda. Kajian ini berbasis kajian kepustakaan (library research), selain itu penulis mengkaji ayat-ayat tersebut dengan menggunakan kerangka kerja tafsir maudhu’i. Lafaz sa’ala ditemukan di dalam Alquran sebanyak 129  kali dalam 118 ayat di dalam 47 surah dengan 55 bentuk lafaz sa’ala yang berbeda-beda. Keseluruhan lafaz sa’ala yang bermakna tanya di ulang sebanyak 73 kali baik yang terdapat dua lafaz dalam satu ayat maupun tidak. Adapun yang makna nya minta di sebut sebanyak 49 kali, sedangkan yang bermakna memohon disebut sebanyak 5 kali dan yang bermakna bantahan, bercakap hanya disebut sekali saja.
Konsep Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur’an Nasaruddin Umar Nurullah Nurullah; Taqwiya Taqwiya
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 6, No 1 (2021)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.201 KB) | DOI: 10.22373/tafse.v6i1.9206

Abstract

Understanding of the Qur'an is growing in various circles. Starting from an understanding that presents Islamic values to an understanding that damages the image of the Qur'an and Islam itself. Like several verses related to war, they are taken exclusively as well as subjectively and textually which results in the emergence of an understanding that these verses are legitimacy and advice to fight using violence. This understanding is often categorized as a radical understanding. The deradicalization of the understanding of the Qur'an is an attempt to shift a radical understanding into a more moderate one. This paper aims to determine the concept and implications of deradicalization of Nasaruddin Umar's understanding of the interpretation of verses with the theme of war. This qualitative literature research is carried out by analyzing data and documents related to the discussion theme. The results showed that Nasaruddin Umar directed the understanding and interpretation of the Qur'an through a contextual approach. The implications of the concept are to give birth to a special concept of war in the perspective of the Qur'an. The Qur'an does legitimize the existence of war, but the legitimacy of the war has certain legal indications. Pemahaman terhadap al-Qur`an semakin berkembang di berbagai kalangan. Mulai dari pemahaman yang mempresentasikan nilai-nilai keislaman hingga pemahaman yang merusak image al-Qur`an dan Islam sendiri. Seperti beberapa ayat yang terkait dengan peperangan, dipahami secara eksklusif maupun subjektif dan tekstual yang mengakibatkan munculnya pemahaman bahwa ayat-ayat tersebut sebagai legitimasi dan anjuran untuk berperang dengan menggunakan kekerasan. Pemahaman ini sering dikategorikan sebagai pemahaman yang radikal. Deradikalisasi pemahaman al-Qur`an merupakan upaya mengalihkan pemahaman yang radikal menjadi lebih moderat. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui konsep dan implikasi deradikalisasi pemahaman Nasaruddin Umar terhadap penafsiran ayat-ayat dengan tema peperangan. Kajian kepustakaan yang bersifat kualitatif ini dilakukan dengan menganalisa data dan dokumen yang terkait dengan tema bahasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nasaruddin Umar mengarahkan pemahaman dan interpretasi Alquran melalui pendekatan kontekstual. Implikasi dari konsep yang ditawarkan tersebut melahirkan konsep khusus mengenai peperangan dalam perspektif al-Qur’an. Al-Qur’an memang melegitimasi adanya peperangan akan tetapi tegitimasi terhadap peperangan tersebut memiliki indikasi hukum tertentu.
Penggunaan Lafaz Bahjah, Jamal dan Zukhruf dalam Al-Qur’an Rizky Mubarak; Nurullah Nurullah
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/tafse.v5i1.12521

Abstract

The choice of vocabulary in the Qur'an is not a coincidence, but each word has its own value of balaghah. The beauty of the language and style of the Qur'an can be seen from its balaghah and fasahah, both concretely and abstractly. The Qur'an sometimes uses several words that have the same or close meanings, so there seems to be an inconsistency in the words it uses. This study will examine the use of the words bahjah, jamᾱl and zukhruf which means beautiful in the Qur'an. This research is library research using the maudhu'i method. The main sources of data are the verses of the Qur'an that contain the words bahjah, jamᾱl and zukhruf as well as secondary sources in the form of books of tafsir, mu'jam and other related scientific sources. In the Qur'an, the words bahjah, jamᾱl and zukhruf have meanings that are almost related to each other but with different contexts and purposes. Bahjah is defined by the beautiful colors used to express the beauty in the trees, flowers, mountains, oceans, etc. that make the earth look beautiful. Jamᾱl in the Qur'an is generally used to describe the beauty that radiates from a nature that will not be mentioned unless there is dispute or friction. As for zukhruf, it is used in the Qur'an to mention concrete decoration, but if it is paired with other words, then the decoration in question is abstract decoration. Pemilihan kosa kata dalam Alquran, bukanlah suatu kebetulan tetapi setiap kata mempunyai nilai balaghah tersendiri. Keindahan bahasa dan uslub Alquran yang menakjubkan terlihat dari balaghah dan fasahahnya, baik yang konkrit maupun abstrak. Alquran kadangkala menggunakan beberapa kata yang memiliki arti sama atau dekat, sehingga tampak adanya inkonsistensi dalam kata-kata yang digunakannya. Kajian ini akan mengkaji penggunaan lafaz bahjah, jamᾱl dan zukhruf  yang bermakna indah dalam Alquran. Penelitian ini berupa riset kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode maudhu’i. Sumber data utama yaitu ayat-ayat Alquran yang mengandung lafaz bahjah, jamᾱl dan zukhruf serta sumber sekunder berupa kitab-kitab tafsir, mu’jam dan sumber ilmiah terkait lainnya. Dalam Alquran lafaz bahjah, jamᾱl dan zukhruf  mempunyai makna yang hampir berkaitan antara satu dengan lainnya namun dengan konteks dan tujuan yang berbeda. Bahjah diartikan dengan warna yang indah yang  digunakan untuk menyebutkan keindahan pada pepohonan, bunga-bungaan, pegunungan, lautan, dan lain-lain yang menjadikan bumi terlihat indah. Jamᾱl dalam Alquran pada umumnya digunakan untuk menyebutkan keindahan yang terpancar dari sesuatu sifat yang tidak akan disebutkan kecuali terjadi perselisihan atau gesekan. Adapun zukhruf digunakan dalam Alquran untuk menyebutkan hiasan yang konkrit akan tetapi jika disandingkan dengan kata lain maka hiasan yang dimaksud adalah hiasan yang abstrak.
Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur’an Sebagai Jimat Nurullah Nurullah; Ari Handasa
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/tafse.v5i2.9082

Abstract

The Quran plays an important role in the survival of humans. One of the various functions of the Quran as al-Syifa’ (antinode/medicine) has developed an understanding which is manifested in the form of amulets as a solution to problems that intelligence cannot solve. The purpose of this study is to know how the background, forms, and arguments for using the verses of the Quran as amulets. The study sets out library research using qualitative and analytical methods as its approach. This study explains that the use of Quran text as a talisman is in the background by promptings or motives that direct them to a single purpose in order to preserve their survival. As for the forms of the lot, it divides into two forms, as a mantra being read and also as a necklace or other writing on the basic arguments of hadith and clerical opinions. Al-Qur’an berperan penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Keberagaman fungsi al-Qur’an salah satunya sebagai ­al-syifa’ (penawar/obat), mengalami perkembangan pemahaman yang diwujudkan dalam bentuk jimat sebagai salah satu solusi bagi permasalahan-permasalahan yang tidak dapat terselesaikan oleh akal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana latar belakang, bentuk-bentuk, serta dalil-dalil penggunaan ayat-ayat al-Qur’an sebagai jimat. Penelitian ini berjenis library research dengan menggunakan metode kualitatif dan deskriptif analitis sebagai pendekatannya. Hasil penelitian menjelaskan bahwa penggunaan ayat-ayat al-Qur’an sebagai jimat dilatar belakangi oleh dorongan-dorongan atau motif yang mengarahkannya pada suatu tujuan demi mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Adapun bentuk-bentuk penggunaannya terbagi menjadi dua bentuk, sebagai mantra yang dibacakan dan juga sebagai tulisan yang berbentuk benda yang ditempelkan, juga berupa kalung atau sebagainya dengan berlandaskan dalil-dalil berupa hadis dan pendapat ulama.