Industri tekstil dan garmen merupakan sektor yang padat karya dan memiliki risiko tinggi terhadap kelelahan fisik serta mental para pekerjanya. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan kondisi kelelahan fisik dan psikologis pekerja di divisi penyamakan kulit PT ASA dengan menggunakan Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI), yang mengukur lima dimensi: kurangnya energi, beban fisik, ketidaknyamanan fisik, kurangnya motivasi, dan rasa kantuk. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan teknik simple random sampling pada 70 pekerja yang memenuhi kriteria inklusi. Data dianalisis secara deskriptif untuk menentukan distribusi kelelahan pada setiap dimensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi dengan tingkat kelelahan tertinggi adalah kurangnya energi (54,3%), yang berkaitan dengan beban kerja fisik yang tinggi serta lingkungan kerja yang tidak ergonomis. Kelelahan fisik juga teridentifikasi pada dimensi beban fisik dan ketidaknyamanan fisik, di mana masing-masing 11,4% responden mengalami tingkat kelelahan yang tinggi. Di sisi lain, kelelahan mental lebih terlihat pada dimensi rasa kantuk (30%) dan kurangnya motivasi (4,3%). Faktor-faktor seperti usia, status gizi, dan masa kerja memiliki peran signifikan dalam meningkatkan risiko kelelahan. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa kelelahan fisik lebih mendominasi dibandingkan kelelahan mental di kalangan pekerja divisi penyamakan kulit. Oleh karena itu, diperlukan intervensi ergonomis, pengaturan beban kerja yang seimbang, serta peningkatan status gizi pekerja untuk mengurangi risiko kelelahan dan meningkatkan produktivitas kerja.