Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan

POLA PENYAKIT DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER (THT-KL) RSUD RAGAB BEGAWE CARAM MESUJI PERIODE JANUARI 2018 – DESEMBER 2020 Bara Ade Wijaya Suprayitno; Susianti Susianti; Suharmanto Suharmanto
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 8, No 2 (2021): Volume 8 Nomor 2
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v8i2.4271

Abstract

Pemanfaatan pelayanan rawat jalan melalui poliklinik merupakan bentuk kesadaran masyarakat dalam mengatasi permasalahan terkait keluhan penyakit yang dirasakan. Kunjungan masyarakat ini merupakan indikator mutu pelayanan RSUD Ragab Begawe Caram Mesuji. Jumlah kunjungan pasien poliklinik rawat jalan dengan 10 besar penyakit dibedakan berdasarkan usia, jenis kelamin dan sistem pembiayaan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pola penyakit di Poliklinik Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher (THT-KL) RSUD Ragab Begawe Caram Mesuji periode Januari 2018 – Desember 2020. Metode yang digunakan deskriptif retrospektif. Hasil penelitian didapatkan kunjungan terbanyak pada tahun 2019 yaitu 755 pasien. Penyakit tersering pada tahun 2018 dan 2019 adalah serumen prop yaitu 117 pasien dan 134 pasien, sedangkan untuk tahun 2020 yang terbanyak adalah otitis externa 110 pasien. Untuk kunjungan usia paling banyak £ 10 tahun yaitu 2018 (218 pasien) dan 2019 (226 pasien), sedang untuk 2020 usia ³ 51 tahun (119 pasien). Pasien laki – laki memiliki kunjungan lebih banyak tahun 2018, sedang untuk 2019 dan 2020 lebih banyak pasien perempuan. Untuk sistem pembayaran dari tahun 2018 hingga 2020 pasien lebih banyak memanfaatkan BPJS dibanding umum. Kesimpulan urutan pola penyakit tersering di Poliklinik THT-KL RSUD Ragab Begawe Caram Mesuji 2018 yaitu serumen prop, otitis externa, otitis media akut, otitis media supuratif kronis, rhinitis alergi, tonsilitis, rhinosinusitis, benda asing di THT-KL, laringofaringeal reflux disease dan faringitis. Sedangkan untuk 2019 polanya serumen prop, otitis externa, otitis media akut, tonsilitis, rhinitis alergi, otitis media supuratif kronis, rhinosinusitis, laringofaringeal reflux disease, benda asing di THT-KL, dan faringitis. Untuk pola tahun 2020 yaitu otitis externa, serumen prop, otitis media akut, rhinosinusitis, rhinitis alergi, otitis media supuratif kronis, tonsilitis, benda asing di THT-KL, laringofaringeal reflux disease dan faringitis.
DIABETES MELLITUS AND HEALTH EDUCATION’S ROLE IN PATIENT MANAGEMENT: A LITERATURE REVIEW Ajeng Defriyanti Pusparini; Reni Zuraida; Susianti Susianti
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 8, No 4 (2021): Volume 8 Nomor 4
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v8i4.5090

Abstract

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis disebabkan organ pankreas tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau ketika tubuh tidak efektif menggunakan insulin yang diproduksinya sehingga terjadi kadar gula darah yang meningkat. Penderita DM terus meningkat setiap tahunnya selama beberapa dekade terakhir. Sekitar 463,0 juta atau 9,3 % dari orang dewasa berusia 20-79 tahun di seluruh dunia menderita DM pada tahun 2019. Perlunya pengelolaan dan pencegahan DM dimana melibatkan multi disiplin ilmu sesuai dengan kompetensi dan penugasan klinis. Beberapa upaya penatalaksaan dalam upaya pengelolaan dan pencegahan penyakit DM antara lain edukasi, melakukan aktifitas fisik, pengaturan diet dan pola makan, terapi farmakologi dan pemantauan laboratorium secara berkala. Pengelolaan secara komprehensif difokuskan terhadap upaya mengubah perilaku ke arah perilaku sehat dan modifikasi gaya hidup. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan dalam pengelolaan DM adalah dengan cara pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan kontrol glikemik dan dapat meningkatkan pemahaman serta kemampuan pasien dan keluarga dalam perawatan diri pasien DM sehingga dapat mengurangi komplikasi dan rehospitalisasi.
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK, SOSIAL EKONOMI KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU BERBASIS ANALISIS SPASIAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANARAGAN JAYA Cana, Arla Erit Siktia; Rengganis Wardani, Dyah Wulan Sumekar; Susianti, Susianti
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 2 (2024): Volume 11 Nomor 2
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i2.13246

Abstract

Abstrak: Hubungan Faktor Lingkungan Fisik, Sosial Ekonomi Kejadian Tuberkulosis Paru Berbasis Analisis  Spasial Di Wilayah Kerja Puskesmas Panaragan Jaya.  Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang paru dan organ lainnya. Pada tahun 2022 Kementerian Kesehatan bersama seluruh tenaga kesehatan berhasil mendeteksi  TBC di Indonesia sebanyak lebih dari 717.941 kasus. Berdasarkan data laporan Puskesmas Panaragan Jaya selama tahun 2020-2022 kasus TBC terus mengalami peningkatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor lingkungan fisik (akses ke pelayanan Kesehatan dan cakupan rumah sehat) dan sosial ekonomi (kepadatan penduduk dan keluarga pra sejahtera) dengan kejadian TBC berbasis analisis spasial di wilayah kerja puskesmas Panaragan Jaya Tahun 2020 - 2022. Penelitian ini terbagi menjadi dua jenis yaitu sub penelitian 1 yang membahas tentang hubungan lingkungan fisik sosial ekonomi secara individu dan merupakan penelitian Case-control dan sub penelitian ke 2 membahas tentang analisis spasial dengan wilayah persebaran penyakit TBC. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas panaragan jaya  yang memiliki 8 kelurahan. Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada bulan agustus - november tahun 2023. Hasil penelitian yang telah dilakukan diwilayah kerja puskesmas panaragan jaya menunjukkan bahwa faktor lingkungan fisik, sosial ekonomi yang berhubungan dengan penyakit TB paru adalah rumah sehat, kepadatan hunian , pendapatan perkapita dengan nilai p value < 0,05 sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan penyakit TB paru adalah akses ke pelayanan Kesehatan. Hasil analisis spasial persebaran Kasus TB paru tertinggi tahun 2020-2022 berada di kelurahan Panaragan Jaya dengan jumlah 49 kasus.