Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Psikostudia : Jurnal Psikologi

Procrastination Seen from Parents' Social Support and Self Efficacy of Students Yustintia Arofa Nurahmawati; Alif Muarifah; Purwadi Purwadi
Psikostudia : Jurnal Psikologi Vol 11, No 1 (2022): Volume 11, Issue 1, March 2022
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikostudia.v11i1.6280

Abstract

Procrastination is carried out by students on the background of several things, such as difficulty making decisions so that students tend to follow decisions even though it is detrimental to themselves. In addition, there are also some students who feel worried and afraid of being wrong in completing assignments but are embarrassed to ask teachers and parents this results in an increase in the level of procrastination at MAN Magelang Regency seen when students are given assignments that are not completed, so they tend to see the results of friends' work. This study aims to empirically examine the relationship between parental social support and self-efficacy with procrastination in MAN students in Magelang Regency. This study uses quantitative methods. The number of subjects in this study amounted to 304 students, the sampling technique used was proportional stratified random. Collecting data using procrastination scale, parental social support scale, and self-efficacy scale. Analysis of the data used in this study using multiple linear regression analysis with assumption test. The results of testing the hypothesis together obtained an R value of 0.811 with a significance value of 0.000 (p <0.01), providing an effective contribution of 65.8%. These results indicate that the hypothesis is accepted that there is a significant relationship between parental social support and self-efficacy with procrastination. This means that the higher the parent's social support and self-efficacy, the higher the level of procrastination. Prokrastinasi dilakukan siswa dilatar belakangi beberapa hal seperti kesulitan mengambil keputusan sehingga siswa cenderung mengikuti keputusan teman meskipun hal tersebut merugikan dirinya sendiri. Selain itu juga terdapat beberapa siswa merasa khawatir dan takut salah dalam menyelesaikan tugas akan tetapi malu bertanya kepada guru maupun orangtua hal tersebut berakibat tingginya tingkat prokrastinasi di MAN Kabupaten Magelang terlihat pada saat siswa diberikan tugas tidak kunjung diselesaikan, sehingga siswa cenderung untuk melihat hasil pekerjaan teman. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik hubungan antara dukungan sosial orangtua dan self efficacy dengan prokrastinasi pada siswa MAN di Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Jumlah subjek dalam penelitian ini berjumlah 304 siswa, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportionate stratified random. Pengumpulan data menggunakan skala prokrastinasi, skala dukungan sosial orangtua, dan skala self efficacy. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan uji asumsi. Hasil uji hipotesis bersama-sama diperoleh nilai R sebesar sebesar 0,811 dengann nilai signifikansi 0,000 (p < 0,01), memberikan sumbangan efektif sebesar 65,8%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesi diterima, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orangtua dan self efficacy dengan prokrastinasi. Artinya semakin tinggi dukungan sosial orangtua dan self efficacy mampu untuk menurunkan tingkat prokrastinasi.
Psychological Well-Being of Young Lady from a Broken Home Family in Tana Toraja Nurnaningsih Nurnaningsih; Yuzarion Yuzarion; Purwadi Purwadi; Elli Nur Hayati
Psikostudia : Jurnal Psikologi Vol 11, No 1 (2022): Volume 11, Issue 1, March 2022
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikostudia.v11i1.7247

Abstract

Teenagers who experience a broken home feel the psychological burden due to the divorce of their parents. There are many cases of broken homes and causes of various problems. Problems can be overcome by fostering psychological well-being. This study aims to reveal the description of psychological well-being and the factors that influence the psychological well-being of adolescent girls from broken homes in Tana Toraja. This study uses a qualitative method with a phenomenological approach. The sampling technique is snowball/chain sampling. The sample is 5 people. The characteristics of the sample are young ladies at 12-23 years, domiciled in Tana Toraja and have been in a broken home for the last 10 years. In-depth interviews and observation methods are data collection methods in this study. The phenomenon obtained is that adolescents experience disappointment with parental figures, need for affection, and open attitude to trusted/closest people, resilience, optimism, and personal growth. Factors that affect the level of psychological well-being are the existence of good social support, age and high motivation to continue to develop their potential. Adolescents from broken homes are associated with negative stigma, but they are able to present themselves positively and better. The results of this study can be implicated in adolescents to become more independent individuals, think rationally, have good relationships with others, be able to develop themselves well, have hope and feel spiritual calm. Remaja yang mengalami broken home merasakan beban psikologis akibat perceraian kedua orang tua. Kasus broken home sangat banyak dan menimbulkan berbagai problematika. Problematika dapat diatasi dengan menumbuhkan kesejahteraan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan gambaran psychological well-being dan faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being remaja perempuan dari keluarga broken home di Tana Toraja. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Teknik pengambilan sampelnya adalah snowball/chain sampling. Sampelnya sebanyak 5 orang. Karakteristik sampelnya adalah perempuan, usia 12-23 tahun, berdomisili di Tana Toraja dan berada dalam kondisi broken home selama 10 tahun terakhir. Metode indepth interview dan observasi menjadi metode pengumpulan data dalam penelitian ini. Fenomena yang didapatkan adalah remaja mengalami kekecewaan terhadap figur orang tua, kebutuhan kasih sayang, sikap terbuka kepada orang-orang terpercaya/terdekat, resiliensi, optimis, dan pertumbuhan pribadi. Faktor yang mempengaruhi tingkat psychological well-being adalah adanya dukungan sosial yang baik, faktor usia dan motivasi yang tinggi untuk terus mengembangkan potensinya. Remaja broken home dikaitkan dengan stigma negatif namun kenyataannya ia mampu menampilkan diri yang positif dan lebih baik. Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan pada remaja untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri, berpikir secara rasional, memiliki hubungan baik dengan orang lain, mampu mengembangkan dirinya dengan baik, memiliki harapan dan merasakan ketenangan spiritual.