Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search
Journal : Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah

DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMAR TOTAL COLIFORM (T.COLI) DI HILIR SUNGAI TEBERAU Rendi Mulya Kiki Prio Utomo Ulli Kadaria
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 6, No 1 (2018): Januari 2018
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3572.736 KB) | DOI: 10.26418/jtllb.v6i1.25322

Abstract

ABSTRAKSungai Teberau merupakan anak Sungai Sambas Kecil. Jenis sumber pencemar di hilir Sungai Teberau yaitu pemukiman. Pemukiman yang tepat berada di sungai dapat mengakibatkan pencemaran sungai yaitu penambahan bakteri Total Coliform (T.Coli). Salah satu upaya pengendalian yaitu melakukan inventarisasi beban pencemar dengan menghitung jumlah beban pencemar yang diperbolehkan masuk ke dalam sungai. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan inventarisasi, menghitung beban pencemar sungai, meghitung daya tampung beban pencemar T.Colimenggunakan metode Neraca Masa dan faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya E.Coli ke dalam sungai. Inventarisasi sumber pencemar diketahui bahwa jumlah penduduk di hilir Sungai Teberau yaitu sebanyak 1.849 jiwa. Beban pencemar total coliform di hilir Sungai Teberau yaitu 455.817 jumlah/hari. Sedangkan daya tampung beban pencemar Total Coliform yaitu 11.113.143 jumlah/hari. Hal ini menunjukkan Sungai Teberau masih memiliki daya tampung beban pencemar Total Coliform. Faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya bakteri E.Coli ke sungai yaitu pemukiman yang berada di tepian sungai serta jarak keberadaan jamban dan septic tank yang tidak sesuai dengan peraturan yaitu < 10 meter. Kata Kunci: Beban Pencemar, Escherichia Coli, Sungai Teberau
KAJIAN TEKNIK OPERASIONAL PENGEMBANGAN TPST EDELWEISS SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN SAMPAH SKALA KAWASAN Fitra Muthia Khanza; Laili Fitria; Ulli Kadaria
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 6, No 1 (2018): Januari 2018
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v6i1.28007

Abstract

ABSTRAKTPST adalah tempat dilakukannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendaur ulang, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. TPST merupakan bagian dari pengelolaan sampah yang dapat mereduksi sampah yang masuk ke TPA. Di Kota Pontianak, sudah terdapat TPST Edelweiss yang berdiri sejak tahun 2015. Namun hingga tahun 2017, TPST Edelweiss hanya mengelola sampah Pasar sehingga diperlukan pengembangan luas TPST yang mengelola sampah skala kawasan. Tujuan penelitian ini, menganalisis timbulan sampah yang terdapat di Pasar Pagi dan kondisi eksisting TPST Edelweiss dari segi aspek teknik operasional, menganalisis pengembangan pengelolaan sampah di TPST Edelweiss skala pasar menjadi skala kawasan. Perhitungan jumlah sampel sampah menggunakan metode proportionate statified random sampling. Teknik pengambilan dan pengukuran sampel sampah mengacu pada SNI 19-3694-1994  dilakukan selama 8 hari. Timbulan sampah organik Pasar Pagi 0,386 m3/unit/hari dan anorganik 0,002 m3/unit/hari. TPST Edelweiss  memiliki area penumpukan dan pemilahan 12 m2, pencacahan dan penimbangan 12 m2, 21 bak pengomposan, pengayakan dan pengemasan kompos 9 m2, dan 1 reaktor biogas fixed dome 10 m3. Pengembangan TPST Edelweiss menjadi skala kawasan membutuhkan area penumpukan 100 m2, area pemilahan 157,44 m2 dengan conveyor belt, area pencacahan 30,176 m2, area pengomposan metode open windrow composting dengan luas area 3421,83 m2, area pengayakan dan pengemasan kompos dengan luas area 16,5 m2, area anorganik dan B3 membutuhkan luas  94,64m2, reaktor biogas tipe fixed dome 10 m3, gudang 80 m2, lahan parkir 34,44 m2, rumah jaga 24 m2. Luas yang dibutuhkan untuk mengelola sampah dalam skala kawasan adalah 4458,143 m2. Kata Kunci: Pengelolaan Sampah, Pengembangan, TPST ABSTRACTTPST is a place for activities such as collecting, distinguishing, reusing, recycling and processing as the final phase of waste management. TPST is a phase of waste management that possible to reduce the waste that goes to waste disposal. In Pontianak, TPST Edelweiss had established since 2015. Whereas until 2017 TPST Edelweiss only worked with the market’s waste, which is necessary to be developed for waste management in district scale. The purpose of this research are analyzing the waste pile at the Pasar Pagi and condition of how the existing of TPST Edelweiss can be turned from market’ scale into district scale, according to several aspects such as operational technique, analysis on the development of waste management in TPST Edelweiss. The calculation of the amount of waste sampling by using proportionate statified random sampling method. The measurement technique of the waste sampling refers to SNI 19-3694-1994 that have been doing in eight days. Organics waste pile at the Pasar Pagi 45,174 m3/days while anorganics 0,242 m3/days. TPST Edelweiss has 12 m2 area for collecting and distinguishing the waste, devastating and scaling area 12 m2, 21 compost bin, shifting and packaging compost 9 m2, and 1 biogas fixed dome reactor 10 m3. The development of TPST Edelweiss into district scale needs 100 m2 for collecting area. 157.44 m2 for distinguishing area with conveyor belt. 30.176 m2 for devastating area. Compost area with open windrow composting method within 3421.83 m2. 16.5 m2 for compost’s shifting and packaging area. Anorganics and B3 area need 94.64m2. Biogas fixed dome type reactor within10 m3. Storehouse 80 m2. Parking lot 34.44 m2. Maintenance house 24 m2. The space needs for waste management in district scale is 4458,143 m2. Keywords: Waste Management, Development, TPST
PENURUNAN KEKERUHAN AIR BAKU PDAM GUNUNG POTENG SINGKAWANG DENGAN MENGGUNAKAN KOAGULAN TAWAS DAN PAC BEWA MULYATAMA; Laili Fitria; Ulli Kadaria
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 4, No 1 (2016): Jurnal 2016
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v4i1.17889

Abstract

ABSTRAKPengolahan air baku di PDAM Gunung Poteng Singkawang menggunakan proses pengolahan konvensional lengkap. Koagulan yang digunakan adalah tawas. Hasil pengolahan air baku masih belum konsisten. Pengolahan air baku pada tahun 2015 menghasilkan kekeruhan antara 0,2 NTU sampai 9,2 NTU. Upaya perbaikan untuk masalah di PDAM Gunung Poteng Singkawang adalah dengan mencampurkan koagulan tawas dan PAC yang diharapkan dapat mengurangi kekeruhan dari hasil pengolahan air baku. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: Menganalisis efektifitas penurunan kadar kekeruhan dengan pencampuran koagulan tawas dan PAC untuk memperbaiki tingkat kekeruhan air baku di PDAM Gunung Poteng Singkawang sesuai baku mutu dan menganalisis perbandingan dosis pencampuran koagulan tawas dan PAC yang optimum terhadap tingkat kekeruhan di PDAM Gunung Poteng Singkawang. Pengujian yaitu dengan mengadakan eksperimen pengolahan air baku menggunakan koagulan Tawas dan PAC yang dilakukan dengan menggunakan metode Jar Test. Percobaan dilanjutkan dengan pemeriksaan kualitas air yang meliputi kekeruhan dan pH yang akan dilakukan sebelum dan setelah jar test. Variasi larutan Tawas dan PAC dengan perbandingan 1:0, 1:1, 1:2, 2:1, 1:3, 3:1 dan 0:1. Hasil dari penelitian didapat bahwa dosis 1:0 dan 0:1 menghasilkan kekeruhan yang buruk daripada perbandingan dosis lainya. Pengkondisian kekeruhan dari data sekunder kualitas air baku PDAM Gunung Poteng Singkawang tahun 2015 didapat kekeruhan 116 NTU untuk kekeruhan tertinggi dan 9,6 NTU untuk kekeruhan terendah. Pengujian penegasan dilakukan dengan kondisi kekeruhan sebenarnya di lapangan didapat kekeruhan 22,42 NTU. Perbandingan yang efektif untuk kondisi kekeruhan 116 NTU adalah 1:2 dengan efektivitas penurunan kekeruhan mencapai 98,9 % dan kondisi kekeruhan 9,6 NTU adalah 1:3 dengan efektivitas penurunan kekeruhan 93,5 %. Hasil uji penegasan menghasilkan perbandingan efektif dengan kondisi kekeruhan 22,42 NTU (kekeruhan air baku bulan September tahun 2016) adalah 1:2  dengan efektivitas penurunan kekeruhan 96,3 %. Penggunaan perbandingan dosis pencampuran koagulan dapat menunjukkan bahwa pada kondisi kekeruhan kurang dari 10 NTU sampai 20 NTU dapat menggunakan perbandingan dosis 1:3. Kekeruhan pada nilai 21 NTU sampai 116 NTU dapat menggunakan dosis pencampuran 1:2.Kata Kunci : Kekeruhan, air baku, koagulan, tawas, PAC
Potensi Cangkang Telur Ayam sebagai Media Filter untuk Meningkatkan pH pada Pengolahan Air Gambut (The Potential of Chicken Eggshells as a Filter Media to Increase pH for Peat Water Treatment) Novianti Novianti; Laili Fitria; Ulli Kadaria
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 7, No 2 (2019): Juli 2019
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v7i2.37234

Abstract

Abstract The availability of clean water in peat areas is limited, for the color of the water in these areas are having some shade of dark brown, the content of organic matter is high, but has a level of acidity (pH), thus making the peat water not fit for consumption and a treatment is needed in advance to use the water suitable for daily use. Therefore, this study aims to analyze the ability of the filter media with a variety of chicken egg shell thickness of 20 cm, 30 cm and 40 cm to increases of pH level of peat water. The use of debit inlet in this matter is 8,3 x 10-3 m3/h and is repeated 2 times (Duplo) on trial. Peat water test results prior to the processing of pH is 4.63 and doesn’t fullfil the quality standard of PERMENKES (minister of health regulation) No. 32 of 2017. The best results were obtained for pH of 4.63 becomes 7.78 with 40.45% efficiency. Optimum results obtained at a thickness of 20 cm filter media has been able to increase pH become 7,31.Keywords: Peat water, Chicken Egg Shells, Filtration  Abstrak Ketersediaan air bersih menjadi terbatas pada wilayah dengan jenis tanah gambut yang memiliki air berwarna merah kecoklatan, kandungan zat organik yang tinggi, namun mempunyai derajat keasaman (pH) yang relatif rendah sehingga membuat air gambut tidak layak konsumsi dan diperlukan pengolahan sebelum menggunakan air tersebut. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan media filter cangkang telur ayam dengan variasi ketebalan 20 cm, 30 cm dan 40 cm dalam meningkatkan pH pada air gambut. Debit inlet yang digunakan yaitu 8,3 x 10-3 m3/jam. Dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali (duplo) pada percobaan. Hasil uji air gambut sebelum pengolahan untuk pH sebesar 4,63 dan tidak memenuhi baku mutu PERMENKES No 32 Tahun 2017. Hasil terbaik yang diperoleh untuk pH 4,63 menjadi 7,78 dengan ketebalan 40 cm dengan efisiensi sebesar 40,45%. Hasil optimal diperoleh pada ketebalan media filter 20 cm telah dapat meningkatkan pH menjadi 7,31.Kata Kunci: Air Gambut, Cangkang Telur Ayam, Filtrasi
RANCANGAN TEKNIK PENYEDIAAN AIR BERSIH IBU KOTA KECAMATAN MANDOR KABUPATEN LANDAK Erland Evansta Sulisuka; Laili Fitria; Ulli Kadaria
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 6, No 1 (2018): Januari 2018
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v6i1.26631

Abstract

ABSTRAKSumber mata air Bukit Godang merupakan salah satu sumber mata air yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi sumber air baku di Kecamatan Mandor. Penelitian yang dilakukan meliputi; proyeksi kebutuhan air penduduk Kecamatan Mandor hingga tahun 2037, analisis kualitas air sumber air baku yang ditinjau, analisis kuantitas dan kontinuitas air baku, serta pembuatan rencana desain jaringan pipa transmisi, bangunan penangkap mata air, dan reservoir. Hasil proyeksi penduduk pada tahun 2037 adalah 11.881 jiwa. Dari hasil analisis diketahui bahwa sumber air Bukit Godang layak dikembangkan sebagai sumber air baku. Hasil analisis debit andalan 99%  dengan menggunakan Metode Mock adalah 42,78 liter/detik, besarnya debit ini masih dapat memenuhi kebutuhan air penduduk sampai dengan tahun 2037 yang besarnya 5,16 liter/detik, Hasil analisis terhadap uji kualitas air memenuhi kelas mutu air kelas 1 berdasarkan PPRI 82 tahun 2001. Hasil analisis rencana jaringan pipa menggunakan EPANET 2.0, dapat diketahui bahwa sistem pengaliran secara gravitasi,  panjang pipa 2.230 m, velocity 1,5 meter/detik dan tekanan rata-rata adalah 12,82 m. Dalam penelitian ini juga dilakukan perencanaan bangunan penangkap mata air / broncaptering yang terletak pada titik kordinat 0o20’21,9” LU, 1090 18’17,8” BT. Reservoir terletak didesa Salatiga dengan kapasitas 326 m3.Kata Kunci: Air baku, debit andalan, kebutuhan air.
Perbandingan Penggunaan Desinfektan Kalsium Hipoklorit (Ca(OCl)2) Dan Natrium Hipoklorit (NaOCl) Pada Air Olahan Perumda Air Minum Tirta Khatulistiwa Wiranti, Puji; Kadaria, Ulli; Desmaiani, Herda
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 11, No 3 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v11i3.69870

Abstract

PERUMDA Air Minum Tirta Khatulistiwa selaku badan usaha milik daerah yang bergerak dibidangusaha penyedia air minum di kota Pontianak, PERUMDA harus memenuhi parameter yang telahditetapkan pemerintah yaitu PERMENKES Republik Indonesia No. 492/Menkes/SK/IV/2010tentang persyaratan kualitas air minum. Salah satu parameter yang ditetapkan dalam peraturantersebut adalah parameter mikrobiologi dengan indikator kandungan bakteri e.coli dalam air minumsebanyak 0 per 100 ml sampel. Adanya kandungan bakteri Escherichia coli dalam air minum dapatmenjadi penyebab water disease. Pemusnahan bakteri dapat dilakukan dengan desinfeksi.Desinfeksi merupakan penyempurnaan dalam pengolahan air minum berupa proses pemberiandesinfektan yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme pathogen. Kaporit dan natriumhipoklorit merupakan jenis desinfektan yang dapat digunakan untuk menyisihkan kandungan bakterie.coli didalam air. Namun, penggunaan kaporit yang berlebihan dapat menimbulkan sisa khlorberlebih yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Penelitian ini akan membandingkan efektifitas desinfektan kaporit dan natrium hipoklorit terhadap bakteri e.coli pada air pengolahan unit filtrasiIPA IV di PERUMDA Air Minum Tirta Khatulistiwa Pontianak. Menentukan kadar optimum desinfektan dilakukan percobaan jartest dengan dosis masing-masing 0,1;0,2;0,3;0,4;0,5;0,6 mg/Ldengan pengadukan kecepatan 40 rpm selama 5 menit. Dari percobaan diperoleh dosis optimum kaporit 0,5 mg/L dengan sisa khlor 0,74 mg/L dan penyisihan bakteri e.coli sebesar 94,%. Percobaanpada desinfektan natrium hipoklorit diperoleh dosis optimum 0,3 mg/L dengan sisa khlor 0,59 mg/L dan penyisihan bakteri e.coli sebesar 86,9%Kata Kunci: E.coli, Kaporit, Natrium Hipoklorit, Sisa Khlor
Pemanfaatan Daun Nanas Sebagai Biosorben Untuk Perbaikan Kualitas Air Gambut Octaviani, Via; Kadaria, Ulli; Asbanu, Govira Christiadora
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 12, No 2 (2024): April 2024
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v12i2.77367

Abstract

Daun nanas mengandung antara lain Selulosa, lignin, pektin, lemak, wax, abu, dan zat-zat lain (protein dan asam organik). Kandungan selulosa dalam daun nanas berkisar 70% - 80% yang mampu dijadikan biosorben untuk menyerap logam berat. Air gambut Desa Rasau Jaya Dusun Banjar Rejo memiliki karakteristik fisik bewarna coklat kemerahan dan bau. Tujuan penelitian ini untuk memperbaiki kualitas air gambut Desa Rasau Jaya Dua Dusun Banjar Rejo dengan memanfaatkan daun nanas sebagai biosorben alami.. Penelitian berskala laboratorium menggunakan jartest dengan sistem batch. Hasil uji air gambut Dusun Banjar Rejo berwarna merah kecoklatan 696 Pt-Co Unit (baku mutu: 15 Pt-Co Unit), pH sebesar 4,2 (baku mutu: 6-9), besi (Fe) sebesar 8,6 mg/L (baku mutu: 0,3 mg/L) dan kandungan zat organik (KMnO4) sebesar 139 mg/L(baku mutu: 10 mg/L). Pengolahan daun nanas menjadi biosorben dengan cara dehidrasi, karbonasi dan aktivasi. Proses aktivasi menggunakan larutan HCl 0,1 selama 24 jam. Biosorben yang dihasilkan bagian yang hilang pemanasan 950 ºC, kadar air, kadar abu, kadar volatil, daya serap iodin, karbon aktif murni, kerapatan jenis curah dan lolos mesh 325 masing-masing yaitu 90,879%, 6,0056%, 9,066%, 85,178%, 582,125 mg/g, 0,055%, 0,434 g/ml dan 9,524%. Kapasitas adsorpsi rata-rata pH, warna, besi dan zat organik (KMnO4) pada biosorben teraktivasi HCl 0,1 M masing-masing sebesar 3,21 mg/g, 351,2 mg/g, 7,18 mg/g dan 23,2 mg/g, mengikuti model isoterm adsorpsi freundlich dengan nilai R2 masing-masing sebesar 1, 0,9997, 0,9991 dan 0,9997.
Motor Pompa DC Sebagai Mesin Alat Pengaduk Pada Proses Koagulasi Lelboi, Jefrianus; Kadaria, Ulli; Pramadita, Suci
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 12, No 3 (2024): Juli 2024
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v12i3.78527

Abstract

Jalan Purnama II in South Pontianak District to meet the needs of MCK, peat groundwater is used as the source of water. The study area's peat water quality measures pH 6.04, turbidity 10.54 NTU, colour 500 TCU, and organic matter 322 mg/L. Water quality does not meet Permenkes No.32 Tahun 2017 and Permenkes No.2 Tahun 2023 quality standards. The study's goal is to determine the quality of raw water before and after processing, as well as the effect of time on coagulant mixing results. A mechanical stirring machine with a 12-volt DC pump motor spinning at 3000 rpm and a rod length of 60 cm speeds up the process of mixing raw water with 72 grams of alum coagulant and 216 grams of quicklime. The sedimentation process lasts one hour, followed by filtration with 40 cm of shell sand as media and a contact time of one minute.The jar test was used to determine the alum and quicklime doses. The stirring time was varied from T1 to T5 to T10. The test parameters are pH,turbidity,colour,and organic matter. The best pH,turbidity,and colour values were found at T1, with pH 10.78,turbidity 1.92 NTU and colour 230 TCU, and the best organic substance parameters at T5 298 mg/L. The turbidity parameter meets the Permenkes No.2 Tahun 2023 quality standard,meanwhile organic substances do not yet meet Permenkes No.32 Tahun 2017 quality standards,and pH and colour parameters do not meet Permenkes No.2 Tahun 2023 standards. Beside on the result,T1 has the best time variation.
Pengolahan Air Limbah Kedai Kopi Dengan Menggunakan Grease Trap, Ekualisasi, Sarang Tawon Dan Filtrasi Commando, Jody; Kadaria, Ulli; Nugraheni, Putranty Widha
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 11, No 3 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v11i3.69606

Abstract

Kedai Kopi merupakan salah satu bisnis yang sedang populer di berbagai daerah di Indonesia. Maraknya bisnis kedai kopi yang tersebar diberbagai daerah dapat menimbulkan pencemaran berupa limbah cair apabila tidak diolah dengan baik. Pelaku bisnis sering menganggap sepele terhadap pengolahan limbah tersebut, sehingga masih banyak kedai kopi yang belum memiliki pengolahan limbah. Kedai Kopi di Pontianak yang tidak memiliki pengolahan limbah cair adalah Barabiru, karena sisa air buangan di Barabiru langsung dibuang ke badan air. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas instalasi pengolahan air limbah berdasarkan parameter pH, TSS, BOD, COD dan minyak lemak dan untuk mengetahui anggaran biaya yang dibutuhkan untuk membuat instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di Barabiru. Sampel air limbah diambil dengan cara sesaat, sedangkan debit air limbah dihitung berdasarkan pemakaian air bersih. Pengolahan yang digunakan yaitu bak grease trap, ekualisasi, sarang tawon dan filtrasi. Hasil uji kualitas awal menunjukan nilai pH 4,2, TSS 1472 mg/L, BOD 61 mg/L, COD 128 mg/L, dan minyak lemak 156 mg/L. Efektivitas penurunan dari setiap parameter setelah pengolahan, TSS 90 %, BOD 64 %, COD 55% dan minyak lemak 96%.
Analisis Perilaku Dan Persepsi Masyarakat Tepian Sungai Kapuas Terhadap Sumber Air Bersih Alfaiz, Frizio; Kadaria, Ulli; Jati, Dian Rahayu
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 12, No 3 (2024): Juli 2024
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v12i3.78585

Abstract

Masyarakat di tepi Sungai Kapuas kecil masih menggunakan sumber air Sungai sebagai sumber air bersih untuk aktivitas sehari - hari yang belum memenuhi standar untuk higiene sanitasi menurut PerMenKes RI No. 2 Tahun 2023. Penelitian ini bertujuan menganalisis perilaku dan persepsi masyarakat yang tinggal di tepi Sungai Kapuas terkait penggunaan sumber air bersih. Metodologi penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk menggambarkan realitas sosial masyarakat yang menjadi objek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan responden memiliki perilaku dan persepsi yang baik terhadap kebersihan dan kualitas sungai dengan nilai berturut-turut 83,3% dan 77,3%, persentase tersebut menunjukkan bahwa responden berusaha meningkatkan kualitas air sungai dengan mengurangi pembuangan sampah dan mendorong timbulnya rasa tanggungjawab. Rekomendasi yang dapat diberikan yaitu melibatkan pemerintah dan lembaga terkait dalam peningkatan infrastruktur sanitasi, edukasi masyarakat tentang dampak pencemaran air, serta langkah-langkah untuk meningkatkan partisipasi dalam pengelolaan sampah dan perlindungan Sungai Kapuas. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki perilaku dan persepsi positif terkait sumber air bersih sungai.Kata Kunci: Air Bersih; Perilaku; Persepsi; Sungai Kapuas.