Hety Hartaty
Loka Penelitian Perikanan Tuna Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Badan Penelitian dan pengembangan Kelautan dan perikanan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Bawal : Widya Riset Perikanan Tangkap

PARAMETER POPULASI IKAN TONGKOL KRAI (Auxis thazard) DI PERAIRAN SIBOLGA DAN SEKITARNYA Hety Hartaty; Bram Setyadji
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 8, No 3 (2016): (Desember, 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.129 KB)

Abstract

Tongkol krai (Auxis thazard) merupakan salah satu jenis ikan pelagis dengan nilai ekonomis tinggi di Indonesia, khususnya di perairan Sibolga dan sekitarnya. Eksploitasi terhadap spesies ini terus meningkat sepanjang tahun dan umumnya tertangkap oleh alat tangkap pukat cincin. Tingkat eksploitasi yang intensif terhadap spesies ini tidak disertai dengan studi kajian stok seperti penentuan parameter populasi. Tujuan dari penelitian adalah menentukan beberapa parameter populasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pengelolaan perikanan tuna neritik di perairan Sibolga dan sekitarnya. Pengumpukan data yakni data bulanan ukuran panjang dan berat individu ikan dilakukan di PPN Sibolga selama bulan Januari – Desember 2013. Parameter populasi dihasilkan dari analisa berbasis data panjang menggunakan perangkat lunak FAO-ICLARM Stock Assessment Tools II (FiSAT-II). Hasil penelitian menunjukkan panjang ikan tongkol krai yang tertangkap berkisar antara 19 - 45 cmFL atau  panjang rata-rata 32,91 cmFL. Panjang asimtotik (L∞) sebesar 47,9 cmFL dengan koefisien laju pertumbuhan (K) sebesar 0,58 per tahun dan umur pada saat memijah (t0) sebesar -0,246 tahun. Nilai mortalitas alami (M) sebesar 1,08 per tahun, mortalitas akibat penangkapan (F) sebesar 0,63 per tahun dan mortalitas total (Z) 1,71 per tahun. Laju eksploitasi (E) relatif rendah yaitu 0,37 sehingga eksploitasinya berpeluang untuk ditingkatkan sekitar 30% dari tingkat exploitasi aktual tangkapan saat sekarang untuk mencapai pemanfaatan optimum (E = 0,5). Frigate tuna (Auxis thazard) considered as one of the high-valued fish in Indonesian market, especially in Sibolga and its adjacent waters. The exploitation of this commodity is increasing every year and mainly contribued by purse seiners. However, there is lack of proper stock analysis such as determining of biological population parameters. The objective of this study was to obtain several biological population parameters based on length data. Size data was collected by enumerators based at PPN Sibolga from January to December 2013. The results showed that frigate tuna distributed from 19-45 cmFL with an average length of 32.91 cmFL. Asymptotic length (L∞) was estimated about 47.9 cmFL, growth rate (K) was 0.58 year-1 and the age in early condition (to) was -0.246 year. Total mortality (Z) was 1.71 year-1, natural mortality (M) was 1.08 year-1 and fishing mortality (F) was 0.63 year-1. The exploitation rate (E) of frigate tuna considered relativelly low (E=0.37). There is possibility to increase fishing effort about 30% of actual level.
MUSIM PEMIJAHAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) DI SAMUDRA HINDIA SELATAN JAWA-BALI Gussasta Levi Arnenda; Hety Hartaty
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 14, No 1 (2022): (APRIL) 2022
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.14.1.2022.11-19

Abstract

Ikan tuna sirip kuning atau yellowfin Tuna (Thunnus albacares) merupakan salah satu jenis komoditas eksport yang penting bagi Indonesia. Pemanfaatan secara intensif tuna sirip kuning di Samudra Hindia diduga telah mengakibatkan keadaan lebih tangkap. Penelitian ini bertujuan untuk menduga musim pemijahan berdasarkan data biologi reproduksi yang nantinya dapat dimanfaatkan dalam saran pengelolaan perikanan yang lestari. Penelitian di lakukan di perusahaan pengolahan, dan observasi di atas kapal long-line yang berbasis di Pelabuhan Benoa. Penelitian dilakukan selama bulan Januari 2019 - April 2020. Sampel biologi tuna sirip kuning yang diperoleh sebanyak 127 ekor. Analisis histologis dilakukan terhadap sampel gonad di Laboratorium Histologi dengan metode parafin dan pewarnaan HE (Harris-Haemotoxilin dan Eosin). Berdasarkan sampel biologi yang diperoleh, populasi ikan Yellow Fin Tuna (YFT) didominasi oleh ikan dewasa matang gonad dengan status reproduktif aktif (spawning capable, spawning, dan regressing). Hasil pengamatan histologis berdasarkan Most Advanced Group of Oocytes (MAGO) dalam gonad menunjukkan YFT memiliki tipe pemijahan berganda (multiple spawner). Perkembangan oosit YFT adalah asynchronous (tidak seragam) yang ditandai oleh munculnya beberapa tingkat perkembangan oosit dalam satu ovarium. Indeks Kematangan Gonad (IKG) berbanding lurus dengan tingkat perkembangan (kematangan) gonadnya. Puncak musim pemijahan terjadi menjelang akhir tahun (bulan Oktober hingga Desember)Yellowfin tuna (YFT) is one of the important export commodities for Indonesia. Intensive fishing of this species in Indian Ocean has likely been nearly overfishing. This study aims to determine the spawning season based on reproductive biology that can be used in sustainable fisheries management. The research was carried out in processing companies, and on board long-line vessels based at Benoa Harbor conducted in January 2019 - April 2020. Samples of yellowfin tuna obtained were 127 tails. Histological analysis was performed in the Histology Laboratory using the paraffin method and HE staining (Harris-Haemotoxilin and Eosin). The sample was surgically removed by taking a pair of gonads and weighed (WG) with grams. The results of histological observations revealed that the Most Advanced Group of Oocytes (MAGO) in YFT gonads varied so that the development of oocyte was asynchronous (non-uniform) which was characterized by the emergence of several levels of oocyte development in one ovary. Gonado somatic index (GSI) was proportional with the level of gonad development. The peak of the spawning season occurs towards the end of the year in October to December.