Anthony Sisco Panggabean
Balai Penelitian Perikanan Laut

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Bawal : Widya Riset Perikanan Tangkap

HASILTANGKAPANTERIPANG(Sea cucumber) DI PERAIRANKARANGSCOTTPULAUDATUAUSTRALIA Anthony Sisco Panggabean; Ralph Thomas Mahulette; Jim Prescott
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 4, No 1 (2012): (April 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (931.936 KB) | DOI: 10.15578/bawal.4.1.2012.19-26

Abstract

Perairan karang Scott (Scott Reef) yang terletak disekitar Pulau Datu berada di Perairan Laut Timor – Australia khususnya di lokasi MoU Box 74. Banyak nelayan tradisional Indonesia yang berasal dari Pulau Rote Alor dan Madura menangkap teripang di kawasan tersebut sebagai mata pencahariannya secara turun temurun. Suatu penelitian merupakan kerjasama antara Pemerintah Indonesia (Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan) dan Pemerintah Australia (Australian Fisheries Management Autority) telah dilakukan pada bulan September 2008. Sebagai bagian dari penelitian tersebut, telah dilakukan pengamatan teripang yang mencakup aspek biologi (panjang, berat, identifikasi jenis) dan aspek penangkapan (hasil tangkapan, deskripsi perahu dan alat tangkap). Hasil penelitian teridentifikasi 20 jenis teripang yang ditangkap oleh 29 unit armada tangkap yang berasal dari Pulau Rote Alor dan Madura. Terdapat 5 jenis teripang yang dominan tertangkap dan mempunyai nilai ekonomis tinggi yaitu Holothuria nobilis, Stichopus chloronutus, Bohadschia argus, Bohadschia marmorata dan Bohadschia sp. Peralatan yang digunakan adalah pancing, lampu lentera, kacamata selam, tombak, dan keranjang penampung. Scott Reef or Datu Island waters was located in Timor Sea-Australian side, namely Mou Box 74. Since many years ago fishing activities had been going by Indonesian traditional fisherman from Rote Island Alor and Madura. The main fishing activities was to collect sea cucumber (“trepang”). The research was done a collaboration between The Agency for Marine and Fisheries Research and Development (AMFRD) Ministry of Marine Affairs and Fisheries and Australian Fisheries Management Authority (AFMA) in September 2008. Length and weight measurements, species identification were conducted for biological parameters and ( total catcth, boat description and type fishing gear for fisheries aspects). There were 20 species of sea cucumbers or trepang identified. That caught by 29 units of fishing boats in Datu Island came from Rote Island, Alor and Madura. The dominant species of Holothuria nobilis, Stichopus chloronutus, Bohadschia argus,  Bohadschia marmorata and Bohadschia sp have economically importen sea cucumbers. Fishing equipments, lantern lights, goggles, spears, and basket traps were used for collection of sea cucumbers.
PARAMETER POPULASI LOBSTER BAMBU (Panulirus versicolor) DI PERAIRAN SIMEULUE Helman Nur Yusuf; Ali Suman; Thomas Hidayat; Anthony Sisco Panggabean
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 3 (2017): (Desember) 2017
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.404 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.3.2017.185-195

Abstract

Lobster bambu (Panulirus versicolor) merupakan komoditas perikanan penting yang telah diekspolitasi di perairan Simeulue. Peningkatan permintaan dan pengusahaan lobster menyebabkan tekanan penangkapan terhadap populasi lobster semakin intensif dan tidak terkendali. Untuk itu  diperlukan informasi tentang biologi reproduksi dan parameter populasi lobster dalam rangka pengelolaan sumberdaya lobster yang berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai dengan Desember 2015 diperairan Simeulue dengan tujuan untuk mengestimasi parameter populasi lobster bambu. Pengamatan dan pengukuran lobster dilakukan di tempat pengumpul lobster dengan sistem sampling acak (random sampling). Analisis data parameter populasi menggunakan software FiSAT (Stock Assessement Tools). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kondisi lobster bambu jantan dan betina tidak seimbang (1 : 1,5),  pola pertumbuhan bersifat alometrik negatif dengan nilai b sebesar 2,924 dan rata-rata pertama kali tertangkap (Lc) = 86 mmCL. Laju pertumbuhan (K) = 0,320 per tahun dan panjang karapas asimtotik (CL) 149,1 mm. Laju mortalitas alami (M) = 0,99 per tahun, laju kematian akibat penangkapan (F) sebesar 0,84 per tahun dan laju kematian total (Z) sebesar 1,83 per tahun. Tingkat eksploitasi (E) sebesar 0,46 atau pemanfaatan sumberdaya lobster bambu belum optimum. Penambahan baru dalam populasi berlangsung sepanjang tahun dan mencapai puncaknya pada Juni dan Juli bersamaan dengan musim timur. Untuk itu perlu adanya regulasi pemerintah dalam pengelolaan perikanan lobster yang berkelanjutan dengan menerapkan close season lobster pada puncak musim pemijahan.The painted green/bamboo lobster (Panulirus versicolor) is an important fish commodities that have been exploited in the waters of Simeulue. Increased utilization and uncontrolled exploitation of lobster causing pressure on the lobster population. For this reason, there is a need for information about the parameters of the lobster population in the management for the sustainability of lobster resource. The experiment was conducted in May to December 2015 Simeulue waters for the purpose of estimating the population parameters lobster green. Sampel collected randomly in the lobster landing site. Analysis of the data using FiSAT II software (FAO-ICLARM Stock Assessement Tools). The results obtained unbalanced condition of green lobster (1:1.5), the growth pattern is allometrically negative with value b of 2,924, length at fish first caught (Lc) = 86 mm CL. The lobster growth rate (K) = 0,320 per year and asymptotic carapace length (CL) 149.10 mm. The rate of natural mortality (M) = 0.99 per year, the mortality rate due to the arrest of (F) of 0.84 per year and total mortality rate (Z) of 1.83 per year. The rate of exploitation (E) 0,46 or green lobster resource was not optimum. Recruitment occur throughout the year with peak recruitment in June and July of the southeast monsoon. A government regulation is needed for the sustainable management of lobster resources by applying a close season during the peak spawning peri.