Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Bawal : Widya Riset Perikanan Tangkap

ASPEK BIOLOGI IKAN TEMBANG (Sardinella gibbosa) DI PUSAT PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO KABUPATEN TANGERANG Mario Limbong; Urip Rahmani; Emanuel Duho
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 14, No 1 (2022): (APRIL) 2022
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.14.1.2022.47-56

Abstract

Perairan Kronjo memiliki potensi ikan Sardinella gibbosa yang cukup besar dan bernilai ekonomis yang tinggi. Tingginya permintaan ikan tembang menyebabkan semakin meningkatnya upaya penangkapan. Pengawasan penangkapan perlu dilakukan untuk melihat kondisi habitat ikan agar tidak terjadi growth overfishing. Penelitian mengenai aspek biologi ikan tembang untuk menggambarkan kondisi habitat daerah penangkapan ikan di perairan Kabupaten Tangerang masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek biologi ikan tembang serta status habitat ikan tembang di perairan Kronjo. Penelitian dilakukan pada September sampai Desember 2021 di PPI Kronjo. Jumlah ikan yang diukur panjang dan beratnya sekitar 1.188 ekor. Analisis data menggunakan regresi power untuk hubungan panjang berat, uji khi kuadrat untuk menentukan nisbah kelamin, dan fungsi logistik untuk menentukan ukuran pertama kali ikan tertangkap. Ikan S. gibbosa yang ditangkap di perairan Kronjo berukuran 11,6 – 17,2 cm dan berat tubuh ikan berkisar antara 10,7 – 41,8 gr. Ikan S. gibbosa betina lebih dominan tertangkap dengan nisbah kelamin 2,01:1 terhadap ikan jantan. Panjang total S. gibbosa pertama kali tertangkap di perairan Kronjo adalah 14,7 cm dengan pola pertumbuhan bersifat allometrik negatif. Panjang infinity ikan S. gibbosa adalah 18,85 cm sedangkan nilai faktor kondisi sebesar 1,08. Status sumber daya ikan S. gibbosa di perairan Kronjo masih dalam kondisi cukup baik (potensial) dan keberkelanjutan namun diperlukan pengaturan intensitas penangkapan.Kronjo waters have a large potential for Sardinella gibbosa and high economic value. The high demand for S. gibbosa has led to increased fishing efforts. Fishing supervision needs to be carried out to see the condition of the fishing grounds so that growth overfishing does not occur. Research on the biological aspects of S. gibbosa to describe the conditions of fishing grounds in the waters of Tangerang Regency is still very limited. This study aimed to analyze the biological aspects of S. gibbosa and the status of the habitat of S. gibbosa in Kronjo waters. The research was conducted from September to December 2021 at Kronjo fishing base. There were 1,188 fish measured and weighed. Data analysis used power regression for the relationship between length and weight, the chi-square test to determine the sex ratio, and logistic functions to determine the length at first capture. The total length of S. gibbosa ranged from 11.6 – 17.2 cm, and the body weight of fish ranged from 10.7 – 41.8 g. The female S. gibbosa was more dominantly caught with a sex ratio of 2.01:1 to the male fish. Length at first capture in Kronjo waters was 14.7 cm with a negative allometric growth pattern. The infinity length of S. gibbosa is 18.85 cm, while the condition factor value is 1.08. The resource status of S. gibbosa in Kronjo waters is still in reasonably good condition (potential) and sustainable, but it is necessary to regulate fishing intensity.
UKURAN PERTAMA KALI TERTANGKAP DAN RASIO POTENSI PEMIJAHAN UDANG DOGOL MENGGUNAKAN JARING ARAD DI PERAIRAN BREBES Donwill Panggabean; Mario Limbong; Riena F. Telussa; Desi Fatmawati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 15, No 1 (2023): (APRIL) 2023
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.15.1.2023.25-32

Abstract

Keterbatasan data yang tersedia di Kabupaten Brebes menyebabkan sulitnya menduga potensi dan status stok sumber daya udang. Upaya yang dapat dilakukan untuk menduga status sumber daya udang dan strategi pengelolaannya adalah dengan pendekatan aspek biologi dan rasio potensi pemijahan. Sampel udang dogol yang ditangkap menggunakan jaring arad diambil di Kabupaten Brebes selama 2 bulan. Panjang karapas udang dogol yang diukur berjumlah 1.004 ekor dengan menggunakan jangka sorong. Penelitian dilakukan untuk melihat komposisi hasil tangkapan, ukuran pertama kali tertangkap, serta rasio potensi pemijahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan jaring arad di perairan Brebes didominasi hasil tangkapan sampingan (80,10%), hasil tangkapan utama (16,98%), dan hasil tangkapan lainnya yang dibuang ke laut (discard) sebanyak 2,92%. Hasil tangkapan utama yang paling banyak tertangkap adalah udang dogol dengan kisaran panjang karapas sekitar 30,1 – 56,0 mmCL. Ukuran karapas pertama kali tertangkap udang dogol berada di atas ukuran pertama kali matang gonad. Selektivitas alat tangkap jaring arad yang digunakan untuk menangkap udang dogol sekitar 40,87 mmCL. Status sumber daya udang dogol berdasarkan nilai rasio potensi pemijahan tergolong baik sehingga penangkapan udang dogol dengan jaring arad masih berkelanjutan.
DEGRADASI DAERAH PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN TELUK BANTEN, PROVINSI BANTEN Limbong, Mario; Telussa, Riena F.; Patanda, Mercy; Manik, Melani Indah Sari; Amri, Khairul
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 16, No 3 (2024): Desember 2024
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.16.3.2024.136 - 148

Abstract

Perikanan tangkap di Teluk Banten didominasi oleh perikanan skala kecil, dimana intensitas penangkapan dan penggunaan alat penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan diduga menyebabkan degradasi daerah penangkapan ikan. Selain itu, aktivitas daratan memberikan dampak yang negatif terhadap kualitas perairan. Penelitian ini bertujuan menganalisis kualitas perairan dan intensitas penangkapan, serta menentukan tingkat degradasi daerah penangkapan ikan di perairan Teluk Banten. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei dan wawancara. Data kualitas perairan dianalisis secara deskriptif berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004. Data perikanan tangkap yang ramah lingkungan diambil secara langsung dan dianalisis berdasarkan kriteria Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF). Status degradasi DPI ditentukan melalui pembobotan gabungan kondisi kualitas perairan dan perikanan tangkap yang ramah lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian, kualitas perairan Teluk Banten masih dalam kondisi baik untuk kehidupan biota, walaupun parameter kecerahan dan salinitas belum sesuai dengan baku mutu air laut. Alat penangkapan ikan yang beroperasi di perairan Teluk Banten didominasi oleh jenis alat tangkap yang bersifat ramah lingkungan, seperti gillnet, pancing ulur, bagan perahu, dan bubu. Perairan Teluk Banten sudah terjadi degradasi daerah penangkapan ikan kategori ringan yaitu sekitar 58% yang diakibatkan oleh intensitas penangkapan dan penggunaan alat tangkap jaring arad. Pemanfaatan ruang laut untuk perikanan tangkap di Teluk Banten cukup tinggi sekitar 0,43 km2 untuk setiap unit penangkapan ikan.