Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search
Journal : Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan

OPTIMALISASI KATALISIS ION THIOSIANAT OLEH LAKTOPEROKSIDASE DALAM PRODUKSI HIPOTHIOSIANIT Oktavia R Puspitarini; Ahmad Ni’matullah Al-Baarri; Antonius Hintono
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (124.74 KB)

Abstract

Sistem laktoperoksidase (LPOS) merupakan suatu sistem yang terdiri dari laktoperoksidase (LPO), ion thiosianat (SCN-) dan hidrogen peroksida (H2O2). Hidrogen peroksida akan terurai menjadi oksigen dan air kemudian LPO akan mengoksidasi SCN- menjadi hipothiosianit (OSCN-). Oleh karena itu, residu SCN- penting dikaji. Besar kecilnya SCN- akan berpengaruh terhadap produksi OSCN- yang dihasilkan. Dalam penelitian ini, digunakan SCN- dalam konsentrasi rendah 0,005 mM sampai 0,25 mM harapannya konsentrasi rendah ini terkonversi seluruhnya menjadi OSCN- serta penggunaan konsentrasi SCN tinggi 1 mM hingga 5 mM, harapannya produksi OSCN- meningkat. Oleh karena itu, perlu ketepatan jumlah SCN- dan lama inkubasi LPOS sehingga produksi OSCN- optimal. Tujuan penelitian ini adalah mengoptimalkan katalisis SCN- oleh LPO agar produksi OSCN- sebagai antimikroba semakin meningkat. Produksi OSCN- dimulai dengan konsentrasi SCN- dan H2O2 rendah 0,005 mM hingga konsentrasi tinggi 5 mM dan lama inkubasi pada 1 menit dan 3 jam.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah SCN- yang terlalu rendah dan terlalu tinggi tidak mampu mengoptimalkan produksi OSCN-, selain itu lama inkubasi reaksi yang panjang juga tidak mampu mengoptimalkan produksi OSCN-. Jumlah SCN- yang tepat dalam mengoptimalkan produksi OSCN- adalah 1 mM dengan lama inkubasi reaksi LPOS selama 1 menit. Reaksi katalisis SCN- dalam reaksi LPOS harus segera berlangsung agar produksi OSCN- sebagai senyawa antimikroba semakin meningkat.
Aktivitas Antioksidan, Tekstur dan Kecerahan Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas) yang Dikukus pada Berbagai Lama Waktu Pemanasan Lutfi Amalia Shaliha; Setya Budi Muhammad Abduh; Antonius Hintono
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 6, No 4 (2017): November 2017
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.618 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan aktivitas antioksidan, tekstur dan kecerahan ubi jalar ungu selama pengukusan hingga 50 menit. Ubi jalar ungu dikukus pada suhu 75-85°C selama 50 menit. Pada menit ke-30, 35, 40, 45 dan 50 tiga sampel diambil untuk dihaluskan dengan mortar dan dihomogenkan dengan ribbon mixer. Sampel lalu diuji aktivitas antioksidan secara DPPH, tekstur secara texture profile analysis dan kecerahan secara digital. Data lalu dianalisis secara regresi. Seiring lama waktu pengukusan, aktivitas antioksidan dan hardness menurun dengan laju masing-masing sebesar 0,885 %/menit dan 0,794 g/cm2/menit sedangkan cohesiveness, adhesiveness dan lightness meningkat dengan laju masing-masing sebesar 0,0208 mm/h/menit; 0,0094 N/mm; 0,6774 nhg/menit. Dapat disimpulkan bahwa waktu optimal pengukusan adalah 39 menit dengan nilai aktivitas antioksidan, hardness, cohesiveness, adhesiveness, kecerahan masing-masing sebesar 52,75%; 54,35 g/cm2; 0,37 mm/h; 0,53 N/mm; 13,730 nhg.AbstractThis study aimed to determine changes in antioxidant activity, texture and brightness of purple sweet potato during steaming up to 50 minutes. Purple sweet potato steamed at temperature of 75-85°C for 50 minutes. Three samples taken to mash with a mortar and homogenize with a ribbon mixer in minute 30, 35, 40, 45 and 50. Samples were tested the antioxidant activity in DPPH, texture profile analysis and digital colormeter. Data was analyzed by regression. Antioxidant activity and hardness decreased at a rate of respectively 0.885 %/minute and 0.794 g/cm2/minute while cohesiveness, adhesiveness and lightness increased at a rate amounting to 0.0208 mm/h/minute; 0.0094 N/mm; 0.6774 nhg/min a long with steaming time. It can be concluded that the optimal steaming time is 39 minutes with a value of antioxidant activity, hardness, cohesiveness, adhesiveness, brightness respectively by 52.75%; 54.35 g/cm2; 0.37 mm/h; 0.53 N/mm; 13.000 nhg.
Sifat Fisik Edible Film yang Terbuat dari Tepung Pati Umbi Garut dan Minyak Sawit Amalina Noor Shabrina; Setya Budi Muhammad Abduh; Antonius Hintono; Yoga Pratama
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 6, No 3 (2017): Agustus 2017
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.213 KB) | DOI: 10.17728/jatp.239

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik edible film dari tepung pati umbi garut dan minyak sawit dengan perbedaan konsentrasi antar keduanya, serta mengetahui konsentrasi yang tepat antara beberapa perlakuan yang menghasilkan edible film terbaik. Penelitian ini dirancang secara acak lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor I adalah konsentrasi tepung pati umbi garut (3%, 4%, dan 5% b/v) dan faktor II adalah penambahan konsentrasi minyak sawit (0%, 0,3%, dan 0,6% v/v). Setiap perlakuan dilakukan  sebanyak 3 kali ulangan dengan parameter yang diujikan yaitu berupa ketebalan, water vapor transmission rate, tensile strength, dan persentase pemanjangan. Nilai water vapor transmission rate  terbaik yaitu sebesar 10,691 g/m2/jam dengan formula konsentrasi tepung pati umbi garut 5% (b/v) dan konsentrasi minyak sawit 0,6% (v/v). Pada nilai water vapor transmission rate ini, nilai ketebalan yang diperoleh yaitu 0,1134 mm, tensile strength 2,8 N/mm2 dan presentase pemanjangan 43%. Dalam menentukan nilai, tepung pati umbi garut dan minyak berinteraksi (P<0,05) pada nilai ketebalan, water vapor transmission rate, dan persentase pemanjangan namun tidak berinteraksi (P>0,05) dalam menentukan nilai tensile strength.The purpose of this research is to determine the physical properties of edible film from arrowroot starch flour and palm oil with difference concentration between both of them, and also to investigate the right concentration among some treatment which have best result. This research used Completely Randomized (CRD) is arranged with two factors. The first factor was the concentration of arrowroot stratch flour (3%, 4%, and 5% b/v) and the second was the concentration of palm oil (0%, 0,3%, and 0,6% v/v). Each treatments for 3 replication, with paramaters measured were thickness, water vapor transmission rate, tensile strength and elongation. The best result of water vapor transmission rate that is 10,691 g/mm2/hour, with formula of the concentration of arrowroot starch flour is 5% and then concentration of palm oil is 0,6%. In this value of water transmission rate, the value of thickness is 0,1134 mm, tensile strength 2,8 N/mm2 and elongation 43%. The result showed the interaction between  concentration of arrowroot starch flour and  palm oil against the thickness, water vapor transmission rate, and elongation (P<0,05). But, there is no interaction with tensile strength (P>0,05).
Karakteristik Permen Karamel Susu Rendah Kalori dengan Proporsi Sukrosa dan Gula Stevia (Stevia rebaudiana) yang Berbeda Nida Faradillah; Antonius Hintono; Yoyok Budi Pramono
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 6, No 1 (2017): Februari 2017
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.644 KB) | DOI: 10.17728/jatp.206

Abstract

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pemanis rendah kalori terhadap nilai kalori, tingkat kemanisan dan tekstur permen karamel susu telah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan proporsi sukrosa dan gula stevia yang berbeda yaitu 100% : 0%, 75% : 25%. 50% : 50%, 25% : 75% dan 5 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan semakin banyak gula stevia yang digunakan dan semakin sedikit sukrosa yang digunakan, nilai kalori permen karamel semakin rendah, dengan nilai 4371, 96 ± 4,76 kal/g; tingkat kemanisan 7,94 ± 0,19 Brix dan pada tekstur menunjukkan bahwa permen karamel susu disukai oleh panelis.The study aims to determine the used of low-calorie sweetener effects for calorify value, sweetness and texture of caramel milk candy was conducted in the Laboratory of Food Chemistry and Nutrition, Faculty of Animal Science and Agriculture, University of Diponegoro. The research method used a completely randomized design (CRD) with 4 treatments using different proportion between sucrose and stevia sugar 100% : 0%, 75% : 25%, 50% : 50%, 25% : 75% and 5 replications. Based on the research, using of sugar stevia more and the other hand less of sucrose showed that value of calorie was lower (4371.96 ± 4.76 cal/g); value of sweetness was (7.94 ± 0.19 Brix) and texture showed that milk caramel candy like by panelists.
Studi Kerusakan Protein dalam Emulsi Ganda Air-dalam-Minyak-dalam-Air Natrium Klorida Menggunakan Instrumen Fourier Transform Infrared Spectroscopy Yoyok Budi Pramono; Irene Raras Nawangsasi; Antonius Hintono Hintono; Vita Paramita Paramita
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 7, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17728/jatp.2130

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerusakan protein dalam emulsi ganda W/O/W pada suhu penyimpanan (4, 25, 40°C) dan kadar NaCl yang berbeda (0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1%) setelah 3 minggu penyimpanan dan dianalisis menggunakan instrumen FTIR. Protein lazim digunakan sebagai penstabil dan emulsifier alami dalam emulsi pangan, namun memiliki kelemahan dalam stabilitas terhadap suhu tinggi dan nilai pH rendah mendekati titik isolelektriknya. Penelitian ini menggunakan 2 jenis protein yaitu gelatin untuk fase air internal (W1) dan isolat protein kedelai (IPK) untuk fase air eksternal (W2). Emulsi ganda dibuat melalui tahap emulsifikasi ganda yaitu emulsifikasi primer untuk mendapatkan emulsi W/O dan emulsifikasi sekunder untuk mendapatkan emulsi ganda W/O/W. Analisis FTIR menunjukkan bahwa bahan baku yaitu gelatin dan isolat protein yang digunakan dalam pembuatan emulsi masih dalam kondisi baik. Interpretasi spektra protein yang digunakan dalam emulsi menunjukkan adanya penambahan dan hilangnya gugus Amida utama yang terkandung dalam gelatin dan isolat protein kedelai, yaitu Amida I, II, IV, V dan VI. Kesimpulannya, proses pemanasan emulsi pada suhu 4, 25, dan 40°C dan penyimpanan emulsi selama 3 minggu menyebabkan kerusakan struktur protein pada gelatin dan isolat protein kedelai yang tercermin melalui spektra protein melalui FTIR.This experiment aims to observe protein deterioration in food double emulsion W/O/W in various NaCl concentrations i.e. 0; 0.2; 0.4; 0.6; 0.8; 1% and storage temperatures, i.e. 4, 25, 40°C after 3 weeks storage by FTIR analysis. Protein is commonly used in food emulsion as stabilizer and natural emulsifier. However, protein has bad performance in high temperature and low pH value near to its isoelectric point. This experiment used 2 types of protein: gelatin as a protein that was added in internal water phase (W1) and soy protein isolate as a protein that was added in external water phase (W2). Double emulsions were produced by 2 phase emulsification, which were primary emulsification (to generate primary W/O emulsion) and secondary emulsification (to produce double emulsion W/O/W). FTIR analysis showed that gelatin and soy protein isolate as main ingredients for W/O/W double emulsion were in a good condition. Protein spectra interpretation showed that emersion and loss of main Amide group of gelatin and soy protein isolate in double emulsion, which were Amide I, II, IV, V and VI. It was concluded that heating and storing process caused protein structure damage to gelatin and soy protein isolate that was able to be visualized by FTIR analysis.
SIFAT KIMIA BAKSO BERBAHAN DASAR DAGING BABI DAN ULAT SAGU DENGAN PENGIKAT TEPUNG SAGU Charliany Hetharia; Antonius Hintono; Sri Mulyani
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 2, No 4 (2013): November 2013
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.294 KB)

Abstract

Tujuandaripenelitianiniadalah untuk mengetahui sifat kimia bakso berbahan dasardaging babi ulat sagu dengan menggunakan tepung sagu sebagai bahan pengikat. Penelitian ini bermanfaat mengetahui formulasi daging babi dan ulat sagu dengan konsentrasi tepung sagu yang tepat dalam pembuatan bakso sehingga dapat mengembangkan potensi lokal yaitu ulat sagu dan tepung sagu. Rancangan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap pola faktorial dengan 2 kali ulangan. Faktor pertama (A) adalah formulasi daging babi ulat sagu ; A0 Formulasi daging babi ulat sagu (100%:0%) (Perlakuan kontrol), A1: Formulasi daging babi ulaat sagu (95%:5%), A2 : Formulasi daging babi ulat sagu (90%:10%), A3: Formulasi daging babi ulat sagu (85%:15%) dan A4 : Formulasi daging babi ulat sagu (80%:20%) dan faktor kedua (B) konsentrasi tepung sagu, yaitu: B1 Kosentrasi Tepung sagu 10%, B2 : Kosentrasi Tepung sagu 20%, dan B3: Konsentrasi tepung sagu 30%. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan analisis ragam (ANOVA), apabila terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan Uji Duncan dengan taraf signifikansi 5%. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa interaksi perlakuan formulasi daging babi ulat sagu dan tepung sagu berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar protein, perlakuan formulasi daging babi ulat sagu berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar air dan protein terlarut sedangkan perlakuan tepung sagu berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar air bakso yang dihasilkan. Secara umum formulasi daging babi ulat sagu 90%:10% (A2) dan tepung sagu 10% (B1) dapat menghasilkan bakso dengan sifat kimia terbaik terbaik yaitu kadar air 65,67%; kadar protein 13,99%; kadar protein terlarut 1, 85%.
Karakteristik Selai Wortel (Daucus carota L.) dengan Penambahan Pektin Gavinda Shailla Nidya Putri; Bhakti Etza Setiani; Antonius Hintono
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 6, No 4 (2017): November 2017
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.004 KB) | DOI: 10.17728/jatp.265

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh penambahan pektin terhadap kadar air, pH, total gula, tekstur, dan organoleptik selai wortel. Materi yang digunakan adalah wortel, pektin, dan gula. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan penambahan pektin T1= 0,83%, T2= 1,0% dan T3= 1,17%. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 6 kali. Hasil penelitian menunjukkan penambahan pektin memberikan perbedaan nyata (P<0,05) terhadap kadar air dan pH. Kadar air menghasilkan angka 44,42 – 46,18%; pH 3,43 – 3,91; dan penambahan pektin 1,17% memberikan sifat organoleptik yang terdiri dari rasa, warna, aroma, dan tekstur yang lebih disukai oleh panelis. Penambahan konsentrasi pektin terbaik yaitu 1,17%. 
Sifat Fungsional Whole Egg Hasil Freeze Drying dengan Umur Telur yang Berbeda Nani Fitriyani; Antonius Hintono; Yoyok Budi Pramono
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 6, No 3 (2017): Agustus 2017
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.994 KB) | DOI: 10.17728/jatp.233

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fungsional tepung telur hasil freeze drying dan mengetahui umur telur yang baik yang digunakan dalam pembuatan tepung telur menggunakan freeze dryer. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL), dengan perlakuan umur telur 1 hari, 7 hari, 14 hari yang dikering bekukan dan telur segar yang tidak dikering bekukan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Telur umur 1 hari, 7 hari, dan 14 hari dimasukkan kedalam freeze dryer dengan setting: suhu pemanasan 45 ºC, suhu pembekuan -10 ºC, dan tekanan 25 Pa selama 15 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan telur segar yang tidak dikering bekukan dengan umur telur yang berbeda yang dikering bekukan terdapat perbedaan nyata (P<0,05) terhadap daya buih dan stabilitas buih. Freeze drying menurunkan daya buih dan stabilitas buih tepung whole egg, dan umur telur yang berbeda tidak mempengaruhi daya buih dan stabilitas buih tepung whole egg.  Namun, pada sifat pengemulsi perlakuan telur segar yang tidak dikering bekukan dengan umur telur yang berbeda yang dikering bekukan tidak berbeda nyata (P>0,05).The purpose of this research was to determined the functional properties of freeze drying egg and determine the age of a good egg used in the manufacture of egg  powder using a freeze dryer. The experimental design used was a completely randomized design (CRD), the treatment of egg age 1 day, 7 day, 14 day freeze dried and fresh eggs do not freeze dried. Each treatment was repeated 5 times. Eggs aged 1 day, 7 days and 14 days is inserted into the freeze dryer with the setting: the heating temperature of 45°C, the freezing temperature -10°C and a pressure of 25 Pa for 15 hours. The result showed that treatment of fresh eggs do not freeze-dried with eggs of different ages freeze dried are significant (P<0.05) to ability foaming and stability foams. Freeze drying decreased of ability foaming and stability foams of whole egg powder, and eggs of different ages do not affect to ability foaming and stability foams of whole egg powder. But the emulsifying properties that treatment of fresh eggs do not freeze-dried with eggs of different ages freeze dried are not significant (P>0.05).
Kadar Antosianin dan Nilai a* pada Tangkai Daun Pepaya setelah Mengalami Pemanasan Oven dan Bleaching Ahmad Ni&#039;matullah Al-Baarri; Raras Setyaningsih; Astrid Agustina Nur Amanah; Antonius Hintono
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 6, No 1 (2017): Februari 2017
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.246 KB) | DOI: 10.17728/jatp.221

Abstract

Antosianin merupakan senyawa dengan fungsionalitas tinggi sebagai antioksidan yang secara natural terdapat dalam daun dan batang tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar antosianin dalam tangkai daun pepaya setelah melalui tahap pemanasan dengan suhu 65˚C selama 45 menit dengan menggunakan metode oven dan bleaching. Tangkai daun pepaya segar yang dikumpulkan dari lokasi sekitar penelitian lalu dilakukan maserasi serta dilarutkan ke dalam media etanol yang kemudian diukur kadar antosianinnya dengan menggunakan metode perbedaan nilai pH. Warna larutan (yaitu nilai a*) juga diamati pada larutan tangkai daun pepaya tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanasan dengan metode oven telah memberikan dampak pada penurunan kadar antosianin sebesar 55–69% dari kadar antosianin mula-mula. Perubahan nilai a* juga lebih terlihat pada sampel dengan pemanasan oven yang menandakan bahwa perubahan nilai a* selaras dengan perubahan kadar antosianin pada sampel yang dipanaskan dengan metode oven. Kesimpulannya, pemanasan dapat menyebabkan turunnya kadar antosianin yang cukup tinggi pada tangkai daun pepaya dan dapat mengubah nilai a*. Penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai informasi mengenai upaya penanganan tangkai daun pepaya agar lebih terjaga sifat fungsionalitasnya, baik potensinya sebagai makanan maupun sebagai obat.Anthocyanin has been known as high functional compound and naturally exist in leave or petiole of plant. This research was done to analyse the anthocyanin in petiole of papaya after heating treatment using oven and bleaching at 65˚C for 45 minutes. The petiole of papaya was collected from the plantation next to campus. After collection, petiole of papaya was macerated and diluted into ethanol to measure the anthocyanin concentration using pH differential method. The a* value of colour was also analysed. The result showed that heating treatment reduced 55–69% anthocyanin from initial concentration and also shifted the a*value. As conclusion, heating process both oven method and bleaching might reduce the anthocyanin and shifted the a* value. This research may provide the beneficial information to find the better treatment of heating to hinder the reduction in functional compounds.
Co-Authors Abduh, Setya Budi M Afrizal Muhamad Nur Agustini Suwarastuti Ahmad Ni’matullah Al–Baarri Al-Baarri, Ahmad Ni'matullah Albaari, Ahmad N AlBaarri, Ahmad Nimatullah Aliza, Zahra Nafa Alya Tiyas Rif&#039;anna Amalina Noor Shabrina Aminuyati Anang M Legowo Arbowati, Jora Linca Arie Widya Sukma Arif Budiman Astrid Agustina Nur Amanah Aulia Nabila Azalia Rohmani Surya Sari Bambang Dwiloka Barlian Rizal Bethany, Rahma Vashti Bhakti Etza Setiani Charliany Hetharia Chindy Iswara Sembiring Cynthia Monica Dwi Agustina Wijayanti Dwi Ahmadi Dipowaseso egi aliyul rahmasari Elisabet Selly Andriani Fahmi Arifan Fito Disa Guna Fitri Nur Karimah Galih Ayu Kinteki Galuh Angga Lukito Gavinda Shailla Nidya Putri Gilang Ardiansyah Hafizh Azzam Hilmy Handoko, Nisfa Handoko, Nisfa Rama Kamila Hardiyanti, Felda Pamella Helga Ayu Sarika Heni Rizqiati Hermin Werdiningsih Hutajulu, Florent Lam Angur Irene Raras Nawangsasi Irene Raras Nawangsasi ISTNA MANGISAH Iwan Fajar Pahlawan Kusrahayu Kusrahayu Legowo, Anang Luna Auria Andansari Lutfi Amalia Shaliha Luthfiyah Nur Sulistiyani Maharani, Arnetta D Megawangi Megawangi Melinda Erdya Krismaputri Mesias, Inish Chris P. Miranda Miranda Muhammad Johan Adhibuana Nabila, Aulia Zalfa Nani Fitriyani Neisya Rizki Adefatma Nida Faradillah Nietha Yuliana Niken Werdhosari Nisa Afifah Hajrah Novita Wibowo Nurwantoro . Oktavia R Puspitarini Pramono, Yoyok Primastuti, Priska Tiara Putra, Rivan Triardhana Putri Setyoningsih Putri, Sayyidah Ghaisani Rafaella Chandraseta Megananda Raras Setyaningsih Risa Fazriyati Siregar Risa Fazriyati Siregar Sabrina Sabiella Husna Salma Salsabila Setya Budi Muhammad Abduh, Setya Budi Muhammad Shafira, Adrina Eka Siti Susanti Siti Susanti, Siti Sri Mulyani Sri Mulyani Sri Mulyani Sutaryo Sutaryo Tambunan, Lia Oktavia taufiqi bagas ramadhani Tisqa Rizky Quna Uswatun Khasanah Valentinus Priyo Bintoro Vita Paramita Widya Dwi Pangesti Winda Chelsy Tarihoran Yesica Rani Ginting Yoga Pratama Yoga Pratama Yos Johan Utama Yoyok Budi Pramono Yoyok Budi Pramono Yoyok Budi Pramono Zaki Mala Nugraheni, Zaki Mala Zuniati, Neti