Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search
Journal : Buletin Anatomi dan Fisiologi (Bulletin of Anatomy and Physiology)

Pengaruh Pemberian Pupuk Nanosilika terhadap Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan Padi Beras Merah (Oryza sativa L.var. indica) Skolastika Dara Sabatini; Rini Budihastuti; Sri Widodo Agung Suedy
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 2, Nomor 2, Tahun 2017
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.2.2.2017.128-133

Abstract

Padi beras merah (Oryza sativa L. var. indica) merupakan salah satu pangan fungsional. Selain kaya karbohidrat, beras merah juga mengandung antosianin sebagai antioksidan yang bermanfaat untuk kesehatan manusia. Kendala budidaya padi merah saat ini adalah pertumbuhan dan produksi yang masih rendah. Pertumbuhan dan produktivitas padi yang rendah, antara lain dapat disebabkan oleh ketersediaan Silika (Si) yang rendah. Lahan pertanian di Indonesia banyak mengalami leaching sehingga Si yang tersedia di tanah sawah tidak banding lurus dengan kandungan totalnya. Silika merupakan unsur yang memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman khususnya kelompok Gramineae seperti padi. Silika dibutuhkan tanaman monokotil akumulator yang dapat mendukung pertumbuhan karena dapat memperbaiki proses fotosintesis. Aplikasi penggunaan silika saat ini dikembangkan dalam bentuk nanosilika karena langsung mencapai target, dan dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pupuk nanosilika terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah anakan dan pola pertumbuhannya. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan konsentrasi pupuk nanosilika yaitu: P0 (0ml/L), P1 (2,5ml/L), P2 (5ml/L), P3 (7,5ml/L), P4 (10ml/L). Parameter pertumbuhan yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan dan pola pertambahan tinggi tanaman serta jumlah anakan dari 10-40 HST. Data dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf signifikansi 95%. Hasil penelitian yang didapat adalah perlakuan pupuk nanosilika P1-P4 memberikan hasil peningkatan tinggi tanaman dan jumlah anakan padi beras merah. Perlakuan P4 (10ml/L) memberikan pengaruh yang paling baik dan hasil tertinggi yaitu tinggi tanaman 106,40cm dan jumlah anakan 40,20 anakan. Pola pertumbuhan tinggi tanaman cenderung masih meningkat sampai 40 HST, namun pola pertumbuhan anakan vegetatif cenderung melambat pada 40 HST. Kata kunci : beras merah; pertumbuhan; nanosilika
Pengaruh Pemberian Pupuk Nanosilika terhadap Produksi dan Kandungan Antosianin pada Padi Beras Merah Skolastika Dara Sabatini; Rini Budihastuti; Sri Widodo Agung Suedy; Agus Subagio
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 6, Nomor 1, Tahun 2021
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.6.1.2021.81-89

Abstract

Silika (Si) merupakan unsur penting yang dibutuhkan terutama pada tumbuhan kelompok Poaceae (Gramineae) dalam mendukung pertumbuhan dan produksinya, termasuk tanaman padi (Oryza sativa L.). Padi beras merah merupakan salah satu sumber pangan fungsional karena mengandung antosianin sebagai antioksidan yang sangat bermanfaat untuk kesehatan manusia. Kendala budidaya padi beras merah saat ini adalah produksi yang rendah, salah satunya disebabkan ketersediaan Silika (Si) yang terbatas dan cenderung menurun pada tanah sawah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh aplikasi pupuk Nanosilika pada produksi dan kandungan antosianin padi beras merah. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor yaitu konsentrasi pupuk Nanosilika yang diberikan  (P0:0ml/L, P1:2,5 ml/L, P2: 5 ml/L, P3: 7,5 ml/L, P4: 10 ml/L). Paramater yang diukur: panjang malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah berisi, persentase gabah hampa, berat gabah per rumpun, jumlah gabah per 1g, serta kandungan antosianin. Analisis data menggunakan Analysis of Variance dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test dengan taraf signifikansi 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan Nanosilika (P1 sampai P4) berpengaruh pada peningkatan produksi dan kandungan antosianin padi beras merah. Perlakuan P4 (10ml/L) memberikan pengaruh yang tertinggi pada produksi dan kandungan antosianin tanaman padi beras merah.
Bentuk, Tipe dan Ukuran Amilum Umbi Gadung, Gembili, Uwi Ungu, Porang dan Rimpang Ganyong Hida Kumalawati; Munifatul Izzati; Sri Widodo Agung Suedy
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 3, Nomor 1, Tahun 2018
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.3.1.2018.56-61

Abstract

Umbi dan rimpang memiliki bentuk, tipe dan ukuran amilum yang bervariasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk, tipe dan ukuran amilum umbi gadung, gembili, uwi ungu, porang, dan rimpang ganyong. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan lokasi pengambilan dan usia sampel yang telah ditentukan. Umbi porang (12 bulan) diambil dari daerah Semarang, sedangkan umbi gadung (9 bulan), gembili (9 bulan), uwi ungu (9 bulan ) dan rimpang ganyong (7 bulan) diambil dari daerah Pati. Parameter yang diamati yaitu bentuk, tipe dan ukuran amilum masing-masing dengan 5 ulangan. Data penelitian dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa amilum umbi gadung, gembili dan porang memiliki bentuk bulat tidak beraturan serta tipe konsentris, sedangkan amilum umbi uwi ungu dan rimpang ganyong memiliki bentuk bulat lonjong serta tipe eksentris. Rimpang ganyong memiliki diameter amilum terpanjang (kisaran 15,928 µm - 81,722 µm), sedangkan umbi gadung memiliki diameter amilum terpendek (kisaran  2,399 µm - 4,072 µm). Kata kunci: Umbi; rimpang; amilum 
Pengaruh Irisan Rimpang Terhadap Berat Kering dan Performa Simplisia Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) setelah Pengeringan Mega Rizqi Utami; Erma Prihastanti; Sri Widodo Agung Suedy
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 1, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.1.1.2016.1-5

Abstract

Tanaman obat adalah tanaman yang digunakan sebagai bahan pembuatan obat, umumnya berasal dari Famili Zingiberaceae misalnya lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.). Simplisia merupakan bahan alamiah sebagai bahan pembuatan obat yang belum mengalami pengolahan. Pengirisan merupakan salah satu tahap penting dalam pembuatan bahan obat karena dapat mempermudah dalam proses pengepakan, penyimpanan dan penggilingan. Pengirisan dapat dilakukan secara melintang atau membujur. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh arah irisan, tebal irisan, dan kombinasinya terhadap berat kering dan performa simplisia lempuyang wangi setelah pengeringan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium BSF Tumbuhan UNDIP. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan kombinasi ketebalan (3 mm dan 5 mm) dan arah irisan (membujur dan melintang). Parameter penelitian meliputi berat kering dan performa simplisia yang meliputi warna, kekerasan, dan aroma pada simplisia kering. Analisis data menggunakan Anova dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan arah irisan berpengaruh terhadap berat kering  simplisia, sedangkan interaksi antara tebal dan arah irisan tidak berpengaruh terhadap berat kering simplisia lempuyang wangi. Kata kunci: simplisia; lempuyang wangi; pengirisan; berat kering; performa
Pertambahan Biomassa dan Produksi Minyak Atsiri Tanaman Selasih (Ocimum basilicum L.) pada Usia Panen yang Berbeda Rasyid Abdulaziz; Sri Widodo Agung Suedy; Munifatul Izzati
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 6, Nomor 2, Tahun 2021
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.124-130

Abstract

Selasih (Ocimum basilicum L.) memiliki kandungan minyak atsiri yang dapat digunakan dalam industri kosmetik, parfum, dan medis. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan usia panen dengan biomassa dan produksi minyak atsiri pada organ daun serta batang selasih. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial, dengan faktor pertama usia panen (1; 1,5; dan 2 bulan), dan faktor kedua organ tanaman (daun dan batang). Media tanam menggunakan tanah dan kompos (1:1) yang dimasukkan dalam polibag ukuran 30cm x 30cm, dan diberi naungan paranet 25%. Parameter yang diamati: data pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah daun dan cabang primer), biomassa, dan produksi minyak atsiri. Analisis data menggunakan Anaylysis of Variance (ANOVA) dan Duncan's Multiple Range Test(DMRT) pada taraf kepercayaan 95 %. Penelitian menunjukkan hasil bahwa tanaman yang dipanen pada umur lebih tua menunjukkan pertumbuhan, biomassa dan produksi minyak atsiri yang lebih tinggi. Pada usia 1,5 bulan, biomassa meningkat 114,485% dibanding usia 1 bulan, sedangkan pada usia 2 bulan, peningkatan biomasa 91,410%  dibanding usia1,5 bulan. Produksi minyak atsiri tertinggi dihasilkan oleh organ daun pada usia panen 2 bulan sebesar 0,273g, dan 0,023g pada organ batang. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa usia panen berbeda berpengaruh nyata terhadap biomassa dan produksi minyak atsiri tanaman selasih. Basil (Ocimum basilicum L.) contains essential oils that can be used in the cosmetic, perfume, medical industries. This study aims to determine the relationship between harvest age and biomass and essential oil production in basil leaves and stems. The study used a completely randomized design (CRD) with a factorial pattern, with the first factor being harvest age (1; 1.5; and 2 months), and the second factor being plant organs (leaves and stems). The planting medium used soil and compost (1:1) which was put in 30cm x 30cm polybags and was given a 25% para net shade. Parameters observed: growth data (plant height, number of leaves, and primary branches), biomass, and essential oil production. Data analysis used Analysis of Variance (ANOVA) and Duncan's Multiple Range Test (DMRT) at a 95% confidence level. Research shows that plants harvested at an older age show higher growth, biomass, and essential oil production. At the age of 1.5 months, biomass increased by 114.485% compared to the age of 1 month, while at the age of 2 months, the increase in biomass was 91.410% compared to the age of 1.5 months. The highest essential oil production was produced by leaf organs at 2 months of harvesting at 0.273g, and 0.023g in stem organs. The conclusion of this study showed that different harvest ages had a significant effect on the biomass and essential oil production of basil plants.
Pengaruh Alelokimia Ekstrak Daun Kirinyuh (Chromolaena odorata L.) Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Kedelai [Glycine max (L.) Merr] Siti Umi Shofiyatin; Sri Darmanti; Sri Widodo Agung Suedy
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 5, Nomor 2, Tahun 2020
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.5.2.2020.183-189

Abstract

Gulma merupakan  tumbuhan yang tidak dikehendaki kehadirannya  karena berpotensi alelopati. Alelopati merupakan interaksi antar  tanaman dengan perantaraan senyawa alelokimia  yang dilepaskan ke lingkungan. Alelokimia dapat menghambat pertumbuhan  tanaman di sekitarnya.  Kirinyuh (Cromolaena odorata L.) adalah salah satu gulma  yang banyak dijumpai di berbagai lahan budidaya.  Kedelai [Glycine max (L.) Merr ] merupakan komoditas pertanian sumber pangan yang berprotein tinggi. Keberadaan gulma, termasuk diantaranya C. odorata  merupakan  salah  satu kendala  penting dalam meningkatkan  pertumbuhan dan produksi  kedelai. Penelitian ini bertujuan  mengkaji pengaruh alelokimia ekstrak daun C. odorata L. terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal berupa konsentrasi ekstrak daun C. Odorata  yaitu  0%, 20%, 40%, 60% dan 80%, tiap unit perlakuan dengan lima ulangan. Data kuantitatif dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjut dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95% (α=5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa alelokimia pada  ekstrak daun gulma kirinyuh  (C. odorata L.) berpotensi menghambat pertumbuhan vegetataif  tanaman kedelai.  Penurunan kandungan klorofil total  dan pertumbuhan vegetatif secara efektif terjadi mulai  konsentrasi ekstrak 40% dan semakin tinggi konsentrasi ekstrak, penurunan nilai parameter yang diukur semakin besar.  Kata Kunci:  alelopati,  alelokimia, gangguan gulma.
Melisopalinologi Madu dari Temanggung Suedy, Sri Widodo Agung; Savitri, Ni Putu Tasya
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 9, Nomor 1, Tahun 2024
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.9.1.2024.93-101

Abstract

Melisopalinologi adalah studi terkait kandungan polen dalam madu, yang dapat menunjukkan karakteristik tumbuhan sumber pakan lebah, serta fitogeografinya sekitar sarang lebah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis polen dalam madu dari lima daerah di Temanggung, guna mengetahui keanekaragaman tumbuhan pakan lebah dan karakteristik madunya. Sampel madu diambil secara purposive sampling dari 5 daerah di Temangung, kemudian dianalisis untuk identifikasi polen menggunakan teknik asetolisis. Telah teridentifikasi sebanyak 1855 butir polen yang terdiri dari 14 tipe polen, dimana 7 tipe teridentifikasi sampai tingkat famili, 2 tipe sampai tingkat genus, dan 5 tipe sampai tingkat spesies. Persentase polen tipe famili Euporbiaceae mencapai 27,33%, Ceiba petandra (20,27%), Imperata sp. (14,82%), Zea mays (14,23%), dan tipe lain dibawah 10%.  Berdasarkan dominasi polen tertentu, madu dapat dikelompokkan sebagai madu monoflora (madu dari Medari, Kentengsari dan Nglorog), biflora (madu dari Kwandungan Jurang), dan multiflora (madu dari Rejosari). Nilai indeks keanekaragaman hayati Shannon (H’), indeks dominansi, dan indeks kemerataan tumbuhan pakan lebah di Temanggung termasuk kategori sedang.  Melisopalinology is the study of pollen content in honey, which can indicate the characteristics of bee forage plants, as well as the phytogeography around beehives. This study aims to analyze the pollen in honey from five areas in Temanggung, to determine the diversity of bee forage plants and honey characteristics. Honey samples were taken by purposive sampling in 5 areas in Temangung, then analyzed for pollen identification using acetolysis techniques. A total of 1855 pollen grains consisting of 14 types of pollen were identified, of which 7 types were identified to the family level, 2 types to the genus level, and 5 types to the species level. The percentage of pollen types of the Euporbiaceae family reached 27.33%, Ceiba petandra (20.27%), Imperata sp. (14.82%), Zea mays (14.23%), and other types below 10%. Based on the dominance of certain pollen, honey can be grouped as monoflora (honey from Medari, Kentengsari and Nglorog), biflora (honey from Kwandungan Jurang), and multiflora (honey from Rejosari). The value of Shannon's biodiversity index (H'), dominance index, and evenness index of bee forage plants in Temanggung is categorized as moderate..
Pengaruh Aplikasi Kompos dan Asam Humat Terhadap Produktivitas Tanah Pasir dan Pertumbuhan Sawi Hijau (Brassica juncea L.) Saptiningsih, Endang; Kurnianto, Ikhwan Zain; Suedy, Sri Widodo Agung
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 9, Nomor 1, Tahun 2024
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.9.1.2024.102-110

Abstract

Tanah pasir adalah tanah tidak subur dengan retensi air dan hara rendah. Tujuan penelitian untuk mengkaji pengaruh aplikasi kompos dan asam humat terhadap produktivitas tanah pasir serta pertumbuhan dan produktivitas sawi hijau. Penelitian dilakukan secara eksperimental di greenhouse dengan menumbuhkan semai sawi hijau pada tanah pasir yang diberi perlakuan aplikasi pembenah tanah. Terdapat tiga perlakuan yaitu kontrol (P0), aplikasi kompos (P1), dan aplikasi asam humat (P2). Parameter produktivitas pasir yang diukur meliputi: deskripsi konsistensi struktur tanah dan kandungan air kapasitas lapang. Dilakukan pengukuran terhadap persentase peningkatan jumlah akar, panjang akar lateral, bobot kering akar, jumlah daun, luas daun, bobot kering daun dan kandungan pigmen fotosintesis (klorofil a, klorofil b dan karotenoid) untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan struktur tanah pasir dari struktur lepas menjadi gembur dan lekat setelah aplikasi kompos, dan teguh setelah aplikasi asam humat. Aplikasi kompos dan asam humat menyebabkan peningkatan persentase kadar air kapasitas lapang. Persentase kadar air tanah P1 (52,6%) lebih tinggi dibanding P2 (10,7%) dan P0 (6,4%). Persentase pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi tertinggi terdapat pada P1 diikuti P2 dan P0 yaitu: 3,2%, 2,3%, 1,8% (panjang akar lateral), 59,4%, 47,2%, 33% (bobot kering akar), 21%, 19,6%, 14,5% (luas daun), 28,4%, 24,9%, 24% (bobot kering daun). Penurunan luas daun pada P2 dan P0 diimbangi dengan peningkatan kandungan pigmen fotosintesis untuk optimalisasi penyerapan cahaya. Secara umum aplikasi kompos dan asam humat dapat memperbaiki struktur tanah pasir. Aplikasi kompos lebih efektif meningkatkan retensi air dan pertumbuhan serta produktivitas tanaman herbaceous sawi hijau pada tanah pasir. Sandy soil is inherently infertile and has low water and nutrient retention capabilities. This study aims to evaluate the impact of compost and humic acid application on the productivity of sandy soil and the growth and productivity of mustard plants. The research was conducted experimentally in a greenhouse, where mustard seedlings were grown in sandy soil treated with soil amendments. Three treatments were employed: control (P0), compost application (P1), and humic acid application (P2). Soil productivity parameters measured included soil structure consistency and field capacity water content. Growth and productivity responses of the plants were assessed by measuring the percentage increase in root mass, lateral root length, root dry weight, number of leaves, leaf area, leaf dry weight, and photosynthetic pigment content (chlorophyll a, chlorophyll b, and carotenoids). Results indicated that the soil structure of sandy soil changed from loose to crumbly and cohesive after compost application and to firm after humic acid application. Both compost and humic acid applications led to increased field capacity water content, with P1 showing a higher moisture percentage (52.6%) compared to P2 (10.7%) and P0 (6.4%). The highest growth and productivity percentages in mustard plants were observed in P1, followed by P2 and P0, respectively: 3.2%, 2.3%, 1.8% (lateral root length), 59.4%, 47.2%, 33% (root dry weight), 21%, 19.6%, 14.5% (leaf area), and 28.4%, 24.9%, 24% (leaf dry weight). It increased photosynthetic pigment content to optimize light absorption and compensated for decreased leaf area in P2 and P0. Overall, applying compost and humic acid improved the structure of sandy soil, with compost being more effective in enhancing water retention and the growth and productivity of mustard plants on sandy soil.
Uji Kualitas Beberapa Madu Lokal di Semarang Suedy, Sri Widodo Agung; Aisyah, Ajeng Aulia; Darmanti, Sri; Parman, Sarjana
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 8, Nomor 2, Tahun 2023
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.8.2.2023.161-168

Abstract

Madu berasal dari nektar bunga (floral) atau bagian lain dari tumbuhan (extra floral) yang dikumpulkan oleh lebah madu. Madu yang memiliki kualitas baik apabila memenuhi standar kualitas madu tertentu. Kualitas madu dapat diketahui diantaranya berdasarkan kadar air, gula pereduksi, dan hidroksimetilfurfural (HMF). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas madu lokal di Semarang dan sekitarnya. Saat ini permintaan madu nasional masih sangat tinggi, dan belum dapat diimbangi dengan produksi madu nasional. Kondisi ini dimanfaatkan oleh produsen madu ilegal untuk melakukan pemalsuan madu. Perlu dilakukan uji berstandar secara berkala untuk mencegah pemalsuan madu. Rancangan penelitian yang digunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan metode purposive sampling pada 5 wilayah produksi madu lokal Semarang yaitu Ngareanak, Limbangan, Mijen, Karangjati dan Klero. Variabel penelitian adalah kualitas madu yaitu kadar air, gula pereduksi, dan hidroksimetilfurfural (HMF). Data dianalisis dengan uji ANOVA pada taraf signifikansi 5%, dan dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test), dan dibandingkan dengan SNI 8664:2018. Berdasarkan hasil uji kualitas madu lokal dari 5 wilayah di Semarang, rata-rata telah memenuhi standar SNI, nilai kadar air berkisar antara 19,0-25,7%, gula gereduksi berkisar antara 77-94%, dan HMF berkisar antara 3,8-10,8 mg/kg. Honey comes from the nectar of flowers (floral) or other parts of plants (extra floral) collected by honeybees. Honey is of good quality if it meets certain honey quality standards. Honey quality can be determined based on moisture content, reducing sugar, and hydroxymethylfurfural (HMF). This study was conducted to determine the quality of local honey in Semarang and surrounding areas. Currently, the national demand for honey is still very high, and has not been matched by national honey production. This condition is utilized by illegal honey producers to counterfeit honey. Periodic standardized tests are needed to prevent honey adulteration. The research design used RAL (Completely Randomized Design) with purposive sampling method in 5 local honey production areas of Semarang, namely Ngareanak, Limbangan, Mijen, Karangjati and Klero. The research variables were honey quality, namely moisture content, reducing sugar, and hydroxymethylfurfural (HMF). Data were analyzed by ANOVA test at 5% significance level, followed by DMRT (Duncan's Multiple Range Test), and compared with SNI 8664:2018. Based on the quality test results of local honey from 5 regions in Semarang, the average has met SNI standards, the value of water content ranges from 19.0-25.7%, reducing sugar ranges from 77-94%, and HMF ranges from 3.8-10.8 mg/kg.
Respon Pertumbuhan Vegetatif dan Pembungaan Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicum annum L. cv. Jacko) pada Aplikasi Rasio Konsentrasi BAP dan GA3 Setelah Pemangkasan Pucuk Saptiningsih, Endang; Ardiyanti, Ardiyanti; Suedy, Sri Widodo Agung; Darmanti, Sri
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 9, Nomor 2, Tahun 2024
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.9.2.2024.164-174

Abstract

Pertumbuhan dan produksi cabai dapat ditingkatkan melalui metode pemangkasan pucuk. Aplikasi BAP dan GA3 setelah pemangkasan pucuk dapat mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman yang selanjutnya berdampak terhadap pembungaan dan produksi cabai. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh aplikasi hormon BAP dan GA3 dengan berbagai rasio konsentrasi setelah pemangkasan pucuk terhadap pertumbuhan vegetatif dan pembungaan tanaman cabai merah keriting (Capsicum annuum L.). Pemangkasan pucuk dilakukan pada fase vegetatif akhir, diikuti dengan aplikasi BAP dan GA3. Parameter yang diamati meliputi durasi muncul tunas cabang lateral, jumlah dan panjang cabang lateral, luas daun, kandungan klorofil total, alokasi biomassa, dan periode muncul bunga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi rasio konsentrasi BAP dan GA3 secara signifikan meningkatkan jumlah dan panjang cabang lateral, luas daun, dan mempercepat waktu muncul bunga dibandingkan kontrol. Perlakuan dengan rasio konsentrasi BAP 0 ppm : GA3 100 ppm dan BAP 200 ppm : GA3 100 ppm memberikan hasil terbaik dalam pertumbuhan vegetatif dan mempercepat pembungaan. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam pengelolaan hormon tanaman pasca pemangkasan untuk meningkatkan produktivitas cabai. The growth and yield of chili peppers can be enhanced through the method of shoot pruning. The application of BAP and GA3 after shoot pruning can affect the vegetative growth of plants, which subsequently impacts the flowering and production of chili peppers. This study aims to examine the effects of applying BAP and GA3 hormones at various concentration ratios after shoot pruning on the vegetative growth and flowering of curly red chili peppers (Capsicum annuum L.). Shoot pruning was carried out at the late vegetative phase, followed by the application of BAP and GA3. The observed parameters included the duration of lateral bud emergence, the number and length of lateral branches, leaf area, total chlorophyll content, biomass allocation, and the flowering period. The results showed that the application of BAP and GA3 concentration ratios significantly increased the number and length of lateral branches, leaf area, and accelerated the flowering time compared to the control. Treatments with the ratios of BAP 0 ppm : GA3 100 ppm and BAP 200 ppm : GA3 100 ppm yielded the best results in vegetative growth and accelerated flowering. This study contributes to the management of plant hormones post-pruning to enhance chili productivity.
Co-Authors . Suwardi . Suwardi . Widayat Abdul Khafid Adityarini, Devi Agus Subagio Agus Subagio Aini, Nabilah Aisyah, Ajeng Aulia Alivia Prima Laksmita Amni Z. Rahman Anang Setyo Pramudiyanto Ardiyanti Ardiyanti Arif Surahman Asmoro Widagdo, Asmoro Atang Sutandi Atin Temon Sari Bayu Pradika Bima Adistya Della Widya Puspita Della Widya Puspita Devi Adityarini Ditasya Putri, Novika Edi Purnomo Endah Dwi Hastuti Endah Dwi Hastuti Endang Saptiningsih Enita Simbolon Erma Prihastanti Erma Prihastanti Fella Suffah Meinaswati Fendy E. Wahyudi Fevi Mawadhah Putri Hida Kumalawati Ibnul Qoyim, Ibnul Iffa Illiyya Fatma Ika Shintya Imam Firmansyah Imam Firmansyah Imelda Anastasia Jafron Wasiq Hidayat Jumari Jumari, Jumari Junita Junita Kurnianto, Ikhwan Zain Lily Nur Inda Sary Maliya, Ikhsanti Marcelinus Christwardana Mega Rizqi Utami Misrofah, Sofatu Misrofah, Sofatun Monica Dewi Sisca Mudlikatun Khasanah Muhadiono Muhadiono, Muhadiono Muhammad Farras Ilham Muhammad Rizaldi Zaman Munifatul Izzati Munifatul Izzati Nazaruddin Sinaga Ni Putu Tasya Savitri Nintya Setiari Nintya Setiari Noor Laila Safitri Noor Laila Safitri Novi Sultonia Farida Nurdiana Riska Nurrahmah Azizah Nurrahmah Azizah, Nurrahmah Nurul Hidayati Nurul Hidayati Olivia, Theresia Bianca Lucretia Peter Gell Prakoso, Satyo Jati Purna Sulastya Putra Purna Sulastya Putra Putri, Marieshafa Salsabila Rachmad Setijadi, Rachmad Rafika Amalia Rahmat Setijadi, Rahmat Rasyid Abdulaziz Relita Aprisa Retno Puspitasari Retno Robiatul Al Adawiyah Riche Hariyati Rina Budi Astuti Rini Budihastuti Rofi'ana Rofi'ana Rofiqotul Khasanah Rully Rahadian Sarah, Solifa Sarjana Parman Sarjana Parman Satwika Paramasatya, Satwika Savitri, Ni Putu Tasya Septriono Hari Nugroho Septriono Hari Nugroho Siti Umi Shofiyatin Skolastika Dara Sabatini Skolastika Dara Sabatini Slamet Ifandi, Slamet Sofian, Arif Ardianto Sri Darmanti Sri Hariyati Sri Haryanti Sri Haryanti Sri Haryanti Sugianto, Deny Nugroho Sunarno Sunarno Surahman, Arif surur, Mukhammad akmal Titi Nurul Oodriyyah, Titi Nurul Titi Nurul Qodriyyah Tri Retnaningsih Soeprobowati Udi Harmoko Widiartanto Widiartanto Wisalyakarini, Priscilla Citta Kirana Yanty Yosephin Yulita Nurchayati Zaenul Muhlisin Zaenul Muhlisin