Triska Susila Nindya
Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga

Published : 39 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search
Journal : Amerta Nutrition

Hubungan Antara Asupan Energi, Zat Gizi Makro dan Total Energy Expenditure dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Baiq Qamariyah; Triska Susila Nindya
Amerta Nutrition Vol. 2 No. 1 (2018): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (729.157 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v2i1.2018.59-65

Abstract

Background: Nutritional status of students can be influenced by many factors such as energy intake, macro nutrients intake and total energy expenditure.Objectives: this study aimed to determine association of energy intake, macro nutrients intake and total energy expenditure with nutritional status of elementary students.Methods: this study was observasional analitic research with cross-sectional design wich was done in SDN Pacarkembang 1 Surabaya on July 2017.The sample was 66 students in grade 4 and 5 with simple random sampling. Variabel in study was nutritional status, energy intake, macro nutrient intake, and total energy expenditure. Data were collected through interview using food recall 2 x 24 hour, physical activity recall, weight and high measurement. Analysis data used independent sample T-test analysis.Results: this study showed the most of nutritional status was normal (69.7%). There were correlations of energy intake (p=0.000), protein (p=0.017), fat (p=0.040) carbohydrate (p=0.001) and total energy expenditure (p=0.000) with nutritional status of elementary students.Conclusion: energy intake, macro nutrient intake and total energy expenditure were associated with nutritional status of school children.School children should reduce the consumption of food high in energy, protein, fat and increase physical activity.ABSTRAKLatar Belakang: Status gizi pada anak sekolah dapat dipengaruhi banyak faktor diantaranya asupan energi, asupan zat gizi makro dan total energy expenditure.Tujuan: penelitian ini adalah mempelajari hubungan antara asupan energi, zat gizi makro dan total energy expenditure dengan status gizi anak sekolah dasar.Metode: Penelitian adalah observasional analitik dengan rancang studi cross-sectional yang dilaksanakan di SDN Pacarkembang 1 Surabaya pada Juli 2017. Sampel Penelitian adalah siswa kelas 4 dan 5 sebanyak 66 orang yang diambil dengan simple random sampling. Variabel penelitian meliputi status gizi, asupan energi, asupan zat gizi makro dan total energy expenditure. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dengan recall 2x24 jam, recall aktivitas fisik, pengukuran berat badan dan tinggi badan. Analisis data menggunakan uji independent sampel T-test.Hasil: penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar status gizi siswa normal (69,7%). Terdapat hubungan signifikan antara asupan energi (p=0,000), protein (0,017), lemak (p=0,040), karbohidrat (p=0,001) dan total energy expenditure (p=0,000) dengan status gizi anak sekolah dasar.Kesimpulan: asupan energi, zat gizi makro dan total energy expenditure berhubungan dengan status gizi anak sekolah dasar. Sebaiknya anak sekolah dasar dapat mengurangi konsumsi makanan tinggi energi protein dan lemak serta meningkatkan aktivitas fisik.
Hubungan Antara Kadar Hemoglobin dan Status Gizi dengan Produktivitas Pekerja Wanita di Bagian Percetakan dan Pengemasan di UD X Sidoarjo Uswatun Khasanah; Triska Susila Nindya
Amerta Nutrition Vol. 2 No. 1 (2018): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (783.586 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v2i1.2018.83-89

Abstract

Background : Work produvtivity is the top priority demanded of every workforce to produce the product. Many factors can affect work produktivity such as nutritional status and anemia. Anemia is a nutritional problem that can cause fatigue, weakness, loss of work capacity and produktivity.Objective: The purpose of this research was to analyze the relation between hemoglobin levels and nutritional status with women employee’s produktivity in stamping and packaging section at UD X Sidoarjo.Methods: This reserch was an observational analytic study designed with cross sectional. The population was all women employees in production of 130 people and the sample of 54 respondents selected by random sampling. Data collection used height and weight measurement, measurement of hemoglobin levels, and questionnaires. Data were analyzed using chi square test.Results: The result showed that there was a correlation between the nutritional status and productivity (p=0.014), but there was no correlation between Hb concentration and productivity (p=0.836).Conclusion: The better the nutritional status were, the higher the productivity would be. It is recommended that the women employees of this company to aware on their nutritional status.ABSTRAKLatar Belakang: Produktivitas kerja menjadi hal utama yang harus dimiliki setiap tenaga kerja untuk menghasilkan produk. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja seperti status gizi dan anemia. Anemia merupakan masalah gizi yang dapat menyebabkan kelelahan dan penurunan kapasitas kerja serta produktifitas pada tenaga kerja.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara status gizi dan kadar hemoglobin dengan produktivitas pekerja wanita bagian percetakan dan pengemasan di UD X Sidoarjo.Metode: Jenis penelitian yang dilakukan merupakan observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini merupakan semua pekerja wanita di bagian produksi sebanyak 130 orang dan didapatkan besar sampel sebanyak 54 responden yang dipilih secara random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan pengukuran tinggi dan berat badan, pengukuran kadar hemoglobin, dan kuesioner. Analisis data menggunakan uji chi square.Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa responden cenderung memiliki produktivitas diatas rata-rata. Terdapat hubungan antara status gizi dengan produktivitas (p=0,014), namun tidak terdapat hubungan antara kadar hemoglobin dengan produktivitas (p=0,836).Kesimpulan: Semakin baik status gizi semakin meningkat produktivitasnya. Tidak ada hubungan antara kadar Hb dengan produktivitas. Dianjurkan agar pegawai wanita perusahaan menyadari status gizi mereka.
Hubungan antara Kehamilan Remaja dan Riwayat Pemberian ASI Dengan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pujon Kabupaten Malang Dwi Agista Larasati; Triska Susila Nindya; Yuni Sufyanti Arief
Amerta Nutrition Vol. 2 No. 4 (2018): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (816.241 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v2i4.2018.392-401

Abstract

Background: Stunting is growth failure which commonly occurs among children. In Indonesia, the prevalence of stunted growth is still high. The high number of stunted children is a result of the risk factors, which are early marriage that causes adolescent pregnancy, and non-exclusive breastfeeding.Objectives: To analyze the relationship between teenage pregnancy and a history of exclusive breastfeeding against the incidence of stunting in infants under five years.Method: This research was a descriptive analysis which used case-control method. The samples in this research were 58 children, who were selected using multiple stage sampling, and divided into two groups; stunting and non-stunting. The collected data include the children’s height measurement andquestionnaire of exclusive breastfeeding history, as well as questionnaire of mother’s age at first pregnancy and the respondents’ identity. The data were analyzed using SPSS software with chi square test and WHO AnthroResults: The results of this research revealed significant correlation between adolescent pregnancy and stunted children (p=0.016), with odds ratio of 3.86. Moreover, significant correlation was also manifested between non-exclusive breastfeeding and stunted children (p=0.003), with odds ratio of 3.23. The younger the mother at pregnancy and the absence of exclusive breastfeeding resulted in higher risk of child stunting. Therefore, this research concluded that adolescent pregnancy and non-exclusive breastfeeding might increase the risk of child stunting.Conclusion: This research concluded that adolescent pregnancy and non – exsclusive breastfeeding might increase the risk of stunting in children.ABSTRAKLatar Belakang: Stunting adalah kejadian gagal tumbuh yang sering terjadi pada anak. Prevalensi stunting di Indonesia sendiri masih tinggi. Tingginya jumlah anak yang mengalami stunting merupakan hasil dari tingginya faktor yang memengaruhinya seperti; pernikahan dini yang menyebabkan terjadinya kehamilan pada remaja dan pemberian ASI yang tidak eksklusif.Tujuan: Menganalisis apakah terdapat hubungan antara kehamilan remaja dan riwayat pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian stunting pada balita.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik, menggunakan metode case – control. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 58 anak, yang dipilih menggunakan metode multiple stage sampling dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu stunting dan non – stunting. Data yang dikumpulkan meliputi pengukuran panjang badan anak dan kuisioner riwayat pemberian ASI eksklusif, kuisoner usia ibu pertama kali hamil dan identitas responden. Analisis data menggunakan software SPSS dengan uji Chi – square untuk menganalisis hubungan variabel dependen dengan independen sedangkan software WHO Antro digunakan untuk menganalisis status gizi balita (TB/U) menurut z – score.Hasil: Hasil dari penelitian ini menunjukan hubungan yang signifikan antara kehamilan remaja dengan kejadian stunting pada balita (p = 0,016) dengan nilai Odds – ratio adalah 3,86. Di samping itu juga ditemukan hubungan yang signifikan antara pemberian ASI non – eksklusif dengan kejadian stunting pada balita (p = 0,00) dengan nilai Odds – ratio adalah 3,23. Semakin muda usia ibu mengalami kehamilan dan anak tidak diberikan ASI eksklusif maka akan semakin besar risiko anak mengalami stunting.Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa kehamilan remaja dan pemberian ASI non – eksklusif dapat meningkatkan risiko anak mengalami stunting.
Perbedaan Praktik Pemberian Makan dan Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga pada Balita Status Gizi Kurang dan Normal Rizqiyah Fitri Nafadza; Annas Buanasita; Triska Susila Nindya
Amerta Nutrition Vol. 3 No. 1 (2019): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (825.477 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v3i1.2019.63-70

Abstract

Background: Underweight is a problem caused by many factors, factors that directly affect nutritional status are nutritional intake and infectious disease. Meanwhile, indirect factors that affecting nutritional status is feeding practices, household food security and environmental health.Objectives: The objective of this study was to analyze the differences of feeding practice and household food security between toddlers with underweigt and normal nutritional status.Methods: The research was an observational analytic with cross sectional design. The sample was 80 toddlers from 6-24 months in Tanah Kali Kedinding Sub-District, Surabaya. They are consist of 40 normal and 40 underweight toddlers. Data was collected by interview using questionnaire, FFQ, recall 24 hours and US-HSFFM for household food security. Data were analyzed by using Mann-Whitney Test.Results: Good feeding practice for normal toddlers was 15% while for underweight toddlers was 7.5%. Toddlers with normal nutritional status come from secure household was 65.5% while underweight toddlers was 32.5%. The result found there was a difference of feeding practice (0.032) and household food security (0.012) between toddlers with underweight and normal nutritional status.Conclusion: There was difference in feeding practices, toddlers with normal nutritional status get better feeding practice than toddlers with underweight. There was difference in the household food security, toddlers with normal nutritional status mostly come from secure households.ABSTRAKLatar belakang: Gizi kurang adalah masalah gizi pada balita yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang secara langsung berhubungan dengan status gizi adalah asupan zat gizi dan riwayat penyakit infeksi. Sementara itu, faktor tidak langsung yang mempengaruhi diantaranya praktik pemberian makan, status ketahanan pangan rumah tangga dan kesehatan lingkungan.Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan praktik pemberian makan dan status ketahanan pangan rumah tangga pada balita status gizi kurang dan normal.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian terdiri dari 80 balita usia 6-24 bulan di Kelurahan Tanah Kali Kedinding Kota Surabaya dengan masing-masing balita gizi kurang dan normal berjumlah 40 balita. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode wawancara dengan kuesioner, FFQ dan recall 24 jam untuk praktik pemberian makan serta US-HSFFM (United State of Household Food Security Survey Module) untuk ketahanan pangan rumah tangga. Data dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney.Hasil: Praktik pemberian makan yang baik pada balita gizi normal sebesar 15% sedangkan pada balita gizi kurang sebesar 7,5%. Balita gizi normal yang berasal dari keluarga tahan pangan yaitu 62,5% sedangkan gizi kurang yaitu 32,5%. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan praktik pemberian makan (p=0,032) dan status ketahanan pangan rumah tangga (p=0,012) pada balita status gizi kurang dan normal.Kesimpulan: Terdapat perbedaan praktik pemberian makan dimana balita dengan status gizi normal mendapatkan pemberian makan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan balita gizi kurang. Terdapat perbedaan status ketahanan pangan rumah tangga, balita dengan status gizi normal lebih banyak berasal dari rumah tangga tahan pangan.