Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi penguatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta industri kreatif dalam mendukung pembangunan ekonomi yang inklusif di daerah non-metropolitan, dengan studi kasus di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Latar belakang penelitian ini berangkat dari ketimpangan ekonomi antarwilayah yang masih tinggi dan belum optimalnya kontribusi UMKM kreatif terhadap distribusi kesejahteraan masyarakat lokal. Pendekatan yang digunakan adalah mixed methods dengan desain sekuensial eksploratoris. Metode ini diawali dengan eksplorasi kualitatif melalui wawancara mendalam terhadap pelaku UMKM kreatif dan kepala dinas terkait, kemudian dilanjutkan dengan analisis kuantitatif menggunakan kuesioner Likert terhadap 100 pelaku UMKM di tiga kecamatan utama penghasil kuliner, kerajinan, dan fashion. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh digitalisasi, kapasitas usaha, akses pasar, dan pelatihan & pendampingan terhadap indikator ekonomi inklusif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kapasitas usaha (β = 0.555), pelatihan & pendampingan (β = 0.500), dan digitalisasi (β = 0.331) memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan ekonomi inklusif, sementara akses pasar belum memiliki pengaruh signifikan secara statistik. R² sebesar 0.62 mengindikasikan bahwa kombinasi ketiga variabel mampu menjelaskan sekitar 62% variasi dalam terciptanya ekonomi inklusif di kalangan pelaku UMKM kreatif. Secara umum, tantangan terbesar yang dihadapi pelaku UMKM di Soppeng adalah minimnya akses terhadap pelatihan berkelanjutan, infrastruktur digital, dan pasar luar daerah. Penelitian ini memberikan kontribusi penting terhadap pengembangan teori ekosistem kewirausahaan dan pendekatan pembangunan inklusif berbasis kapabilitas. Dengan mengadopsi pendekatan yang inklusif dan berkelanjutan, UMKM di daerah non-metropolitan seperti Soppeng memiliki potensi besar untuk menjadi pilar pemerataan ekonomi nasional