Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : Jurnal Psikologi Mandala

Persepsi Daya Tarik Seksual Penduduk Lokal Terhadap Wisatawan Asing Listiyani Dewi Hartika; Ni Nyoman Ari Indra Dewi; Agnes Utari Hanum Ayuningtias; Shafira P; Alexandra Auliffe; Assrid Assrid; Linda Sandy; Putri Vanezia
JURNAL PSIKOLOGI MANDALA Vol 6, No 1 (2022): JURNAL PSIKOLOGI MANDALA
Publisher : Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Keberadaan wisatawan asing di Bali tentu saja akan menimbulkan persepsi tersendiri bagi penduduk setempat atau penduduk lokal. Persepsi seseorang mengenai sesuatu hal tentu akan sangat mempengaruhi sikap dan tindakan yang akan dilakukannya. Pada hal ini salah satu sikap yang dapat dipengaruhi oleh persepsi yang dimiliki orang lokal atau penduduk lokal terhadap wisatawan asing ialah daya tarik seksual. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk memahami secara mendalam gambaran persepsi dan kemudian melihat bentuk-bentuk persepsi yang timbul dari penduduk lokal terhadap daya tarik seksual wisatawan asing. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif jenis Grounded Theory. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 4 orang yang bertempat tinggal di Kabupaten Badung, Bali dengan usia 20-40 tahun atau yang tergolong dalam dewasa muda dan memenuhi kriteria-kriteria penelitian. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan persepsi penduduk lokal yang dapat memunculkan daya tarik seksual pada wisatawan asing ialah faktor fisik, sifat, prestise, adaptif, pengalaman, bersenang-senang, pemenuhan kebutuhan seksual dan emosional, serta Bali sebagai daerah wisata.Kata kunci: persepsi daya tarik seksual, penduduk lokal, wisatawan asing
Hubungan Spiritual Tourism dan Coping dengan Kebahagiaan pada Perkumpulan International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) di Bali Gusti Ayu Diliana Saraswati Devi; Agnes Utari Hanum Ayuningtias; Listiyani Dewi Hartika
JURNAL PSIKOLOGI MANDALA Vol 3, No 2 (2019): JURNAL PSIKOLOGI MANDALA
Publisher : Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.861 KB)

Abstract

Abstrak. Spiritual tourism merupakan perjalanan yang bermotif agama atau spiritual yang dapat menimbulkan rasa damai, harmonis, sehat, dan bahagia, sehingga bisa menjadi coping dalam mengurangi kondisi yang membebani individu agar tidak menimbulkan stres. Hal ini diduga mampu meningkatkan kebahagiaan individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan spiritual tourism dan coping dengan kebahagiaan pada perkumpulan International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) di Bali. Tipe penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan metode korelasional dan dianalisis menggunakan regresi berganda. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 133 partisipan (usia 20-65 tahun) yang diperoleh dengan menggunakan teknik sampel kuota. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa spiritual tourism, coping dan kebahagiaan memiliki korelasi yang positif, selain itu hasil menunjukan spiritual tourism dan coping dapat memprediksikan kebahagiaan (r = 0.521). Karena spiritual tourism tidak terlepas dari kegiatan spiritual dan berwisata, dari kedua hal ini masing-masing memiliki manfaat tersendiri dalam meningkatkan kebahagiaan, sedangkan coping dilihat dari beberapa kegiatan spiritual tourism yang sering dilakukan oleh perkumpulan tersebut dapat meningkatkan hubungan sosial dan dukungan sosial bagi individu sehingga dapat menimbulkan kebahagiaan.Kata Kunci: spiritual tourism, coping, kebahagiaan, perkumpulan ISKCON.Abstract. Spiritual tourism is a pilgrimage with religious or spiritual motives that bring peace, harmony, health, and happiness. Based on that definition, Spiritual tourism may also be a coping for any situation that can make people stress. This study aims to define the relationship between spiritual tourism, coping and happiness among members of International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) in Bali. Participants of this study were consisted of 133 members of ISKCON in Bali with an age range of 20-65 years. This study used multiple regression analytic to test three variables: spiritual tourism, coping stress, and happiness. Results showed a significant positive correlation between spiritual tourism, coping stress and happiness (p<.05). Furthermore, spiritual tourism and coping may predict happiness (r=.521). The implications of this findings are further discussed.Keywords: spiritual tourism, coping, happiness, ISKCO
Religiusitas Sebagai Faktor Pendukung Kepuasan Hidup Lansia di Bali Agnes Utari Hanum Ayuningtias
JURNAL PSIKOLOGI MANDALA Vol 2, No 1 (2018): JURNAL PSIKOLOGI MANDALA
Publisher : Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.913 KB)

Abstract

Abstrak. Penelitian kepuasan hidup di Indonesia banyak dihubungkan dengan topik-topik lainnya, namun belum ditelaah lebih dalam terutama pada lansia. Teori tentang kepuasan hidup pun dikembangkan di negara-negara maju dengan karakteristik partisipan yang berbeda dengan Indonesia, terutama di Bali. Lansia di Bali masih memiliki tugas adat dalam bentuk ngayah. Kekhasan lansia tersebut yang mendasari penelitian ini dengan tujuan mengeksplorasi faktor-faktor yang mendukung kepuasan hidup lansia di Bali. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan dianalisis dengan mengacu pada grounded theory. Data diambil melalui wawancara pada 313 lansia di empat kabupaten dan satu kotamadya yang ada di Bali. Dari hasil analisis tersebut, didapatkan beberapa faktor yang dominan muncul sebagai respon yaitu relasi yang berkualitas, religiusitas, dan keadaan sosial ekonomi. Religiusitas merupakan temuan baru yang belum ada di penelitian terdahulu.Kata Kunci: lansia, kepuasan hidup, religiusitas
Kesejahteraan Psikologis Lansia yang Tidak Mempunyai Anak Laki-Laki di Panti Sosial Tresna Werdha X Bali Ni Putu Lilik Agestin; Agnes Utari Hanum Ayuningtias; Dermawan Waruwu
JURNAL PSIKOLOGI MANDALA Vol 3, No 1 (2019): JURNAL PSIKOLOGI MANDALA
Publisher : Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.951 KB)

Abstract

Abstrak. Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) X yang tidak mempunyai anak laki-laki memiliki permasalahan mengenai relasi yang kurang baik dengan penghuni Panti dan Keluarga. Relasi kurang baik itu muncul karena perasaan malu narasumber dan itu berdampak terhadap hubungannya dengan sesama penghuni Panti. Maka dari itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan tujuan mendeskripsikan dan menemukan faktor-faktor dimensi kesejahteraan psikologis lansia yang tidak mempunyai anak laki-laki di PSTW X Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang dianalisis secara Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi konflik psikologis yang dialami lansia sebelum tinggal di PSTW X yaitu sikap lansia yang melakukan penolakan terhadap tanggung jawab di desanya mengenai ngayah karena kekuatan fisik yang menurun. Kemudian persepsi lansia mengenai gender bahwa anak perempuan tidak seharusnya merawat orang tua dan kebutuhan lansia untuk dirawat (caregiver) yang membuat lansia berinisiatif tinggal di PSTW X. Dari keenam dimensi kesejahteraan psikologis lansia, ada lima dimensi yang terpenuhi yaitu penerimaan diri, hubungan positif terhadap orang lain, otonomi, tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi. Dengan demikian terjadi perubahan dalam kesejahteraan psikologisnya, di saat lansia memikirkan konfliknya kembali dan itu berpengaruh di lingkungan PSTW X.Kata Kunci: Lansia, Kesejahteraan Psikologis, InterpretativeAbstract. Elderly in Werdha Nurshing Home (PSTW) x has no boys have problems about the relationship is not good with The residents and families. Relations less well it appears because of the feeling of shame Speaker and it affect his relationship with fellow residents of the care. Thus researchers interested in conducting research with the aim of describing and understanding the psychological well-being of the elderly in PSTW X who did not have the boy. This study uses qualitative methods with the phenomenology of approach are analyzed in Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). The results showed that the psychological conflicts experienced by the elderly before lived in X PSTW i.e. elderly attitude that does the rejection of responsibility in his village about ngayah due to declining physical strength. Then the perception of the elderly regarding gender that girls aren't supposed to care for the elderly and elderly needs to be treated (caregiver) that make the elderly initiative resides in PSTW x. Of the six dimensions of psychological well-being of the elderly, there are five dimensions are met i.e. self-acceptance, positive relationship towards other people, autonomy, purpose of life and personal growth. Thus there are changes in their psychological well-being, while the elderly think conflict is back and it's influential environment PSTW X.Keywords: The Elderly, Psychological Well-being, Interpretative Phenomenological Analysis Werdha Nurshing Home. Phenomenological Analysis (IPA), Panti Sosial Werdha.
Kesejahteraan Psikologis Lansia yang Tidak Mempunyai Anak Laki-Laki di Panti Sosial Tresna Werdha X Bali Ni Putu Lilik Agestin; Agnes Utari Hanum Ayuningtias; Dermawan Waruwu
JURNAL PSIKOLOGI MANDALA Vol. 3 No. 1 (2019): JURNAL PSIKOLOGI MANDALA
Publisher : Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36002/jpm.v3i1.1081

Abstract

Abstrak. Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) X yang tidak mempunyai anak laki-laki memiliki permasalahan mengenai relasi yang kurang baik dengan penghuni Panti dan Keluarga. Relasi kurang baik itu muncul karena perasaan malu narasumber dan itu berdampak terhadap hubungannya dengan sesama penghuni Panti. Maka dari itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan tujuan mendeskripsikan dan menemukan faktor-faktor dimensi kesejahteraan psikologis lansia yang tidak mempunyai anak laki-laki di PSTW X Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang dianalisis secara Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi konflik psikologis yang dialami lansia sebelum tinggal di PSTW X yaitu sikap lansia yang melakukan penolakan terhadap tanggung jawab di desanya mengenai ngayah karena kekuatan fisik yang menurun. Kemudian persepsi lansia mengenai gender bahwa anak perempuan tidak seharusnya merawat orang tua dan kebutuhan lansia untuk dirawat (caregiver) yang membuat lansia berinisiatif tinggal di PSTW X. Dari keenam dimensi kesejahteraan psikologis lansia, ada lima dimensi yang terpenuhi yaitu penerimaan diri, hubungan positif terhadap orang lain, otonomi, tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi. Dengan demikian terjadi perubahan dalam kesejahteraan psikologisnya, di saat lansia memikirkan konfliknya kembali dan itu berpengaruh di lingkungan PSTW X.Kata Kunci: Lansia, Kesejahteraan Psikologis, InterpretativeAbstract. Elderly in Werdha Nurshing Home (PSTW) x has no boys have problems about the relationship is not good with The residents and families. Relations less well it appears because of the feeling of shame Speaker and it affect his relationship with fellow residents of the care. Thus researchers interested in conducting research with the aim of describing and understanding the psychological well-being of the elderly in PSTW X who did not have the boy. This study uses qualitative methods with the phenomenology of approach are analyzed in Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). The results showed that the psychological conflicts experienced by the elderly before lived in X PSTW i.e. elderly attitude that does the rejection of responsibility in his village about ngayah due to declining physical strength. Then the perception of the elderly regarding gender that girls aren't supposed to care for the elderly and elderly needs to be treated (caregiver) that make the elderly initiative resides in PSTW x. Of the six dimensions of psychological well-being of the elderly, there are five dimensions are met i.e. self-acceptance, positive relationship towards other people, autonomy, purpose of life and personal growth. Thus there are changes in their psychological well-being, while the elderly think conflict is back and it's influential environment PSTW X.Keywords: The Elderly, Psychological Well-being, Interpretative Phenomenological Analysis Werdha Nurshing Home. Phenomenological Analysis (IPA), Panti Sosial Werdha.
Hubungan Spiritual Tourism dan Coping dengan Kebahagiaan pada Perkumpulan International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) di Bali Gusti Ayu Diliana Saraswati Devi; Agnes Utari Hanum Ayuningtias; Listiyani Dewi Hartika
JURNAL PSIKOLOGI MANDALA Vol. 3 No. 2 (2019): JURNAL PSIKOLOGI MANDALA
Publisher : Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36002/jpm.v3i2.1092

Abstract

Abstrak. Spiritual tourism merupakan perjalanan yang bermotif agama atau spiritual yang dapat menimbulkan rasa damai, harmonis, sehat, dan bahagia, sehingga bisa menjadi coping dalam mengurangi kondisi yang membebani individu agar tidak menimbulkan stres. Hal ini diduga mampu meningkatkan kebahagiaan individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan spiritual tourism dan coping dengan kebahagiaan pada perkumpulan International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) di Bali. Tipe penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan metode korelasional dan dianalisis menggunakan regresi berganda. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 133 partisipan (usia 20-65 tahun) yang diperoleh dengan menggunakan teknik sampel kuota. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa spiritual tourism, coping dan kebahagiaan memiliki korelasi yang positif, selain itu hasil menunjukan spiritual tourism dan coping dapat memprediksikan kebahagiaan (r = 0.521). Karena spiritual tourism tidak terlepas dari kegiatan spiritual dan berwisata, dari kedua hal ini masing-masing memiliki manfaat tersendiri dalam meningkatkan kebahagiaan, sedangkan coping dilihat dari beberapa kegiatan spiritual tourism yang sering dilakukan oleh perkumpulan tersebut dapat meningkatkan hubungan sosial dan dukungan sosial bagi individu sehingga dapat menimbulkan kebahagiaan.Kata Kunci: spiritual tourism, coping, kebahagiaan, perkumpulan ISKCON.Abstract. Spiritual tourism is a pilgrimage with religious or spiritual motives that bring peace, harmony, health, and happiness. Based on that definition, Spiritual tourism may also be a coping for any situation that can make people stress. This study aims to define the relationship between spiritual tourism, coping and happiness among members of International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) in Bali. Participants of this study were consisted of 133 members of ISKCON in Bali with an age range of 20-65 years. This study used multiple regression analytic to test three variables: spiritual tourism, coping stress, and happiness. Results showed a significant positive correlation between spiritual tourism, coping stress and happiness (p<.05). Furthermore, spiritual tourism and coping may predict happiness (r=.521). The implications of this findings are further discussed.Keywords: spiritual tourism, coping, happiness, ISKCO
Persepsi Daya Tarik Seksual Penduduk Lokal Terhadap Wisatawan Asing Listiyani Dewi Hartika; Ni Nyoman Ari Indra Dewi; Agnes Utari Hanum Ayuningtias; Shafira P; Alexandra Auliffe; Assrid Assrid; Linda Sandy; Putri Vanezia
JURNAL PSIKOLOGI MANDALA Vol. 6 No. 1 (2022): JURNAL PSIKOLOGI MANDALA
Publisher : Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36002/jpm.v6i1.1832

Abstract

Abstrak. Keberadaan wisatawan asing di Bali tentu saja akan menimbulkan persepsi tersendiri bagi penduduk setempat atau penduduk lokal. Persepsi seseorang mengenai sesuatu hal tentu akan sangat mempengaruhi sikap dan tindakan yang akan dilakukannya. Pada hal ini salah satu sikap yang dapat dipengaruhi oleh persepsi yang dimiliki orang lokal atau penduduk lokal terhadap wisatawan asing ialah daya tarik seksual. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk memahami secara mendalam gambaran persepsi dan kemudian melihat bentuk-bentuk persepsi yang timbul dari penduduk lokal terhadap daya tarik seksual wisatawan asing. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif jenis Grounded Theory. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 4 orang yang bertempat tinggal di Kabupaten Badung, Bali dengan usia 20-40 tahun atau yang tergolong dalam dewasa muda dan memenuhi kriteria-kriteria penelitian. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan persepsi penduduk lokal yang dapat memunculkan daya tarik seksual pada wisatawan asing ialah faktor fisik, sifat, prestise, adaptif, pengalaman, bersenang-senang, pemenuhan kebutuhan seksual dan emosional, serta Bali sebagai daerah wisata.Kata kunci: persepsi daya tarik seksual, penduduk lokal, wisatawan asing