Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search
Journal : Daiwi Widya : Jurnal Pendidikan FKIP Unipas

INDEKS RELIABILITAS ITEM (iri) SEBAGAI PENYUSUN STANDAR DEVIASI TOTAL (SDt) PADA TES KEMAMPUAN BERPIKIR MANTIK I Gusti Ngurah Puger
Daiwi Widya Vol 7, No 3 (2020)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37637/dw.v7i3.257

Abstract

Tujuan yang ingin disasar dalam pelaksanaan penelitian ini adalah: untuk mengetahui besarnya kontribusi skor-tampak masing-masing item dari tes kemampuan berpikir mantik di dalam menyusun standar deviasi total distribusi skor tampak, bila dikaji dari indeks reliabilitas item-nya. Penelitian yang dilaksanakan merupakan jenis penelitian evaluasi, yang subjeknya berupa 100 siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seririt. Pemilihan subjek penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan berpikir mantik yang dikompilasi oleh peneliti. Untuk menentukan koefisien indeks reliabilitas item (iri) digunakan formula iri. Berdasarkan atas hasil analisis data dengan formula iri diperoleh koefisien iri pada masing-masing butir yang menyusun tes kemampuan berpikir mantik. Setelah ke-54 koefisien iri yang diperoleh dijumlahkan diperoleh nilai sebesar 9,178. Sedangkan nilai standar deviasi total (SDt) dari tes kemampuan berpikir mantik sebesar 9,178. Oleh karena nilai koefisien iri secara total sama dengan nilai SDt dari tes kemampuan berpikir mantik, maka H1 diterima. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa besarnya kontribusi skor-tampak masing-masing item tes kemampuan berpikir mantik di dalam menyusun standar deviasi total (SDt) distribusi skor-tampak sama dengan besarnya indeks reliabilitas item-nya.
PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN SISWA MELALUI PENANAMAN NILAI-NILAI YANG TERSELIP PADA KONSEP TRI KAYA PARISUDHA I Gusti Ngurah Puger; Dewa Nyoman Redana
Daiwi Widya Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37637/dw.v6i1.198

Abstract

Tindak kekerasan siswa bisa saja terjadi pada setiap sekolah menengah, bilamana ada niat dan kesempatan dari pihak pelaku. Untuk menanggulangi niat siswa melakukan tindak kekerasan di sekolah menengah dapat dilakukan melalui pengomunikasian konsep tri kaya parisudha secara berkelanjutan pada setiap bidang studi yang diajarkan. Makin sering konsep tri kaya parisudha, termasuk dimensi dan nilai-nilai yang terselip di dalamnya dikomunikasikan, maka konsep tersebut akan menjadi bagian dari diri siswa yang harus diimplementasikan. Bila nilainilai yang terselip pada konsep tri kaya parisudha menjadi bagian dari diri siswa dan harus dimplementasikan, maka dapat menjadikan siswa tidak berniat untuk melakukan tindak kekerasan. Nilai-nilai yang terkandung dalam konsep tri kaya parisudha sering dikenal dengan istilah karma patha. Adapun cakupan dari karma patha adalah: (1) tidak menginginkan milik orang lain, (2) tidak berpikir buruk terhadap orang lain, dan (3) tidak mengingkari hukum karmaphala (tiga hal yang menjadi cakupan manacika parisudha), (4) tidak berkata jahat (ujar ahala), (5) tidak berkata kasar (ujar aprgas), (6) tidak memfitnah (raja pisuna), dan (7) tidak mengeluarkan kata-kata yang mengandung kebohongan (empat hal yang menjadi cakupan wacika parisudha), (8) tidak menyakiti atau membunuh (ahimsa), (9) tidak mencuri, dan (10) tidak berzinah (tiga hal yang menjadi cakupan kayika parisudha).
PENERAPAN KEMAMPUAN BERPIKIR MANTIK DALAM PEMBELAJARAN SAINS I Gusti Ngurah Puger; Dewa Nyoman Redana
Daiwi Widya Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37637/dw.v6i2.209

Abstract

Dalam pembelajaran sains di sekolah menengah, seperti SMP dan SMA, guru-guru yang mengajar bidang studi tersebut jarang sekali melatih siswa untuk berpikir secara deduktif dan induktif. Berpikir secara deduktif dengan menggunakan belahan otak kiri (BKI) dapat digunakan sebagai sarana abstraksi konsep. Sedangkan, berpikir secara induktif dengan menggunakan belahan otak kanan (BKA) dapat digunakan sebagai sarana konkretisasi konsep. Proses berpikir dengan menggunakan belahan otak kiri (BKI) dan belahan otak kanan (BKA) secara bergantian dalam pembelajaran sains, atau penggabungan proses berpikir secara deduktif dan berpikir secara induktif dalam rangka mencapai belajar bermakna sering dikenal dengan berpikir mantik.
STANDARISASI KUESIONER PENERAPAN KONSEP TRI HITA KARANA DALAM PENCEGAHAN TIMBULNYA LUBANG OZON Kadek Agung Indrawan; I Gusti Ngurah Puger; Kadek Yati Fitria Dewi
Daiwi Widya Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37637/dw.v6i2.210

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kelayakan kuesioner penerapan konsep tri hita karana dalam pencegahan timbulnya lubang ozon yang digunakan dalam penelitian ini dapat diujicobakan lebih lanjut, jika dikaji dari validitas isinya; (2) kelayakan kuesioner penerapan konsep tri hita karana dalam pencegahan timbulnya lubang ozon yang digunakan dalam penelitian ini dapat diujicobakan lebih lanjut, jika dikaji dari reliabilitas respon antar-penilainya; (3) kelayakan kuesioner penerapan konsep tri hita karana dalam pencegahan timbulnya lubang ozon yang digunakan dalam penelitian ini dapat diujicobakan lebih lanjut, jika dikaji dari validitas butirnya; dan (4) kelayakan kuesioner penerapan konsep tri hita karana dalam pencegahan timbulnya lubang ozon yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan lebih lanjut, jika dikaji dari reliabilitas kuesioner. Penelitian ini termasuk jenis penelitian evaluasi. Populasinya berupa respon terhadap kuesioner penerapan konsep tri hita karana dalam pencegahan timbulnya lubang ozon yang dikembangkan oleh peneliti, sedangkan sampelnya berupa respon yang diberikan oleh dua orang rater dan 40 siswa SMPN 1 Seririt yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Kuesioner penerapan konsep tri hita karana dalam pencegahan timbulnya lubang ozon terdiri atas 42 butir pernyataan, lima skala respon, dan dua kelompok sifat pernyataan (positif dan negatif). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan formula Gregory, formula Anava Hoyt, korelasi Product Moment dari Pearson, dan Alpha-Crobach (A-C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) bila dikaji dari validitas isinya, kuesioner penerapan konsep tri hita karana dalam pencegahan timbulnya lubang ozon yang digunakan dalam penelitian ini layak diujicobakan lebih lanjut; (2) bila dikaji dari reliabilitas respon antarrater-nya, kuesioner penerapan konsep tri hita karana dalam pencegahan timbulnya lubang ozon yang digunakan dalam penelitian ini layak diujicobakan lebih lanjut; (3) bila dikaji dari validitas butirnya, sebanyak 39 butir yang menyusun kuesioner penerapan konsep tri hita karana dalam pencegahan timbulnya lubang ozon yang digunakan dalam penelitian ini layak digunakan sebagai instrumen penelitian; dan (4) bila dikaji dari reliabilitasnya, kuesioner penerapan konsep tri hita karana dalam pencegahan timbulnya lubang ozon setelah dilakukan pembuangan butir yang drop layak digunakan sebagai instrumen penelitian.
HORMON YANG BERPERAN DALAM PEMBENTUKAN SPERMATOZOA DAN OVUM I Gusti Ngurah Puger
Daiwi Widya Vol 9, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37637/dw.v9i2.1144

Abstract

Abstrak     Laki-laki yang normal setelah memasuki fase remaja pasti menghasilkan sperma. Demikian juga, wanita yang normal setelah mencapai fase remaja pasti menghasilkan ovum. Namun demikian, masih banyak sekali laki-laki dan wanita yang sudah menghasilkan sperma atau ovum tidak mengetahui mengenai hormon yang berpengaruh dalam menghasilkan sperma atau ovum. Pada pria, hipotalamus mengeluarkan faktor pelepas dan merangsang kelenjar pituitari bagian depan untuk menghasilkan hormon stimulasi folikel (FSH) dan hormon stimulasi sel interstitial (ICSH). Perpaduan FSH dan ICSH akan merangsang testis menghasilkan hormon testosteron. Hormon testosteron berfungsi untuk produksi sperma, pertumbuhan penis, rambut-rambut pada muka, dan pelebaran bahu. Pada wanita, hipotalamus mengeluarkan faktor pelepas dan merangsang kelenjar pituitari bagian depan untuk menghasilkan hormon stimulasi folikel (FSH) dan hormon luteinizing (LH). FSH merangsang folikel muda sampai menjadi folikel matang. Folikel yang matang karena pengaruh hormon luteinizing akan pecah, sehingga ovum dilepas dari folikel. Folikel yang sudah tidak berisi ovum akan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum selanjutnya menghasilkan hormon progesteron dan estrogen untuk menjaga agar korpus luteum tidak rusak.Kata kunci: Hormon, pembentukan sperma, dan pembentukan ovum.
HORMON YANG BERPERAN DALAM PEMBENTUKAN SPERMATOZOA DAN OVUM I Gusti Ngurah Puger
Daiwi Widya Vol 9, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37637/dw.v9i2.1149

Abstract

Abstract Normal men after stepping into the adolescent phase, they must produce sperm. Likewise, normal women after reaching the adolescent phase, they must produce ovum. However, there are still many men and women who have produced sperm or ovum and do not know about the hormones that affect on producing sperm or ovum. In males, the hypothalamus secretes releasing factors and stimulates the anterior pituitary gland to produce follicle stimulating hormone (FSH) and interstitial cell stimulating hormone (ICSH). The combination of FSH and ICSH will stimulate the testes to produce the hormone testosterone. The hormone testosterone is responsible for sperm production, penis growth, facial hair, and widening of the shoulders. In women, the hypothalamus secretes releasing factors and stimulates the anterior pituitary gland to produce follicle stimulating hormone (FSH) and luteinizing hormone (LH). FSH stimulates young follicles until they become mature follicles. Mature follicles due to the influence of luteinizing hormone will rupture, so that the ovum is released from the follicle. Follicles that no longer contain ovum will turn into a corpus luteum. The corpus luteum then produces the hormones progesterone and estrogen to keep the corpus luteum from being damaged.Keywords: Hormones, sperm formation, and ovum formation.
HORMON YANG BERPERAN DALAM PEMBENTUKAN SPERMATOZOA DAN OVUM I Gusti Ngurah Puger
Daiwi Widya Vol 9, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37637/dw.v9i2.1181

Abstract

AbstractNormal men after stepping into the adolescent phase, they must produce sperm. Likewise, normal women after reaching the adolescent phase, they must produce ovum. However, there are still many men and women who have produced sperm or ovum and do not know about the hormones that affect on producing sperm or ovum. In males, the hypothalamus secretes releasing factors and stimulates the anterior pituitary gland to produce follicle stimulating hormone (FSH) and interstitial cell stimulating hormone (ICSH). The combination of FSH and ICSH will stimulate the testes to produce the hormone testosterone. The hormone testosterone is responsible for sperm production, penis growth, facial hair, and widening of the shoulders. In women, the hypothalamus secretes releasing factors and stimulates the anterior pituitary gland to produce follicle stimulating hormone (FSH) and luteinizing hormone (LH). FSH stimulates young follicles until they become mature follicles. Mature follicles due to the influence of luteinizing hormone will rupture, so that the ovum is released from the follicle. Follicles that no longer contain ovum will turn into a corpus luteum. The corpus luteum then produces the hormones progesterone and estrogen to keep the corpus luteum from being damaged.Keywords: Hormones, sperm formation, and ovum formation.
VALIDITAS BUTIR KUESIONER PERILAKU SISWA BERBASISKAN AJARAN KARMAPATHA SECARA UNIDIMENSI DAN MULTIDIMENSI SEBELUM DIKOREKSI OLEH EFEK SPURIOUS OVERLAP I Gusti Ngurah Puger; Kadek Yati Fitria Dewi
Daiwi Widya Vol 10, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37637/dw.v10i1.1387

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan kuesioner perilaku siswa berbasiskan ajaran karmapatha yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai instrumen penelitian, jika dikaji dari validitas butirnya secara unidimensi dan multidimensi sebelum dilakukan koreksi oleh efek spurious overlap. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kalibrasi instrumen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Seririt, sedangkan sampelnya berupa respon 100 siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Seririt setelah diberikan kuesioner perilaku siswa berbasiskan ajaran karmapatha yang dipilih secara purposive sampling. Kuesioner perilaku siswa berbasiskan ajaran karmapatha yang disebarkan pada siswa sudah memiliki kelayakan untuk digunakan lebih lanjut, dikaji dari koefisien content validity (VI), dan koefisien reliabilitas (rxx’) respon antar-rater-nya. Untuk menguji validitas butir kuesioner perilaku siswa berbasiskan ajaran karmapatha secara unidimensi dan multidimensi sebelum dilakukan koreksi oleh efek spurious overlap digunakan formula korelasi product moment. Dari hasil analisis data diperoleh temuan sebagai berikut. (1) Pada pengujian validitas butir kuesioner perilaku siswa berbasiskan ajaran karmapatha secara unidimensi sebelum dilakukan koreksi oleh efek spurious overlap dengan formula korelasi product moment, terdapat 48 butir yang layak digunakan sebagai penyusun kuesioner (yakni butir nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, dan 50), dan butir kuesioner yang termasuk kategori drop, yaitu butir tes nomor: 27, dan 42; dan (2) pada pengujian validitas butir kuesioner perilaku siswa berbasiskan ajaran karmapatha secara multidimesi sebelum dikoreksi oleh efek spurious overlap, terdapat 49 butir yang layak digunakan sebagai penyusun kuesioner (yakni butir nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, dan 50), dan terdapat 1 butir kuesioner yang berkategori drop, yakni butir nomor: 42. Berdasarkan atas temuan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: (1) pada pengujian validitas butir kuesioner perilaku siswa berbasiskan ajaran karmapatha secara unidimensi sebelum dikoreksi oleh efek spurious overlap dengan formula korelasi product moment, terdapat 48 butir yang layak digunakan sebagai penyusun kuesioner; dan (2) pada pengujian validitas butir kuesioner perilaku siswa berbasiskan ajaran karmapatha secara multidimesi sebelum dikoreksi oleh efek spurious overlap dengan formula korelasi product moment, terdapat 49 butir yang layak digunakan sebagai penyusun kuesioner.