Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : Majalah Farmaseutik

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Berat Badan Pada Neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah Sari, Ernika; Rahmawati, Fita; Mutiara, Rina; Yuniarti, Endang
Majalah Farmaseutik Vol 20, No 1 (2024)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v20i1.79004

Abstract

Penambahan berat badan pada bayi berat lahir sangat rendah sangat dianjurkan untuk mencegah kegagalan pertumbuhan. Beberapa faktor dapat mempengaruhi peningkatan berat badan pada neonatus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin, usia gestasi, berat lahir, pemberian human milk fortifier (HMF) dan nutrisi parenteral terhadap peningkatan berat badan neonatus. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Subjek penelitian merupakan pasien neonatus yang menjalani perawatan pada tahun 2019 – 2021 di RSUP Dr. Sardjito dan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Peningkatan berat badan dihitung dari selisih antara berat saat meninggalkan rumah sakit dengan berat lahir. Data dipilih secara consecutive sampling, didapatkan 128 subjek penelitian. Analisis multivariat menggunakan regresi linier berganda diperoleh pengaruh signifikan pada berat lahir (p = 0.000), pemberian HMF (p = 0.007) dan nutrisi parenteral (p = 0.008) terhadap peningkatan berat badan Sedangkan jenis kelamin, cara lahir dan usia gestasi tidak mempengaruhi peningkatan berat badan (p>0.05). Pemberian HMF dan nutrisi parenteral merupakan faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan pada neonatus terutama dengan berat badan lahir rendah. 
Forecasting Drug Demand Using The Single Moving Average At Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah Hospital Yuniarti, Endang
Majalah Farmaseutik Vol 19, No 3 (2023)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v19i3.86207

Abstract

Problems that often occur in inventory planning are excess and shortages of drug supplies. The single moving average (SMA) forecasting smooths drug demand data fluctuations. This study aims to see the potential and magnitude of errors using the SMA method based on the MAPE values. This research is non-experimental descriptive research. The study sample was the seven highest order drug items based on category A of the ABC analysis results in 2020 and 2021. The sampling technique was purposive sampling using retrospective data. The results obtained were highly accurate forecasting (MAPE <10%) for four drug items, namely Human Albumin 20% Injection 100 mL (MAPE = 2%), Eksemestan 25 mg tablets (MAPE = 3%), Trastuzumab 440 mg/20 mL injection (MAPE = 4%), Deferasirok 500 mg tablets (MAPE = 3%); Good forecasting (MAPE = 10-20%) for one drug item, namely Nilotinib 200 mg capsules (MAPE = 16%), and Reasonable forecasting (20-50%) for two drug items, namely Ifosfamide injection 1 gram (MAPE = 35%), Fentanyl injection 100 mcg / 2 mL (MAPE = 23%) with an average MAPE value of 12%. This study concluded that Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah Denpasar Hospital could use the SMA forecasting method.
Metode Hanlon Sebagai Cara Menentukan Prioritas Masalah Perencanaan dan Pengadaan Obat di RS Wijayakusuma Purwokerto Lubis, Muammar; Yuniarti, Endang; Wiedyaningsih, Chairun
Majalah Farmaseutik Vol 20, No 3 (2024)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v20i3.95716

Abstract

                Metode Hanlon adalah sebuah metode yang digunakan untuk membandingkan berbagai macam masalah kesehatan secara adil dan obyektif, serta sebagai dasar untuk merencanakan strategi perbaikan guna meningkatkan pelayanan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengelolaan obat tahap perencanaan dan pengadaan di RS Wijayakusuma Purwokerto dibandingkan dengan indikator standar dan dilakukan penetapan prioritas masalah dengan metode Hanlon kemudian memberikan rekomendasi perbaikan untuk penyelesaian masalah. Rancangan penelitian bersifat deskriptif, pengambilan data secara retrospektif dan concurent. Data yang dihasilkan berupa data kuantitatif dari penelusuran dokumen tahun 2022 dan penilaian metode Hanlon pada saat penelitian. Indikator standar yaitu kemenkes RI (2010), Satibi et al. (2019) dan Pudjaningsih (1996). Pemilihan responden penilaian metode Hanlon secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan, tiga indikator tidak memenuhi standar yaitu persentase kesesuaian jumlah permintaan (83,21%) dengan nilai OPR (22,65), persentase dana yang tersedia terhadap dana yang dibutuhkan (75,38%) dengan nilai OPR (26,15) dan frekuensi tertundanya pembayaran oleh RS terhadap waktu yang telah ditetapkan (32 kali) dengan nilai OPR (23,52). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa prioritas utama diselesaikan yaitu indikator kecukupan dana, kedua indikator tertundanya pembayaran faktur dan ketiga indikator kesesuaian jumlah permintaan. Rekomendasi perbaikan: melakukan evaluasi dan penyesuaian anggaran, penyediaan anggaran yang memadai, menerapkan sistem pengadaan yang kompetitif dan meningkatkan fleksibilitas pengadaan obat. 
Analisis Penetapan Prioritas Masalah Distribusi dan Penggunaan Obat di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya dengan Metode Hanlon Aini, Nurul; Yuniarti, Endang; Satibi, Satibi
Majalah Farmaseutik Vol 20, No 3 (2024)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v20i3.95890

Abstract

Analisis dengan metode Hanlon digunakan untuk membandingkan masalah kesehatan yang berbeda-beda dalam rangka evaluasi dan bahan pertimbangan dalam menyusun strategi dan pengembangan mutu pelayanan menjadi lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prioritas masalah pada tahap distribusi dan penggunaan obat berdasarkan hasil analisis menggunakan Metode Hanlon di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya. Rancangan penelitian bersifat deskriptif, pengambilan data secara retrospektif dan concurrent. Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif yang berasal dari penelusuran dokumen tahun 2022 dan pengamatan saat penelitian. Tahap distribusi dan penggunaan obat diukur tingkat efisiensinya menggunakan indikator Depkes (2008) dan penelitian Satibi dkk (2019). Indikator yang belum tercapai diidentifikasi sebagai masalah, kemudian dilakukan pembobotan untuk menetapkan prioritas masalah dengan metode Hanlon. Pada tahap akhir dari penelitian ini adalah perumusan rekomendasi strategi perbaikan berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan. Hasil evaluasi pengelolaan obat pada tahap distribusi dan penggunaan obat dari 9 indikator yang diteliti terdapat 7 indikator yang belum sesuai standar. Penetapan prioritas masalah menggunakan metode Hanlon mendapatkan hasil indikator rata-rata waktu tunggu dan tingkat ketersediaan obat merupakan prioritas utama untuk diselesaikan. Rekomendasi strategi perbaikannya yaitu peresepan elektronik, menggunakan alat bantu Artificial Intelligence, pelatihan staf secara berkala, pengendalian dengan metode MMSL, implementasi forecasting kebutuhan obat dan pembayaran ke distributor tepat waktu.
Kajian Literatur Penerapan Lean Management pada Distribusi Obat di Rumah Sakit Mojau, Feliciane; Satibi, Satibi; Yuniarti, Endang
Majalah Farmaseutik Vol 21, No 1 (2025)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v21i1.98350

Abstract

Distribusi obat kepada pasien oleh instalasi farmasi menjadi salah satu element pendukung kesuksesan kinerja rumah sakit. Oleh sebab itu, meningkatkan kualitas pelayanan distribusi obat harus senantiasa dilakukan dan salah satu konsep yang telah terbukti kesuksesan dalam meningkatkan kualitas pelayanan adalah lean management. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian literatur penerapan lean management dalam distribusi obat kepada pasien di instalasi farmasi rumah sakit di Indonesia. Penelusuran literatur dilakukan dengan menggunakan data base Google Scholar dengan batasan artikel yang terpublikasi 10 tahun terakhir dan dapat diakses secara full-text. Dari hasil penelusuran didapatkan 21 artikel yang membahas penerapan lean management pada distribusi obat kepada pasien. Penerapan lean management paling banyak dilakukan pada distribusi obat kepada pasien berdasarkan resep (pelayanan resep) di instalasi farmasi rawat jalan. Penerapan lean management menunjukan bahwa melalui upaya meminimalkan waste memberikan manfaat dalam peningkatan efisiensi pelayanan dan waktu tunggu obat. Tools lean management yang sering digunakan adalah value stream map (VSM) untuk memvisualisasikan aliran proses dan menerapkan 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke) untuk memperbaiki lingkungan kerja di instalasi farmasi sehingga produktifitas petugas farmasi meningkat.
Evaluasi Perencanaan Obat di RSJ Mutiara Sukma Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Pendekatan Lean Hospital Darajati, Mudrikah; Satibi, Satibi; Yuniarti, Endang
Majalah Farmaseutik Vol 21, No 2 (2025)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v21i2.101075

Abstract

Latar Belakang: Masalah kekosongan obat menyebabkan penundaan pengobatan dan ketidakpuasan pasien.Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan mengevaluasi proses perencanaan obat di RSJ Mutiara Sukma menggunakan pendekatan Lean Hospital, melalui penyusunan value stream mapping, mengidentifikasi waste, menganalisis akar penyebab waste kritis, dan memberikan usulan perbaikan.Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan menggunakan observasi, wawancara semi-terstruktur, Focus Group Discussion, dan telaah dokumen. Sampel terdiri dari 7 pegawai yang terlibat dalam proses perencanaan obat. Hasil: Hasil menunjukkan aktivitas non-value added (NVA) mencapai 75,55%, dengan necessary but non-value added (NNVA) sebesar 18,57% dan value added (VA) hanya 5,87%. Pemborosan dominan adalah waste of waiting dan waste kritis ditemukan pada pembuatan laporan yang dilakukan secara manual menggunakan Microsoft Excel. Akar penyebab waste kritis meliputi prioritas pengembangan SIMRS yang belum menjadi fokus manajemen, serta ketiadaan standar prosedur operasional (SPO) dalam pembuatan laporan sirkulasi obat. Rekomendasi perbaikan mencakup pengembangan SIMRS sesuai kebutuhan perencanaan obat dan pelaporan, serta penyusunan SPO dan standarisasi pelaporan yang lebih terstruktur.Kesimpulan: Proses perencanaan obat di RSJ Mutiara Sukma masih belum efisien akibat pengembangan SIMRS yang belum optimal serta ketiadaan SPO dan standarisasi pelaporan
Evaluasi Praktek Pemilihan Obat di Rumah Sakit Umum AN NI’MAH Menggunakan Instrumen Berbasis Indikator Hidayat, Adnan Muhammad Uno J; Satibi, Satibi; Yuniarti, Endang
Majalah Farmaseutik Vol 21, No 3 (2025)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v21i3.101587

Abstract

Manajemen obat dimulai dari proses seleksi yang dilakukan oleh Komite Farmasi dan Terapi atas dasar pertimbangan tertentu, kemudian dilanjutkan dengan proses pengadaan, distribusi, dan penggunaan. Proses pemilihan obat harus terlaksana dengan baik dan efektif sehingga mampu menghasilkan Formularium Rumah Sakit yang efektif dan efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran alur pemilihan obat dan evaluasi praktek pemilihan obat yang ada di rumah sakit menggunakan instrumen berbasis indikator. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi. Selanjutnya dilakukan wawancara bebas dengan para pihak yang dinilai berperan dalam proses pemilihan obat di rumah sakit untuk mempertajam hasil evaluasi praktek pemilihan obat. Hasil penelitian menunjukkan alur pemilihan obat sudah sesuai dengan pedoman penyusunan formularium yang ditetapkan oleh KEMENKES RI. Evaluasi praktek pemilihan obat masih belum berjalan optimal dilihat dari capaian indikator kualitatif adalah 19 indikator tercapai dari total 28 indikator. Pada indikator kuantitatif terdapat indikator alokasi anggaran, obat DOEN yang tersedia, kesesuaian formularium rumah sakit terhadap FORNAS, kesesuaian item pengadaan terhadap formularium rumah sakit, serta ketersediaan obat generik masih belum memenuhi standar.