Abdul Hakim
Institut Agama Islam Negeri Bone

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENDEKATAN HERMENEUTIK DALAM MEMAHAMI INTERAKSI NABI SAW. DENGAN OPOSISI DI MADINAH Abdul Hakim
Al-Din: Jurnal Dakwah dan Sosial Keagamaan Vol 4, No 2 (2018): AL-DIN Jurnal Dakwah dan Sosial Keagamaan
Publisher : fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Bone

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (685.539 KB) | DOI: 10.35673/ajdsk.v4i2.625

Abstract

Pemahaman terhadap interaksi Nabi SAW. dengan Yahudi dan Nasrani, terdapat perbedaan pendapat. Hal ini disebabkan karena adanya pemahaman yang parsial sehingga menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengkaji interaksi Nabi saw. dengan oposisi di Madinah secara utuh dan komprehensif melalui pendekatan hermeneutik. Penelitian ini adalah penelitian kepustakan yang bersifat kualitatif dengan pendekatan teologis-normatif. dan hermeneutik. Paradigm hermeneutik yang jika dilihat dari segi bentuknya terdiri dari hermeneutika analitis, psikososial dan ontologis. Khusus dalam memahami teks dalam penelitian seperti ini (hadis-hadis interaksi), maka hermeneutik psiko-sosial merupakan jenis yang memadai. Berdasarkan hal ini maka diproleh hasil sebagai berikut bahwa dengan pemahaman yang utuh melalui kontekstualisasi pendekatan teologis/normatif dan hermeneutik, maka dengan sendirinya teori yang dikembangkan oleh Hannah Rahman akan terbantahkan. Kekeliruan yang dilakukan oleh Hannah Rahman karena berangkat dari teori konflik Karl Marx yang dikembangkan oleh Vilfredo Pareto dan Lewis Coser. Kekeliruan ini dapat terbantah melalui Paradigma Naturalistik atau biasa disebut paradigma defenisi sosial. Paradigma ini dipelopori oleh Max Weber. Ia mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial yang “penuh arti” antar hubungan sosial. Tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakannya tersebut mempunyai makna subyektif bagi dirinya dan diarahkan bagi tindakan orang lain. Dengan demikian, melalui pendekatan hermeneutik psiko-sosial tindakan-tindakan nabi terhadap oposisi Madinah dapat dipahami dengan benar.KeywordsHermeneutik; Nabi; Oposisi; Madinah
Salafi, Hadith, and Islamic Law: Identity Politics and Wahabi Movement in East Kalimantan Abdul Majid; Mahdalena Nasrun; Novizal Wendry; Ruslan Sangaji; Abdul Hakim
AHKAM : Jurnal Ilmu Syariah Vol 23, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Islam Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ajis.v23i1.32139

Abstract

This study explores the Salafi-Wahabi movement's typology of hadith understanding and its consequences for Islamic law. This qualitative study employs the identity politics theory and the hadith understanding theory. Identity politics is utilized to assess the Salafi movement, and the concept of hadith understanding is used to examine different understandings of hadith. This study found that Salafi developed as a response to the behavior of bid’ah (innovation in religion), currents of syncretism, pluralism, liberalism, and the legitimating influence of Shia. The Salafi believes that Islamic organizations in Indonesia have failed to respond and have even been dissolved by the current situation, leading Muslims to stray away from hadith. Their identity politics is defined through numerous projects, including returning to Quran and sunnah slogans, putting on robes (long garments for both men and women), beards, and kuniyah. This is a way for them to justify their existence to oppose conventional identities. This study contends that the Salafi group's textual understanding of hadith promotes rigid Islamic law, which leads to societal conflict. As a result, the government and religious institutions should work together to develop Washatiyah Islam as a counter-ideology and discourse.  Abstrak: Kajian ini bertujuan untuk membahas tipologi pemahaman hadis kelompok Salafi-Wahabi dan implikasinya pada hukum Islam. Studi ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan teori politik identitas dan teori pemahaman hadis. Politik identitas digunakan untuk menganalisis Salafi sebagai sebuah gerakan, sedangan teori pemahaman hadis menganalisis varian pemahaman hadisnya. Artikel ini menyimpulkan bahwa kelompok Salafi berkembang akibat reaksi mereka terhadap perilaku bid'ah, sinkretisme, pluralisme, liberalisme dan pengaruh Syiah. Bagi mereka, organisasi Islam yang mainstrem di Indonesia gagal merespons bahkan ikut larut oleh arus tersebut sehingga umat Islam semakin jauh dari hadis. Politik identitas mereka diartikulasikan dengan berbagai proyek, yaitu kembali kepada al-Quran dan sunnah, pakaian gamis, jenggot dan penggunaan kuniyah. Hal ini merupa- kan cara untuk melegitimasi eksistensi mereka guna meresistensi identitas mainstream. Penelitian ini beragumen bahwa pemahaman hadis kelompok Salafi yang tekstual melahirkan hukum Islam yang kaku dan mengakibatkan konflik sosial. Karena itu, pemerintah dan organisasi keagamaan hendaknya mengembangkan Islam washatiyah sebagai kontra ideologi dan wacana.