Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Musawa : Jurnal Studi Gender dan Islam

KRITIK NALAR HADIS MISOGINIS Muqtada, Muhammad Rikza
Musawa Jurnal Studi Gender dan Islam Vol. 13 No. 2 (2014)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University & The Asia Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/musawa.2014.132.87-98

Abstract

Tulisan ini memberikan kritik terhadap nalar yang sering menggunakan hadis-hadis shaḥīh sebagai dalil  doktriner untuk sebuah kepentingan. Di antara yang sering dirujuk adalah hadis shahih yang ada dalam Saḥīh al-Bukhāri. Dalam urusan relasi antara laki-laki dan perempuan, misalnya. Kaum maskulin sering menggunakan hadis Saḥīh al-Bukhāri untuk melegitimasi segala tindakan laki-laki dalam memperlakukan perempuan, juga untuk memperkokoh posisi superioritas laki-laki atas perempuan. Dengan menggunakan  hermeneutika kritis, saya mengajak pembaca untuk cerdas membaca hadis-hadis misoginis yang sudah diklaim shaḥīḥ, karena dibalik kesahihannya ternyata ada hal yang “didiamkan”, meliputi sisi sosio-historis, sisi relasi kekuasaan, sisi intertekstualitas, juga sisi struktural-linguistik. Sehingga hadis yang menyatakan perempuan memiliki kekurangan agama dan akal, di mana dalam tradisi Jawa diistilahkan sebagai “konco wingking”, terbantahkan oleh fakta keterlibatan perempuan dalam banyak sektor publik. Keterlibatannya itu justru bukti bahwa mereka memiliki kemampuan akal yang mumpuni.
IDEOLOGISASI TAFSIR DI KALANGAN ISLAMIS PEREMPUAN BANGLADESH Muqtada, Muhammad Rikza
Musawa Jurnal Studi Gender dan Islam Vol. 15 No. 2 (2016)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University & The Asia Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/musawa.v15i2.1305

Abstract

As an open corpus, al-Qur’an speaks depending on readers. None has authority over al-Qur’an. Consequently, al-Qur’an is often taken by a group of Islamists as a socio-political legitimacy of their movement.Islamist group of Bangladeshi women -BICSa- are ideologizing an interpretation of the Koran which in doctrine to their women cadres to expedite their political missions under Jemaate Islami party (JI) of Bangladesh. BICSa successfully mobilized the women resources as a counterweight to the government by providing an education and a service to the lower levels of society, developing a relationship with the public, and recruiting also mobilizing the political support as the power of women.[Sebagai open corpus, al-Qur’an berbicara tergantung pembacanya. Tidak ada satu pun otoritas yang berkuasa penuh atasnya. Konsekuensinya al-Qur’an sering kali dibawa oleh sekelompok Islamis sebagai bentuk legitimasi gerakan sosial-politis mereka.Sekelompok Islamis perempuan Bangladesh–BICSa– melakukan ideologisasi tafsir al-Qur’an yang diajarkan kepada kader-kader perempuan mereka untuk memperlancar misi politik mereka di bawah partai Jemaate Islami (JI) Bangladesh. BICSa berhasil memobilisasi sumber daya perempuan sebagai penyeimbang pemerintahan dengan menyediakan pendidikan dan jasa bagi masyarakat level bawah, mengembangkan kontak dengan publik, merekrut dan menggalang dukungan politik sebagai kekuatan perempuan]
Feminist Interpretations Of Misogynistic Qur'an And Hadith: Strategies For Promoting Feminism In Indonesia And Malaysia Muqtada, Muhammad Rikza; Istianah; bin Mustapha , Ahmad Sharifuddin
Musãwa Jurnal Studi Gender dan Islam Vol. 23 No. 1 (2024)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University & The Asia Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/musawa.2024.223.55-72

Abstract

This paper discusses the discourse of interpretation of the Qur'an and misogynistic hadith by feminist activists in Indonesia and Malaysia as a strategy in promoting feminism in their respective countries. For this reason, the discussion focuses on interpretation methods, production of feminist interpretations, and dissemination of feminist interpretation. The study is qualitative research in which data is taken through interviews, observations, and documentation. The results of the study show that 1) The interpretation of the Qur'anic texts and hadith is done by seeing them as open and constantly developing texts. It means that texts could respond  and  interact with modern knowledge such as gender, law, and human rights. 2) The feminist approach to the Qur'an and hadith involves misogynistic challenges including marginalization, stereotypes, subordination, and violence against women. It also looks at the multiple roles of women and their subordination 3) Feminist interpretation is socialized by feminist activists from Islamic boarding schools and university backgrounds. They took part in discussions and wrote about feminism in magazines and social media. They also participate in women's organizations that advocate women protection and campaign for women's rights including the hazards of polygamy. This study shows that power relations within organizations have a significant impact on the interpretation of religious texts. This interpretation was then used to motivate women activists to promote feminism. [Tulisan ini mendiskusikan wacana penafsiran al-Qur’an dan hadis misoginis oleh para aktivis feminisme di Indonesia dan Malaysia sebagai strategi dalam mempromosikan feminisme di negara masing-masing. Untuk itu, pembahasan akan terfokus pada metode penafsiran, produksi tafsir feminis, dan diseminasi penafsiran feminisme. Kajian bersifat lapangan dengan mengambil data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data melalui reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Pendekatan yang digunakan adalah feminisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Penafsiran teks-teks al-Qur'an dan hadis dilakukan dengan melihatnya  sebagai sesuatu yang terbuka dan terus berkembang. Artinya teks harus terus berinteraksi dengan pengetahuan modern seperti gender, hukum, dan hak asasi manusia. Hal ini membuat teks lebih mudah dipahami. 2) Pendekatan feminis terhadap Al-Qur'an dan hadits melibatkan tantangan misoginis termasuk marjinalisasi, stereotip, dan kekerasan terhadap perempuan. Pendekatan ini juga melihat peran ganda perempuan dan subordinasi mereka. 3) Tafsir feminis disosialisasikan  oleh para aktivis feminis yang berlatar belakang pesantren dan universitas. Mereka ikut serta dalam diskusi dan menulis tentang feminisme di majalah dan media sosial. Mereka juga ikut serta dalam organisasi perempuan yang mengkampanyekan hak-hak perempuan termasuk bahaya poligami dan mengadvokasi lembaga Pemerintah untuk melindungi perempuan. Penelitian ini menunjukkan bahwa relasi kuasa dalam organisasi memiliki dampak yang signifikan terhadap penafsiran teks-teks agama. Interpretasi ini kemudian digunakan untuk memotivasi para aktivis perempuan untuk mempromosikan feminisme.]