Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Riset Akuakultur

PEMANFAATAN MADU UNTUK MENINGKATKAN RESPONS IMUN DAN RESISTANSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) TERHADAP INFEKSI White Spot Syndrome Virus Widanarni Widanarni; Muhamad Gustilatov; Sukenda Sukenda; Diah Ayu Satyari Utami
Jurnal Riset Akuakultur Vol 14, No 1 (2019): (Maret, 2019)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.738 KB) | DOI: 10.15578/jra.14.1.2019.59-69

Abstract

Wabah penyakit white spot diseases (WSD) akibat infeksi white spot syndrome virus (WSSV) menyebabkan penurunan produksi udang global. Alternatif pencegahan infeksi WSSV dapat dilakukan melalui peningkatan respons imun udang dengan aplikasi madu sebagai prebiotik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pemberian madu dalam meningkatkan respons imun dan resistansi udang vaname (Litopenaeus vannamei) terhadap infeksi WSSV. Penelitian ini terdiri atas lima perlakuan dan tiga ulangan yang meliputi perlakuan kontrol positif (tanpa pemberian madu dan diuji tantang dengan WSSV), kontrol negatif (tanpa pemberian madu dan tanpa uji tantang dengan WSSV), pemberian madu pada dosis 0,2%; 0,4%; dan 0,6%; serta diuji tantang dengan WSSV. Udang vaname berukuran 0,4 ± 0,11 g diberi pakan komersial dengan penambahan madu selama 10 minggu sebelum diuji tantang dengan WSSV, kemudian udang diuji tantang dengan WSSV dan diamati sintasan, serta parameter respons imunnya selama tujuh hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter respons imun udang yang diberi perlakuan madu meliputi total haemocyte count (THC), aktivitas fagositik (AF), respiratory burst (RB), dan phenoloxidase (PO), baik sebelum maupun setelah uji tantang dengan WSSV lebih baik (P<0,05) dibanding kontrol. Pada akhir uji tantang, sintasan udang yang diberi perlakuan madu pada dosis 0,4% dan 0,6% masing-masing mencapai 66,67%; sedangkan pada perlakuan kontrol positif hanya mencapai 36,67%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian madu pada dosis 0,4% efektif meningkatkan respons imun dan resistansi udang vaname terhadap infeksi WSSV.White spot disease (WSD) outbreaks due to white spot syndrome virus (WSSV) infection cause the decline of the global shrimp production. The alternative prevention method against WSSV infection can be done by the improvement of immune responses through the application of honey as a prebiotic. This study aimed to evaluate the effectiveness of the administration of honey in improving immune responses and resistance of Pacific white shrimp (Litopenaeus vannamei) against WSSV infection. This study consisted of five treatments and triplicates including positive control (without the administration of honey and challenged by WSSV); negative control (without the administration of honey and without the challenge test with WSSV); the administration of honey at doses of 0.2%, 0.4%, and 0,6% and challenged by WSSV. Pacific white shrimp sized 0.4 ± 0.11 g were fed commercial feed with the addition of honey for 10 weeks before challenged by WSSV, then the shrimp were challenged by WSSV and were observed their survival and immune responses parameters for seven days. The results of the study showed that immune responses parameters of the shrimp treated by honey treatments including total haemocyte count (THC), phagocytic activity (PA), respiratory burst (RB), and phenoloxidase (PO), both before and after the challenge test with WSSV were better (P<0.05) compared to control. At the end of the challenge test, the survival of the shrimp treated with honey treatments at doses of 0.4% and 0.6% reached 66.67%, while that of positive control treatment only reached 36.67%. These results indicated that the administration of honey at a dose of 0.4% was effective to improve immune responses and resistance of Pacific white shrimp against WSSV infection.
EFFECTS OF FEEDING RATE REDUCTION ON THE GROWTH PERFORMANCE AND FEED UTILIZATION OF PACIFIC WHITE SHRIMP REARED USING BIOFLOC SYSTEM Kusmiatun, Anik; Utami, Diah Ayu Satyari; Firnaeni, Tata; Kaborang, Yasinta Ega; Harijono, Teguh; Tangguda, Sartika; Triyastuti, Meilya Suzan; Djauhari, Ricky; Tantulo, Uras; Sihombing, Mika Azarya
Jurnal Riset Akuakultur Vol 19, No 4 (2024): Desember (2024)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.19.4.2024.331-343

Abstract

Biofloc in shrimp aquaculture provides natural food and reduces the reliance on commercial feed. The extent to which biofloc can optimize feeding management is not, however, fully understood. This study aimed to evaluate the effects of reducing feeding rates on the growth performance and feed utilization of Pacific white shrimp (Litopenaeus vannamei) reared in a biofloc system. A completely randomized design was used with four treatments: K (standard feeding, clear water), N (standard feeding, biofloc), NA (25% feeding reduction, biofloc), and NB (50% feeding reduction, biofloc). Shrimp were stocked at 40 individuals per tank and fed commercial feed containing 40% protein over a 30-day period. Results showed that shrimp in the NA treatment (25% feed reduction with biofloc) had the highest final weight (8.66 ± 0.03 g), biomass (306.13 ± 14.27 g), and weight gain (5.74 ± 0.25 g) compared to other treatments (P<0.05). NA also exhibited a higher specific growth rate (3.63 ± 0.27 %/day) than K and NB. Feed utilization improved with a lower feed conversion ratio and higher protein retention in the NA group. This study highlights that a 25% feeding rate reduction in biofloc systems optimizes shrimp growth and feed utilization. Future research should explore long-term sustainability, biofloc composition variations, and technological integration for scaling up efficient and environmentally sustainable shrimp farming operations.Penggunaan bioflok dalam budidaya udang memberikan makanan alami dan mengurangi ketergantungan pada pakan komersial. Namun, sejauh mana bioflok dapat mengoptimalkan manajemen pakan belum sepenuhnya dipahami. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek pengurangan laju pemberian pakan terhadap kinerja pertumbuhan dan pemanfaatan pakan udang vaname (Litopenaeus vannamei) yang dibudidayakan dalam sistem bioflok. Desain penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan, yaitu: K (pemberian pakan standar, air jernih), N (pemberian pakan standar, bioflok), NA (pengurangan pakan 25%, bioflok), dan NB (pengurangan pakan 50%, bioflok). Udang ditempatkan sebanyak 40 individu per tangki dan diberi pakan komersial yang mengandung 40% protein selama 30 hari. Hasil menunjukkan bahwa udang pada perlakuan NA (pengurangan pakan 25% dengan bioflok) memiliki berat akhir tertinggi (8,66 ± 0,03 g), biomassa (306,13 ± 14,27 g), dan kenaikan berat (5,74 ± 0,25 g) dibandingkan perlakuan lainnya (P<0,05). NA juga menunjukkan tingkat pertumbuhan spesifik yang lebih tinggi (3,63 ± 0,27 %/hari) dibandingkan K dan NB. Pemanfaatan pakan meningkat dengan rasio konversi pakan yang lebih rendah dan retensi protein yang lebih tinggi pada kelompok NA. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengurangan feeding rate pakan sebesar 25% dalam sistem bioflok mengoptimalkan pertumbuhan udang dan pemanfaatan pakan. Penelitian di masa depan harus mengeksplorasi keberlanjutan jangka panjang, variasi komposisi bioflok, dan integrasi teknologi untuk meningkatkan praktik budidaya udang yang efisien dan ramah lingkungan.
GROWTH PERFORMANCES AND INTESTINAL BACTERIAL POPULATIONS OF PACIFIC WHITE SHRIMP (Penaeus vannamei) FED WITH DIFFERENT DIETARY PREBIOTICS-SUPPLEMENTED FEED Utami, Diah Ayu Satyari; Wahyu, Wahyu; Insani, Liga; Yudana, I Gusti Putu Gede Rumayasa; Harijono, Teguh
Jurnal Riset Akuakultur Vol 19, No 1 (2024): (Maret 2024)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.19.1.2024.1-13

Abstract

Prebiotic applications in aquaculture are mainly given in the form of single or mixed prebiotics. A number of studies compared the effects of different doses or frequencies of a single prebiotic application. However, studies comparing different prebiotics in order to find the most effective ones for certain farmed species are limited. This study aimed to evaluate the effects of different dietary prebiotics on the growth performances and intestinal bacterial populations of Pacific white shrimp (Penaeus vannamei). Four treatments with triplicates were arranged in a completely randomized design (CRD). The treatments consisted of feed supplemented with different dietary prebiotics for Pacific white shrimp, including control (without dietary prebiotic), 0.5% honey (v/w), 0.5% mannan-oligosaccharide (MOS) (w/w), and 0.5% inulin (w/w). Pacific white shrimp (1.59 ± 0.12 g) were randomly stocked in 12 glass tanks (60 x 30 x 40 cm3) with a stocking density of 15 shrimp per tank. The shrimp were fed the experimental feed to apparent satiation four times daily for 30 days. Growth parameters observed consisted of final weight, specific growth rate (SGR), feed conversion ratio (FCR), survival of Pacific white shrimp, total bacterial count, total Vibrio count, and dominance of Vibrio in the intestine of experimental shrimp. Dietary prebiotics improve the growth performances of Pacific white shrimp. The highest growth performances were found in the shrimp treated with dietary honey. The improvement in growth performance may be due to the ability of honey to boost the proliferation of beneficial bacteria in the intestines of Pacific white shrimp.Pemanfaatan prebiotik dibagi menjadi dua kelompok yang terdiri atas prebiotik tunggal dan prebiotik campuran. Banyak penelitian sebelumnya yang berfokus pada perbandingan dosis atau frekuensi satu jenis prebiotik tetapi tidak membandingkan jenis prebiotik yang berbeda untuk menemukan prebiotik yang paling efektif untuk spesies tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian pakan prebiotik yang berbeda terhadap kinerja pertumbuhan dan populasi bakteri usus udang vaname (Penaeus vannamei). Penelitian ini dilakukan melalui rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini terdiri atas pemberian pakan prebiotik yang berbeda pada udang vaname meliputi kontrol (tanpa prebiotik), madu 0,5% (v/b), mannan-oligosakarida (MOS) 0,5% (b/b), dan inulin 0,5% (b/b). Udang vaname (1,59 ± 0,12 g) ditebar secara acak dalam 12 akuarium kaca (60 x 30 x 40 cm3) dengan padat tebar 15 udang per akuarium. Udang diberi pakan percobaan sampai kenyang empat kali sehari selama 30 hari. Parameter yang diamati terdiri atas bobot akhir, laju pertumbuhan spesifik (LPS), rasio konversi pakan (RKP), kelangsungan hidup udang vaname, jumlah bakteri total, jumlah Vibrio total, dan dominasi Vibrio dalam usus udang percobaan. Pemberian pakan prebiotik meningkatkan kinerja pertumbuhan udang vaname. Kinerja pertumbuhan tertinggi ditemukan pada udang yang diberi madu. Peningkatan kinerja pertumbuhan ini mungkin disebabkan oleh kemampuan madu dalam meningkatkan perkembangbiakan bakteri menguntungkan di usus udang vaname.