Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : GEA, Jurnal Pendidikan Geografi

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA Murtianto, Hendro
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 10, No 1 (2010)
Publisher : Indonesia University of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v10i1.1667

Abstract

Aktivitas zona patahan Sumatera bagian tengah patut mendapatkan perhatian, karena zona tersebut merupakan zona yang rawan terhadap aktivitas pergeseran sesar yang dapat berdampak pada timbulnya kerusakan yang signifikan pada lokasi strategis manusia. Tujuan dari tulisan ini adalah : 1) mengetahui persebaran daerah rawan bencana gempa bumi di Sumatera Barat dan sekitarnya akibat pergerakan patahan Sumatera bagian Tengah; 2) mengidentifikasi daerah potensial kerusakan bencana gempa bumi di Sumatera Barat dan sekitarnya akibat patahan Sumatera bagian Tengah. Metode yang digunakan adalah analisis Sistem Informasi Geografis, dengan data sekunder berupa citra landsat, peta patahan linier, sejarah kegempaan dan kepadatan penduduk di wilayah kajian. Hasil yang didapatkan adalah : 1) persebaran daerah rawan gempa akibat patahan Sumatera bagian tengah adalah berada di sekitar patahan, dan besar kecilnya kerusakan yang terjadi tergantung pada panjang, lebar, kedalaman hiposentrum gempa bumi, jenis batuan yang terkena gempa, besarnya pergeseran batuan (displacement), lama dari getaran gempa; 2) Daerah dengan potensial kerusakan BESAR akibat gempa bumi patahan Sumatera bagian tengah adalah pada : Solok, Padang Panjang, Bukit Tinggi,; Sedangkan Potensial kerusakan SEDANG akibat gempa bumi patahan Sumatera bagian tengah adalah pada : Muara Sijunjung, Sawah Lunto, Paya Kumbuh; dan Potensial kerusakan KECIL akibat gempa bumi patahan Sumatera bagian tengah adalah pada: Kota/Kabupaten di sebelah timur Muara Sijunjung, Sawah Lunto, Paya Kumbuh. Untuk kota di pesisir barat Sumatera, seperti Padang mempunyai tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa bumi tektonik dari proses konvergen Lempeng Samudra Hindia dan Lempeng benua Eurasia dan gelombang tsunami yang dapat ditimbulkannya. Kata Kunci : Gempa Bumi, Patahan Sumatera.
PENATAAN RUANG BERDASARKAN FUNGSI KAWASAN DI LERENG GUNUNGAPI SINDORO Murtianto, Hendro
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 9, No 1 (2009)
Publisher : Indonesia University of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v9i1.1679

Abstract

Lereng Gunungapi Sindoro mempunyai lahan kehutanan yang seharusnya berdasarkan fungsinya digunakan sebagai kawasan perlindungan dan konservasi sumberdaya alam, mengalami alih fungsi lahan menjadi lahan pertanian sehingga menimbulkan suatu aspek negatif berupa penggundulan hutan yang kemudian dijadikan lahan pertanian, tanpa memikirkan potensi dampak yang timbul dikemudian hari. Lahan kehutanan yang berada di lereng Gunungapi Sindoro mengalami perubahan fungsi dari kawasan hutan menjadi kawasan budidaya pertanian yang kurang memperhatikan lingkungan alaminya, hal ini terlihat dari pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik dan daya dukung wilayahnya. Untuk menanggulangi dampak negatif yang mungkin terjadi akibat kegiatan tersebut, maka perlu adanya suatu perumusan penataan ruang berdasarkan fungsi kawasan yang harus ditaati oleh berbagai pihak guna mendukung kelestarian lingkungan dan pemanfaatan ruang yang berkelanjutan. Penentuan fungsi kawasan untuk pemanfaatan tertentu dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan karakteristik fisik dan sosial kemasyarakatan. Penataan ruang perlu dilakukan oleh berbagai pihak baik pemerintah ataupun masyarakat, guna saling mendukung program kelestarian lingkungan dan keruangan suatu wilayah. Pemanfaatan ruang yang sesuai dengan kemampuan wilayahnya diharapkan dapat memberikan dukungan bagi terpeliharanya lingkungan secara lestari dan mendukung bagi kehidupan manusia secara berkelanjutan. Kata Kunci : Penataan Ruang, Fungsi Kawasan
TINGKAT KERUSAKAN DAN ARAHAN KONSERVASI LAHAN DI DAS CIKARO, KABUPATEN BANDUNG Pasya, Gurniwan Kamil; Jupri, Jupri; Murtianto, Hendro
Jurnal Gea Vol 9, No 2 (2009)
Publisher : Rizki Offset

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mendeskripsikan karakteristik lahan di Sub Daerah Aliran Ci Karo, (2) Menghitung besar erosi dan sebarannya pada tiap satuan lahan DAS Ci Karo, (3) Menghitung besar erosi yang diperbolehkan pada lahan di DAS Ci Karo,(4) Menganalisis Kekritisan Lahan di DAS Ci Karo, (5) Menentukan Kelas Kemampuan Lahan di DAS Ci Karo, dan (6) Menentukan arahan konservasi lahan secara mekanis dan vegetatif. Metode penelitian adalah deskriptif eksploratif dengan teknik pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi, kuesioner dan uji laboratorium. Teknik analisis data menggunakan metode Persamaan Umum Kehilangan Tanah (PUKT). Hasil penelitian adalah (1) Besar erosi tanah permukaan pada lahan pertanian di Sub DAS Ci Karo, Kabupaten Bandung terbesar adalah pada satuan lahan AhIVTg yaitu sebesar 16.577,95 ton/ha/th dan besar erosi yang terendah terdapat pada satuan lahan AhISi, yaitu sebesar 0,01 ton/ha/th, (2) Besar erosi diperbolehkan berbeda-beda antar satuan lahan, erosi masih dapat diperbolehkan terbesar adalah pada satuan lahan AhITg yaitu 25,28 ton/ha dan terkecil pada satuan lahan ThIIIKb yaitu sebesar 5,68 ton/ha, (3) Lahan potensial kritis pada lahan pertanian memiliki kesuburan yang sedang hingga tinggi, kedalaman efektif tanah yang cukup. Lahan semi kritis terjadi karena faktor erosi, berkurangnya penutupan vegetasi, dan kemiringan lerengnya, (4) Kelas Kemampuan lahan terbagi menjadi : kelas III peruntukan pertanian sedang, kelas IV peruntukan pertanian terbatas, kelas VI peruntukan peternakan sedang dan hutan, kelas VII peruntukan peternakan terbatas dan hutan, dan kelas VIII peruntukan cagar alam atau hutan lindung, (5) Arahan konservasi lahan alternatif secara mekanis dan vegetatif dapat dilakukan dengan cara menyesuaikan bentuk tata guna lahan dengan fungsi kawasan dan kemampuan lahannya. Sehingga fungsi kawasan terbagi menjadi kawasan lindung, penyangga dan budidaya tanaman tahunan. Aplikasi arahan konservasi berdasarkan pada jenis tindakan konservasi yang harus dilakukan sesuai dengan karakteristik lahan dan kemampuan lahan, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat sekitar sangat diperlukan guna mendukung suksesnya program konservasi lahan tersebut. Kata Kunci: erosi, kemampuan lahan, fungsi kawasan, konservasi.
STUDI KUALITAS AIRTANAH UNTUK PENGEMBANGAN WISATA DI KAWASAN PARANGTRITIS, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Murtianto, Hendro
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 10, No 2 (2010)
Publisher : Indonesia University of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v10i2.1075

Abstract

Kualitas airtanah dapat dipengaruhi oleh faktor litologi, iklim, waktu, dan aktivitas makhluk hidup, termasuk manusia seperti pembuangan limbah industri, limbah rumah tangga, limbah pertanian, dan penggunaan pestisida. Untuk mengetahui kualitas airtanah dapat ditentukan dengan cara analisis fisik dan kimia airtanah. Permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini adalah : (1) sebaran kualitas airtanah bebas pada setiap satuan geomorfologi di daerah Parangtritis; (2) ketersediaan airtanah untuk keperluan pariwisata di daerah Parangtritis. Jumlah sampel yang digunakan adalah 12 titik pengambilan sampel kualitas air dengan metode purposive random sampling yang mewakili masing-masing satuan geomorfologi di kawasan Parangtritis. Analisis yang digunakan adalah analisis tipe hidrokimia airtanah, dan analisis deskriptif. Penentuan kualitas airtanah berdasarkan baku mutu yang ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 214/KPTS/1991 tentang Baku Mutu Lingkungan Daerah untuk Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil yang diperoleh berupa deskripsi airtanah di daerah penelitian sebagian besar masih memenuhi standar mutu air minum dan sebagian besar airtanah di daerah penelitian memiliki tipe air bikarbonat karena pengaruh dari perbukitan struktural denudasional Formasi Wonosari yang memiliki material batu gamping. Pengaruh air laut terhadap airtanah di daerah penelitian belum ada. Adanya hanya pengaruh air connate di kawasan Parangwedang. Belum terjadi upconing di daerah penelitian, hal ini disebabkan karena jumlah pengambilan airtanah belum melebihi debit maksimum pemompaan yang diperbolehkan untuk diambil. Airtanah yang ada di kawasan wisata Parangtritis memenuhi syarat kualitas air, sehingga dapat dikembangkan untuk keperluan pemenuhan kebutuhan air bersih di kawasan Parangtritis dengan proporsi pengambilan airtanah tidak melebihi debit dan suplai airtanah di kawasan tersebut untuk beberapa aktivitas wisata di zona inti maupun zona kawasan wisata.
PERSEPSI GURU TERHADAP PENGUASAAN ADVANCE MATERIALS UNTUK PEMBELAJARAN GEOGRAFI Nandi, Nandi; Murtianto, Hendro; Pamungkas, Totok Doyo; Putri, Indri Megantara; Wijaya, Muhamad Akbar
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 20, No 2 (2020)
Publisher : Indonesia University of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v20i2.29762

Abstract

The ability to manage learning is a competency that must be possessed by a teacher, including geography teachers. Not only pedagogically, a geography teacher is expected to be able to convey geography learning contextually. To improve the capability of geography teachers during learning, it is necessary to increase the ability to master the materials by deepening advanced materials. This study was conducted to determine perceptions of mastery of advance materials for geography learning conducted to 142 geography teachers as respondents. This study is important given the lack of literature on the perception of geography teachers in mastering advanced materials. Based on the research results, the teacher conceptually understands what is meant by advance materials. This understanding can be seen at least from the teacher's ability to differentiate between advance materials and essential materials as well as teacher competence in sorting materials based on the depth of the materials.