Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Al-Iqtishad : Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah (Journal of Islamic Economics)

Gold Currency Model in Aceh Bedjo Santoso Kadri
Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah Vol 12, No 2 (2020)
Publisher : Faculty of Shariah and Law, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2147.214 KB) | DOI: 10.15408/aiq.v12i2.17803

Abstract

Abstract. Complementary currency has been a trending issue. This is because the complementary currency can reduce people’s dependency on the government in serving the currency as a medium of exchange. However, many studies neglected the role of idle gold. Aceh is one province of Indonesia that reserves the right of special autonomy to implement Sharia. Aceh, being renowned for its fertility in the cultivation of some agricultural products such as coffee, tobacco, and palm oil, has become a strategic trade center. Aceh is also equally rich in gold mines, with the approximate result of five tons a year. This research attempts to design a model of complementary currency based on physical gold in Aceh. This study uses unstructured interviews with scholars, leaders, business people, and the government. The result reveals that stakeholders agree with the gold complementary currency, support and willing to recommend it. Besides, this model is believed to be beneficial. However, the most challenging factor is the support from the government which is essential to develop this gold currency model.Keywords: Complementary Currency, Aceh Economy, Gold-Based Money, Islamic Currency. Abstrak. Mata uang komplementer (complementary currency) menjadi isu yang masih terus menjadi pembahasan. Hal ini karena mata uang komplementer dapat mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah dalam melayani kebutuhan mata uang sebagai media pertukaran. Mata uang komplementer, termasuk yang berbasis emas, dapat meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap krisis moneter. Namun demikian, kajian tentang hal ini masih jarang, terutama tentang peranan emas yang menganggur (idle gold). Aceh merupakan satu provinsi di Indonesia yang memiliki hak otonomi khusus untuk menerapkan syariat Islam. Penelitian ini mencoba merekomendasikan model mata uang komplementer berdasarkan emas, untuk diimplementasikan di Aceh. Penelitian dilakukan dengan wawancara tidak terstruktur dengan stakeholders dari ulama, pemimpin masyarakat, pelaku bisnis, dan pemerintah. Hasilnya menunjukkan bahwa stakeholders setuju, mendukung, dan merekomendasikan penggunaan mata uang komplementer di Aceh. Selain itu, model ini dipercaya dapat bermanfaat bagi perekonomian, kehidupan sosial, dan penerapan nilai Islam serta persaidaraan. Namun demikian, tantangan yang paling utama adalah dukungan pemerintah dan keterlibatannya dalam pengembangan dan implementasi model ini.Kata kunci: Complementary Currency, Aceh Economy, Gold-Based Money, Islamic Currency
Gold Currency Model in Aceh Kadri, Bedjo Santoso
Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah Vol. 12 No. 2 (2020)
Publisher : UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/aiq.v12i2.17803

Abstract

Complementary currency has been a trending issue. This is because the complementary currency can reduce people’s dependency on the government in serving the currency as a medium of exchange. However, many studies neglected the role of idle gold. Aceh is one province of Indonesia that reserves the right of special autonomy to implement Sharia. Aceh, being renowned for its fertility in the cultivation of some agricultural products such as coffee, tobacco, and palm oil, has become a strategic trade center. Aceh is also equally rich in gold mines, with the approximate result of five tons a year. This research attempts to design a model of complementary currency based on physical gold in Aceh. This study uses unstructured interviews with scholars, leaders, business people, and the government. The result reveals that stakeholders agree with the gold complementary currency, support and willing to recommend it. Besides, this model is believed to be beneficial. However, the most challenging factor is the support from the government which is essential to develop this gold currency model.AbstrakMata uang komplementer (complementary currency) menjadi isu yang masih terus menjadi pembahasan. Hal ini karena mata uang komplementer dapat mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah dalam melayani kebutuhan mata uang sebagai media pertukaran. Mata uang komplementer, termasuk yang berbasis emas, dapat meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap krisis moneter. Namun demikian, kajian tentang hal ini masih jarang, terutama tentang peranan emas yang menganggur (idle gold). Aceh merupakan satu provinsi di Indonesia yang memiliki hak otonomi khusus untuk menerapkan syariat Islam. Penelitian ini mencoba merekomendasikan model mata uang komplementer berdasarkan emas, untuk diimplementasikan di Aceh. Penelitian dilakukan dengan wawancara tidak terstruktur dengan stakeholders dari ulama, pemimpin masyarakat, pelaku bisnis, dan pemerintah. Hasilnya menunjukkan bahwa stakeholders setuju, mendukung, dan merekomendasikan penggunaan mata uang komplementer di Aceh. Selain itu, model ini dipercaya dapat bermanfaat bagi perekonomian, kehidupan sosial, dan penerapan nilai Islam serta persaidaraan. Namun demikian, tantangan yang paling utama adalah dukungan pemerintah dan keterlibatannya dalam pengembangan dan implementasi model ini. 
Co-Authors -, ulliana Abdulsoma Thoarlim Abdurrohim Abdurrohim Agung Bakhtiar, Dika Agustiarini, Anastasya Akbar Wiga Prasetya Amilakhaq, Farikha Aprillia, Zita Ari Suwondo Aris Santjaka Arwani Arwani Asyraf Hj Ab Rahman Bambang Satoto, Bambang Bambang Sutomo, Bambang Budhi Cahyono Darmini Darmini De Sena, Francisca Fatima dedy dedy, dedy Dewi, Filanti Kusuma Dheanda, Tavazuli Clara Diyah Fatmasari Djamil, Masrifan Dyah Harniati, Etny Emilda Sari Endah Aryati Eko Ningtyas Erma Sri Hastuti Fahmi, Moh Hisyam Gadafi Puteri, Aisyiah Gatot Murti Wibowo, Gatot Murti Grisella, Angeli Hanif, Fastabiqul Haron, Razali Bin Hastuti, Erma Sri Hendar Hendar, Hendar Heny Yuniarti Ibnu Khajar Ibnu Khajar IDA RAHMAWATI Janitra, Fitria Endah Khoirul Fuad, Khoirul Krisdiana Wijayanti Lestari, Shelvi Ovi M. Choiroel Anwar Marludia, Melani Agis Marsum Marsum Marsum Maulidiah, Tikha Fatikha Meera, Ahamed Kameel Mydin Melyana Nurul Widyawati Mohamad Zaharuddin Zakaria Mohammed Muneer’deen O.A. Muhammad Furqan, Muhammad Muliadi Noviyanti, Aldila Nunung Ghoniyah Nurbaiti, Asma' Nurizza, Efa Nurrahma, Herlin Ajeng Pijiati, Arifah Purnama, Tedi Rahman, Waljuni Astu Rasipin Rasipin Rizkie Woro Hastuti rizqi, Muhammad Rizqi Fauzi Islami Rohisotul Laily Romadhoni, Efriza Nur Safitri, Rahmah Diani Sakbana, Boby Irsan Siti Rahayu Sri Hartono Sri Sumarni Sri Wahyuni Sudirman Sudirman Sufiah EL Amin, Adeleandra Suharyo Hadisaputro Sulur Joyo Sukendro Supriyadi Supriyadi Supriyana Supriyana, Supriyana Suryati Kumorowulan Suwondo, Ari Suwondo Tri Wiyatini, Tri Udin, Karsum Utomo, Suprih Wahyu Jati Dyah Utami, Wahyu Jati Dyah Wiga Prasetya, Akbar Wulandari, Dinar Jantik Yulistina Yulistina Yuniarni, Riyana Risha Zaenudin Zaenudin