Etnografi menderita suatu krisis representasi internal. Krisis itu bermakna bahwa setiap pengetahuan yang diproduksi oleh etnografi merupakan sekedar pandangan relatif milik individu peneliti yang berada di balik catatan lapang dan analisa. Walhasil, tidak ada suatu ˜kebenaran objektif™ mengingat produk etnografi terikat oleh jarak pandang, konteks dan konstruksi-kognitif sang peneliti. Kritik tersebut mendiskreditkan etnografi sebagai suatu metode ilmiah yang gagal mencapai tujuan asasinya. Inilah yang menyebabkan banyak ilmuwan sosial menghindari atau bahkan menolak penggunaan etnografi ke dalam proses investigasi keilmuan mereka. Studi ini merespon kritik tersebut dengan menganalisa reflektivitas dalam penelitian etnografi. Dua jenis reflektivitas, yakni reflektivitas teori dan reflektivitas relasi peneliti-partisipan menjadi focus utama. Pada yang pertama ia membentuk pertanyaan penelitian hingga kesimpulan melalui asumsi-asumsi rasional. Adapun yang kedua memberi dampak pada penelitian melalui perbedaan subjektivitas yang dihasilkan peneliti atas kedekatan atau jarak diri dengan partisipan dan konteks penelitian. Reflektivitas menjadi penting agar peneliti etnografi dapat secara seksama mempertimbangkan aspek-aspek itu dan kemudian melakukan tindakan sadar-aktif dalam mengompensasi potensi bias atau pembatasan dalam proses penelitiannya.