Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search
Journal : Balale' : Jurnal Antropologi

Rumah Lanting di Sungai Sambas Desa Sumber Harapan Kecamatan Sambas Kalimantan Barat (Etnografi Budaya Sungai) Fitri Ardianti; Donatianus BSE Praptantya; Hasanah Hasanah
Balale' : Jurnal Antropologi Vol 2, No 1 (2021): Mei 2021
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1293.101 KB) | DOI: 10.26418/balale.v2i1.46311

Abstract

This study aimed to find about the history of the Lanting house and more deeply understand the characteristics of the Lanting houses, floating on the river in Sumber Harapan Village. This study used a qualitative approach with the ethnography research method. Triangulation method was used to test the validity of the data. According to Malinowski’s functional theory, all cultural activities actually intend to satisfy a series of instincts of human beings that are related to their entire lives. Thus, the techniques of data collection were observation, interviews, and documentation.The results of this study indicate that the Lanting House not only functions as a place to live, but also develops as a place of business. There are two functions of the Lanting House in Sumber Harapan Village such as the function of a residence that provides protection from disturbances, arise from the environment around them. The second was not only used as shelter, but also as a place of business as a fulfillment of their lives because of the changing life patterns. In addition, each Lanting house has similar form one from another, which has a simple room pattern.
Plurilingualisme dalam Bahasa Suku Kayaan Medalaam Desa Datah Diaan Kecamatan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu Hadrianus Lung; Donatianus BSE Praptantya; Dahniar Th. Musa
Balale' : Jurnal Antropologi Vol 3, No 1 (2022): Mei 2022
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1562.27 KB) | DOI: 10.26418/balale.v3i1.50566

Abstract

This study aimed to describe and analyze the languages of Kayaan Mendalaam Tribe. Umaa’ Aging, Umaa’ Suling, and Umaa’ Pagung are the three groups of language speakers. Plurilingualism is their experience speaking in more than one languages and using it according to their needs without actually mastering all the languages. This research used the ethnography method to provide the description of the research findings and the ethnography concept to analyze the languages. This study used qualitative descriptive approach. The tools of data collection were observation guidelines, interview guidelines, and documentation. The techniques of data collection were interviews, observation, and documentation. The study results found that the three groups of languages speakers have the same culture; however they are different in using the languages, especially in daily life, traditional ceremonies, and religious rituals. The languages differentiation is still lacking dan authors hopes that further research will complete this section.
Ritual Ik Cek Yen Kou Etnis Cina Di Kalimantan Barat Putri Rizki; Hasanah Hasanah; Donatianus BSE Praptantya
Balale' : Jurnal Antropologi Vol 1, No 2 (2020): November 2020
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (596.488 KB) | DOI: 10.26418/balale.v1i2.43401

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam tentang ritual Ik Cek Yen Kou menurut masyarakat Cina di Provinsi Kalimantan Barat, makna ritual buang sial dalam ritual Ik Cek Yen Kou dan kepercayaan masyarakat Cina terhadap suatu ritual. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis metode penelitian etnografi, pengujian keabsahan data menggunakan teknik analisis data kualitatif. Teori tradisi digunakan sebagai pisau analisis untuk menginterpretasikan praktik-praktik manusia yang bermakna. Sehingga teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Data diperoleh dari sumber berupa orang, tempat dan arsip atau dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilihan upaya membuang sial dari dalam tubuh seseorang, menurut masyarakat etnis Cina juga ditentukan atas persepsi yang diyakini oleh suatu kelompok masyarakat itu sendiri. Ritual Ik Cek Yen Kou masih dilakukan hingga saat ini karena kepercayaan masyarakat etnis Cina yang begitu besar terhadap adanya kesialan saat shio yang tidak cocok dengan tahun lahirnya kemudian kepercayaan yang mengatakan jika ada keluarga yang meninggal akan merundung kerabat yang masih hidup untuk menemaninya kembali ke alam selanjutnya. Kejadian seperti ini merupakan hal yang sangat tidak diinginkan oleh masyarakat etnis Cina, oleh karena itu mereka selalu mengadakan ritual Ik Cek Yen Kou agar senantiasa beruntung didalam kesehariannya. Masyarakat etnis Cina berusaha menghilangkan kesialan dari dalam tubuhnya dengan melakukan ritual Ik Cek yen Kou dengan bantuan seorang Acarya. Acarya membacakan seluruh mantra yang dibutuhkan untuk mendatangkan energi dari mantra itu sendiri yang kemudian akan secara perlahan menghilangkan kesialan dari dalam tubuh umat yang mengikuti ritual.
Adaptasi Budaya Pada Mahasiswi Di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Universitas Tanjungpura Pontianak susiana susiana; Donatianus BSEP; Indah Listyaningrum
Balale' : Jurnal Antropologi Vol 3, No 2 (2022): November 2022
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (759.155 KB) | DOI: 10.26418/balale.v3i2.53460

Abstract

Salah satu usaha manusia untuk tetap bertahan hidup dalam suatu lingkungan adalah dengan melakukan adaptasi terlebih ketika lingkungan tersebut dihuni oleh orang-orang yang memiliki latar belakang budaya berbeda, dalam Penelitian ini menggunakan teori Cross Cultural Addaptation yang ditawarkan oleh Guddy Kunts dan Kim sehingga menunjukan Proses Adaptasi budaya Pada Mahasiswi Rumah Susun Sederhana Sewa Puteri Universitas Tanjungpura berlandaskan dua faktor adaptasi yaitu Personal Communication dan Predisposition hasil wawancara dengan para Informan menunjukan faktor dominan yaitu Predisposition karena keadaan dan pengalaman sebelumnya (kebiasaan budaya yang dimiliki semula) memengaruhi proses adaptasi yang sekarang. Sedangkan dalam proses adaptasi Mahasiswi Rusunawa mengalami atau melewati dua tantangan yaitu akulturasi dan asimilasi.  Akibat dari proses tersebut Mahasiswi Rusunawa berada dalam kondisi increased functional fitness yaitu pola tindakan yang menjadi kebiasaan karena dilakukan secara berulang dan membentuk kebiasaan baru. kondisi kedua yaitu intercultural identity bisa dikatakan sampai pada kondisi ini harus mengalami proses yang panjang dan sulit karena harus meminimalisir penggunaan kebiasaan budaya sebelumnya agar selaras dengan kebutuhan lingkungan setempat.
TRADISI TOLAK BALA MASYARAKAT SUKU DAYAK KENINJAL DI MASA PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS : DESA BATU NANTA, KECAMATAN BELIMBING, KABUPATEN MELAWI) meryn christine karina; Donatianus BSE Praptantya; Ignasia Debbye Batuallo
Balale' : Jurnal Antropologi Vol 3, No 2 (2022): November 2022
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (525.416 KB) | DOI: 10.26418/balale.v3i2.54981

Abstract

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mengenalkan kepada masyarakat mengenai Tradisi Tolak Bala yang dilaksanakan selama pandemi covid-19 di Desa Batu Nanta Kabupaten Melawi. Latar belakang penelitian ini didasari oleh adanya sebagian masyarakat Suku Dayak Keninjal tepatnya generasi muda yang sudah muai acuh akan tradisi ini dan kurang memahami makna dan fungsi dari Tradisi Tolak Bala, diera modern masyarakat lebih banyak mementingkan kepentingan pribadi. Penulis juga membahas proses pelaksanaan dari Tradisi Tolak Bala yang ada di Desa Batu Nanta, serta membahas makna dan simbol-simbol yang terkandung dalam Tolak Bala.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang meliputi pengumpulan data dan menganalisis data. Pengumpulan data yang pertama adalah dengan mencarii dari beberbagai sumber dengan mewawancarai pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini. Selanjutnya adalah menganalisis hasil data yang didapat dari informan yang telah diwawancarai mengenai Tradisi Tolak Bala. Hasil pebelitian ini mendeskripsikan sejarah dari Tolak Bala, fungsi dan makna dari proses Tolak Bala, serta faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat (generasi muda) mulai meninggalkan Tradisi Tolak Bala. Dari hasil penelitian ini, penulis mendapatkan kesimpulan dari beberapa informan terkit alasan masyarakat mulai meninggalkan Tradisi ini adalah : (1) kurangnya rasa antusias masyarakat terutama generasi muda akan hal-hal kebudayaan yang menurut mereka masih bersifat tradisional. (2) Banyak masyarakat yang kurang paham maksud serta makna dari Tradisi Tolak Bala sehingga mereka tidak ingin mempelajari lebih dalam karena memang kurang pengetahuan diawal. (3) Masyarakat lebih mementingkan kepentingan pribadi, mereka mengaku bahwa kesibukan membuat mereka tidak mempunyai banyak waktu untuk mengikuti Tradisi Tolak Bala.
Pecoten Tradisi Hajatan Pernikahan dengan Media Undangan Rokok Suku Madura Desa Pasak Piang, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya Masud Masud; Hasanah Hasanah; Donatianus BSE Praptantya
Balale' : Jurnal Antropologi Vol 2, No 1 (2021): Mei 2021
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (962.907 KB) | DOI: 10.26418/balale.v2i1.46245

Abstract

This research purpose was to explain madurese people understanding on the pecoten invitation. Pecoten tradition was a form of tradition that is still practiced by Madurese, in Pasak Piang Village.  This tradition is still believed to carry a message of symbolic to the recipient. Pecoten tradition contains the meaning of a call that it is obligatory for people who accept pecoten invitation to come and can contribute to fill many envelopes.This research used theory by Roland Barthes. Berthas theory used the terms of the process of denotation and connotation in the special meaning contained in a sign or picture. Connotation is associated with culture that is implied in the meaning contained therein. The researcher used the ethnographic method within qualitative approach. Data collection instruments used observation, interview and documentation. Research results indicated that pecoten tradition has its own meaning. In pecoten tradition, the expression of pecoten tradition was to convey information that they have been invited to attend, so people who have received an invitation are required to attend a wedding celebration.
Balala’ Tahutn : Tradisi Meminta Perlindungan Kepada Roh Leluhur Dayak Kanayatn Anggrianti, Atika Mia; Praptantya, Donatianus BSE; Batuallo, Ignasia Debbye
Balale' : Jurnal Antropologi Vol 4, No 1 (2023): Mei 2023
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/balale.v4i1.57981

Abstract

The Balala' Tahutn tradition, is a prohibition ritual with an intention to ask for protection from the Jubata or ancestral spirits through rituals that are always conducted once a year. This study aimed to describe the process of the execution to the meaning of the symbols of the materials used in the ritual of the Balala' Tahutn tradition. This study used the qualitative research method using the ethnography approach. The results of this study showed that the Balala' Tahutn tradition is a tradition that is conducted so that the people in the Keranji Birah subdistrict are protected from calamity or danger. So, the purpose of this tradition is to ask for protection from the Jubata or the spirits of their ancestors. In the process of the Balala' Tahutn tradition, there were stages in its execution such as the preparation stage, the ritual stage, and the bajaga stage (watch). These stages were a series of the execution of the Balala' Tahutn tradition. When conducting the ritual, there were materials used to ask for or make offerings to summon ancestral spirits, the materials used each had a symbolic meaning, so what was used should not be arbitrary.
Tari Tradisional Caci Perantau Manggarai di Pontianak Jaya, Rosalia; Praptantya, Donatianus BSE; Hasanah, Hasanah
Balale' : Jurnal Antropologi Vol 5, No 2 (2024): November 2024
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/balale.v5i2.80853

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan asal usul Tarian Caci, bentuk asli tarian tradisional Caci, sejarah adanya Tarian Caci di Pontianak, dan perubahan tarian tradisional Caci pada Komunitas Perantau Manggarai di Pontianak. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Teori yang digunakan adalah teori dari Franz Boas tentang perubahan budaya. Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah tarian tradisional Caci pada Komunitas Perantau Manggarai di Pontianak mengalami perubahan, baik dalam hal fungsinya, prosesi ritual dan pemaknaannya. Perubahan yang terjadi ini disebabkan karena kondisi geografis, sehingga fungsi tarian ini sebagai upacara adat dari ritual tolak bala. Akan tetapi jika dilihat dari bentuk gerakan atau personilnya masih sama seperti di Manggarai. Tarian ini juga sebagai sarana untuk menunjukkan jati diri orang Manggarai di samping fungsinya sebagai sarana upacara tolak bala, dan sebagai sarana hiburan. Makna Tarian Caci bukan hanya sebagai acara hiburan semata, tetapi melalui Tarian Caci ini sebagai bentuk rasa syukur Komunitas Manggarai di Pontianak atas keberhasilan yang mereka dapat di tanah rantau. Selain itu, dengan adanya pementasan Caci di Pontianak dapat menyatukan seluruh orang Manggarai di Kalimantan Barat.
Gastronomi Kue Bingke sebagai Makanan Khas Kota Pontianak Hikmat, Ismunandy Miftahul; Praptantya, Donatianus BSE; Rahmaniah, Syarifah Ema
Balale' : Jurnal Antropologi Vol 5, No 2 (2024): November 2024
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/balale.v5i2.80331

Abstract

Gastronomi Kue Bingke sebagai makanan khas Kota Pontianak merupakan fenomena budaya yang menarik untuk diteliti. Kue Bingke adalah salah satu kue tradisional yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang sejarah, proses pembuatan, variasi rasa, dan peran Kue Bingke dalam konteks gastronomi lokal. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dengan para penjual dan pengrajin Kue Bingke, serta observasi langsung di tempat-tempat pembuatan dan penjualan kue tersebut. Data juga dikumpulkan melalui studi literatur untuk memahami konteks sejarah dan budaya Kue Bingke di Pontianak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kue Bingke memiliki sejarah panjang dan merupakan warisan budaya yang turun-temurun di Kota Pontianak. Proses pembuatannya yang sederhana namun membutuhkan keterampilan khusus telah menjadi bagian dari identitas kuliner lokal. Berbagai variasi rasa Kue Bingke, mulai dari tradisional hingga modern, juga memperkaya pengalaman gastronomi masyarakat Pontianak. Kue Bingke tidak hanya menjadi camilan atau hidangan pendamping, tetapi juga memiliki nilai simbolis dan sosial yang kuat dalam budaya masyarakat Pontianak. Kehadirannya dalam berbagai acara tradisional dan perayaan merupakan bukti akan peran pentingnya dalam memperkuat ikatan sosial dan identitas komunitas. Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang gastronomi Kue Bingke sebagai makanan khas Kota Pontianak serta kontribusinya dalam memperkaya warisan budaya dan menjaga keberlanjutan tradisi kuliner lokal.