Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Kandang : Jurnal Peternakan

LEVEL TEPUNG DAUN SUNGKAI SEBAGAI (FEED ADDITIVE) (Peronema canescens Jack) DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT HATI DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM BROILER Sari, Iwin Kusta; Herlina, Betty; Karyono, Teguh
Kandang : Jurnal Peternakan Vol. 17 No. 2 (2025): Edisi Juli - Desember Tahun 2025
Publisher : Prodi Ilmu Peternakan Universitas Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32534/jkd.v17i2.7695

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penambahan tepung daun sungkai (Peronema canescens Jack) sebagai feed additive dalam ransum terhadap bobot hati dan lemak abdominal ayam broiler. Penelitian dilaksanakan di Jalan Amula Rahayu RT.07, Kelurahan Marga Rahayu, Kecamatan Lubuklinggau Selatan II.Pemeliharaan ayam broiler penelitian dilakukan selama 35 hari dimulai dari bulan januari sampai bulan febuari 2025. dengan ketinggian tempat lokasi pemeliharaan berkisar 142 mdpl. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non factorial yang terdiri dari 6 perlakuan ransum dengan 4 ulangan dengan perlakuan sebagai berikut : P0: 0% (Daun sungkai) , P1: 0,25% (Tepung daun sungkai), P2 : 0,5% (Tepung daun sungkai), P3 : 0,75% (Tepung daun sungkai), P4 : 1% (Tepung daun sungkai), P5 :1,25% (tepung daun sungkai). jika perlakuan menunjukkan pengaruh nyata sampai dengan sangat nyata. Untuk mengetahui hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan uji lanjut anova Hasil penelitian level tepung daun sungkai (Peronema canescens Jeck) terhadap bobot hati dan lemak abdomen berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap parameter lemak abdomen, berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot pankreas. Serta peubah bobot potong, volume empedu dan bobot hati berpengaruh tidak nyata (P > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa pada perlakuan P3 0,75% level tepung daun sungkai memberikan hasil terbaik pada parameter lemak abdomen
LEVEL PEMBERIAN MOL BONGGOL PISANG TERHADAP KUALITAS FISIK SILASE JERAMI JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA trazilna, septizal; karyono, teguh; herlina, betty
Kandang : Jurnal Peternakan Vol. 17 No. 2 (2025): Edisi Juli - Desember Tahun 2025
Publisher : Prodi Ilmu Peternakan Universitas Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32534/jkd.v17i2.7838

Abstract

Pemanfaatan limbah pertanian seperti jerami jagung dan bonggol pisang sebagai pakan ternak ruminansia melalui proses fermentasi adalah cara kreatif untuk meningkatkan nilai gizi dan mengurangi dampak pada lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat pemberian Mikroorganisme Lokal (MOL) bonggol pisang berdampak pada kualitas fisik silase jerami jagung yang digunakan untuk pakan ternak ruminansia. Meskipun jagung merupakan limbah pertanian yang potensial, memiliki kandungan serat tinggi dan nilai gizi rendah. Karena itu, untuk meningkatkan kualitasnya, jagung harus diproses melalui fermentasi silase. Mol bonggol pisang digunakan karena mengandung mikroorganisme dekomposer seperti Bacillus sp., Aeromonas sp., dan Aspergillus niger, yang dapat membantu proses fermentasi dan memiliki karbohidrat tinggi yang memberi mikroba energi. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain acak lengkap non-faktorial (CRD) dengan enam perlakuan dan empat ulangan selama periode 21 hari, dari 4 hingga 25 Juni 2025. Untuk perlakuan, molase batang pisang (MOL) diaplikasikan dengan dosis 0 mililiter (kontrol), 15 mililiter, 25 mililiter, 35 mililiter, 45 mililiter, dan 55 mililiter per kilogram jagung. Parameter yang diamati meliputi pH, aroma, warna, tekstur, dan kandungan air silase. Hasil menunjukkan bahwa penambahan MOL pada batang pisang tidak secara signifikan mempengaruhi semua parameter uji (pH 3,83–4,23; kandungan air 42,75–46,50%), menunjukkan bahwa proses fermentasi berhasil. Meskipun tidak signifikan secara statistik, perlakuan J5 (55 ml MOL) mungkin telah meningkatkan rasa dan kandungan air. Oleh karena itu, MOL batang pisang dapat digunakan dalam produksi silase jerami jagung, tetapi dosis yang lebih tinggi mungkin diperlukan untuk mencapai efek yang signifikan.