Gangguan pendengaran akan berdampak pada gangguan komunikasi yang mengakibatkan kerugian di berbagai bidang diantaranya di bidang pendidikan, sosial dan ekonomi. Gangguan pendengaran ditemukan di seluruh negara di dunia ini dengan prevalensi yang bervariasi. Upaya penanggulangan gangguan pendengaran dan ketulian (PGPKT) beberapa tahun terakhir ini telah menjadi perhatian besar WHO melalui tema “Better hearing for all”, WHO mencanangkan program Sound hearing (SH) 2030 sasarannya adalah penurunan gangguan pendengaran dan ketulian sebesar 50% pada tahun 2015 dan 90% pada tahun 2030.Di Indonesia, prevalensi gangguan pendengaran dan ketulian masing-masing 16.8% dan 0.4% (Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran 1994-1996). Di Jawa Tengah dengan jumlah penduduk +33.522.663 jiwa diperkirakan +5.631.807 terdapat gangguan pendengaran dan +134.091 jiwa mengalami ketulian. Angka ini dipastikan akan meningkat apabila tidak segera di lakukan usaha-usaha yang nyata utamanya oleh pihak pihak yang terkait, selain itu beberapa factor luar dapat mempengaruhi antara lain industri, gaya hidup, pola makan, serta pencemaran lingkungan.Sehubungan dengan hal tersebut Bagian IK THT – KL FK UNISSULA bekerjasama dengan Puskesmas Padangsari Banyumanik Semarang bermaksud mengadakan “Penyuluhan tentang Sosialisasi & Deteksi Gangguan Pendengaran Pada Usia Lanjut”.