Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan

TINGKAT PENCEMARAN WADUK P.M. NOOR BERDASARKAN INDEKS SAPROBITAS PLANKTON DI KECAMATAN ARANIO KABUPATEN BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Ridhoni Muflihin, Akhmad; Rahman, Mijani; Yasmi, Zairina
AQUATIC Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 6 No 2 (2023): Edisi Desember 2023
Publisher : Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/aquatic.v6i2.2811

Abstract

Waduk P.M. Noor yang disebut juga Waduk Riam Kanan oleh masyarakat lokal dibentuk pada tahun 1958 yang digagas oleh Ir. Pangeran Mochamad Noor dengan fungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), sumber air irigasi sawah juga sebagai objek pariwisata, sumber air minum, kegiatan budidaya ikan serta jalur transportasi bagi masyarakat sekitar. Penelitian ini dilaksanakan di Waduk. P.M. Noor pada bulan Juni dalam kurun waktu 3 minggu. Keberadaan organisme perairan dapat menjadi indikator terhadap Struktur Komunitas Plankton (fitoplankton dan zooplankton) di Waduk P.M. Noor meliputi nilai indeks kelimpahan(N), indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E), indeks dominasi (D) dan saprobik indeks (SI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai indeks kelimpahan fitoplankton berkisar antara 1630-2593 sel/L. indeks kelimpahan zooplankton berkisar antara 77-340 ind/L. Indeks keanekaragaman fitoplankton berkisar antara 1,79-1,85 dan indeks keanekaragaman zooplankton berkisar antara 0,09-0,48. Indeks keseragaman fitoplankton (E>1 dan indeks keseragaman zooplankton (E>0,5). Indeks dominasi fitoplankton (D<0,5) dan indeks dominasi zooplankton (D>0,5) yang menandakan bahwa tedapat spesies plankton yang mendominasi. Indeks koefisien saprobik berkisar antara 1,2-2 menandakan bahwa perairan Waduk P.M. Noor tergolong tingkat β-Mesosaprobik sampai Oligosaprobik. P.M. Reservoir Noor which is also called the Riam Kanan Reservoir by the local community was formed in 1958 which was initiated by Ir. Prince Mochamad Noor with a function as a Hydroelectric Power Plant (PLTA), a source of water for irrigating rice fields as well as a tourism object, a source of drinking water, fish farming activities and transportation routes for the surrounding community. This research was conducted in the Reservoir. P.M. Noor in June within 3 weeks. The presence of aquatic organisms can be an indicator of the Community Structure of Plankton (phytoplankton and zooplankton) in the P.M. Noor includes abundance index (N), diversity index (H'), uniformity index (E), dominance index (D) and saprobic index (SI). The results showed that the value of the abundance index of phytoplankton ranged from 1630-2593 cells/L. The zooplankton abundance index ranged from 77-340 ind/L. The phytoplankton diversity index ranged from 1.79-1.85 and the zooplankton diversity index ranged from 0.09-0.48. Phytoplankton uniformity index (E>1 and zooplankton uniformity index (E>0.5). The phytoplankton dominance index (D<0.5) and the zooplankton dominance index (D>0.5) indicate that there are plankton species that dominate. The saprobic coefficient index ranges from 1.2-2 indicating that the waters of the P.M. Noor belongs to the level of β-Mesosaprobic to Oligosaprobic
STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN RAWA BARUH DESA JIRAK KECAMATAN PUGAAN KABUPATEN TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Majid, Fathul; Rahman, Mijani; Dharmaji, Deddy
AQUATIC Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 6 No 2 (2023): Edisi Desember 2023
Publisher : Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/aquatic.v6i2.2812

Abstract

Rawa adalah kawasan sepanjang pantai, aliran sungai, danau atau lebak yang menjorok masuk (intake) ke pedalaman hingga 100 km, atau sejauh dirasakannya pengaruh gerakan pasang air laut. Di Indonesia telah disepakati istilah rawa dalam dua pengertian, yakni rawa pasang surut dan rawa lebak. Rawa pasang surut adalah daerah rawa yang mendapat pengaruh langsung atau tidak langsung ayunan pasang surut air laut atau sungai di sekitarnya. Kualitas periran rawa tidak lepas kaitanya dengan organisme perairan yang hidup didalamnya. Plankton adalah organisme perairan yang keberadaannya dapat menjadi faktor biologis yang menetukan kualitas perairan. Struktur komunitas plankton disuatu perairan dapat menjadi penetu tingkat kualitas air, peran plankton sebagai produsen primer dirantai makanan menjadikan plankton sangat berperan penting dalam perairan rawa. Sekain struktur komunitas, indeks saprobik dan indikator kualitas air pH, Suhu, Nitrat dan Fosfat juga dapat menetukan kualitas air Swamps are areas along the coast, rivers, lakes or valleys that protrude (intake) inland up to 100 km, or as far as the influence of the movement of sea tides is felt. In Indonesia, it has been agreed that the term swamp has two meanings, namely tidal swamp and low swamp. Tidal swamps are swamp areas that are directly or indirectly affected by tidal swings in the sea or rivers around them. The quality of swamp waters is closely related to the aquatic organisms that live in it. Plankton are aquatic organisms whose existence can be a biological factor that determines water quality. The structure of the plankton community in a waters can determine the level of water quality, the role of plankton as a primary producer in the food chain makes plankton play an important role in swamp waters. In addition to community structure, saprobic index and water quality indicators pH, temperature, nitrate and phosphate can also determine water quality.
ANALISIS STATUS TROFIK DENGAN MENGGUNAKAN PERMODELAN AQUATOX DI SUB DAS RIAM KANAN Rahmawati, Anifa; Rahman, Mijani; Rahman, Abdur
AQUATIC Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 7 No 1 (2024): Issue Juni 2024
Publisher : Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/aquatic.v7i1.3138

Abstract

Sub DAS Riam Kanan merupakan salah satu daerah aliran sungai bagian dari DAS Barito yang secara adminstrasi terletak di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Masyarakat sekitar memanfaatkannya sebagai pendukung aktivitas sehari-hari dan kegiatan budidaya Keramba Jaring Apung (KJA), sehingga memungkinkan masuknya bahan organik maupun anorganik kedalam perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status trofik di perairan Sub DAS Riam Kanan dengan menggunakan permodelan aquatox serta mengetahui tingkat pencemaran berdasarkan indeks saprobik. Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks kualitas Air dan Indeks Saprobik. Berdasarkan perhitungan status trofik dengan menggunakan permodelan aquatox menunjukkan bahwa kesuburan di perairan Sub DAS Riam Kanan termasuk dalam kesuburan sedang. Perhitungan tingkat pencemaran dengan metode indeks saprobik di dapatkan rata-rata 0,69-1,63 menunjukkan kategori perairan tercemar sedang-tidak tercemar.
ANALISIS KADAR NITRAT, FOSFAT, DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT PENCEMARAN DAN KESUBURAN PERAIRAN DI SUB DAS MARTAPURA (STUDI KASUS IRIGASI KARANG INTAN, KALIMANTAN SELATAN) Rosa, Rosa; Rahman, Mijani; Rahman, Abdur
AQUATIC Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 7 No 2 (2024): Issue Desember 2024
Publisher : Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/aquatic.v7i2.3140

Abstract

Sub DAS Martapura, Irigasi Karang Intan terindikasi adanya pencemaran perairan yang disebabkan oleh peternakan sapi pada stasiun 2. Indikasi tersebut akan berpotensi menyebabkan tercemarnya perairan terhadap kualitas air sehingga tingkat kesuburan menjadi rendah. untuk menghindari hal tersebut perlu adanya pengukuran kadar nitrat, fosfat, dan kelimpahan fitoplankton sehingga mendapatkan hasil yang akurat mengenai tercemar atau tidaknya perairan tersebut. Lokasi penelitian dilakukan secara survei lapangan, dengan titik pengambilan sampel ditetapkan secara purposive sampling. Parameter yang diujikan meliputi suhu, pH, DO, kecerahan, nitrat, fosfat, dan kelimpahan fitoplankton. Standar baku mutu mengacu pada peraturan pemerintah No. 22 Tahun 2021 kelas II, dengan metode indeks pencemaran, indeks kualitas air, kelimpahan fitoplankton, indeks saprobitas, dan uji regresi linear sederhana. Parameter yang tidak memenuhi baku mutu yakni oksigen terlarut dan fosfat. Perhitungan tingkat pencemaran menggunakan indeks pencemaran didapatkan range nilai 1,0-5,0 dan indeks kualitas air didapatkan hasil 50. Perhitungan tingkat kesuburan menggunakan kelimpahan fitoplankton didapatkan range nilai 100-40.000 sel/l dan indeks saprobitas didapatkan range nilai -2-1,5. Hasil korelasi hubungan fitoplakton dengan variabel kualitas air dari korelasi sangat lemah hingga kuat. Kesimpulan pada tingkat pencemaran menggunakan indeks pencemaran menunjukkan kategori tercemar ringan dan indeks kualitas air menunjukkan kategori sedang. Tingkat kesuburan menggunakan kelimpahan fitoplankton tergolong kesuburan sedang dan indeks saprobitas pada sampling pertama kategori kesuburan rendah dan sampling kedua kategori kesuburan sedang. Korelasi hubungan kelimpahan fitoplankton dengan oksigen terlarut korelasi sangat lemah dan hubungan kelimpahan fitoplankton dan pH korelasi kuat.
WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG DALAM UPAYA PELESTARIAN EKOWISATA RIAM BIDADARI DI KABUPATEN TABALONG KALIMANTAN SELATAN Sapitri, Putri Nanda; Rahman, Mijani; Yunandar, Yunandar
AQUATIC Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 7 No 2 (2024): Issue Desember 2024
Publisher : Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/aquatic.v7i2.3141

Abstract

Tabalong adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki luas hutan sebesar 396.000 Ha dengan sumberdaya hutan seluas 237.610,8 Ha. Hutan Tabalong yang cukup luas menjadikannya memiliki potensi yang cukup besar dalam pengembangan ekowisata. Hal tersebut diperkuat dengan adanya 35 objek wisata di Kabupaten Tabalong yang terdiri dari wisata pemandian, wisata alam, wisata buatan dan wisata budaya. Riam Bidadari adalah sebuah objek wisata yang dikelola oleh masyarakat setempat Desa Lumbang Kecamatan Muara Uya dengan mendayagunakan potensi sumberdaya alam berupa sungai yang bersumber dari Pegunungan Purui yang berada di ujung Kecamatan Jaro dengan jarak ± 20 km. Willingness to Pay (WTP) merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mengetahui kesediaan membayar individu dalam upaya pelestarian atau perbaikan kualitas lingkungan. Metode WTP bertujuan untuk mengajak pengunjung agar bisa lebih menghargai lingkungan dengan cara menikmati alam sekaligus berperan aktif dalam menjaga kelestarian sungai Riam Bidadari. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi pengunjung Riam Bidadari, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar (Willingness to Pay) pengunjung sebagai upaya pelestarian Riam Bidadari, dan mengestimasi besarnya nilai kesediaan membayar (Willingness to Pay) pengunjung sebagai upaya pelestarian Riam Bidadari. Nilai WTP pengunjung didapatkan melalui pendekatan Contingent Valuation Method (CVM). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pengunjung Riam Bidadari didominasi oleh pengunjung dari Dalam Tabalong 89%, jenis kelamin perempuan 70%, usia 21-30 tahun 56%, pendidikan SMA/SLTA 57%, belum berpendapatan 35%, tidak memiliki biaya travelling 68%, frekuensi kunjungan 1 kali 58%, dan tidak memiliki tanggungan keluarga 76%. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesediaan pengunjung dalam membayar adalah asal tempat tinggal, jenis kelamin, usia, pendidikan, pendapatan, frekuensi kunjungan, dan tanggungan keluarga. Nilai WTP yang bersedia pengunjung berikan berada pada rata-rata Rp 7.918,60 (Rp 8.000,00).
PEMODELAN QUAL2Kw UNTUK ANALISIS DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMAR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO (SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI ALALAK) KOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Alviani, Vina; Rahman, Mijani; Rahman, Abdur
AQUATIC Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 7 No 2 (2024): Issue Desember 2024
Publisher : Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/aquatic.v7i2.3142

Abstract

Penelitian ini dilakukan pada DAS Barito (Sub DAS Alalak) Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang bertujuan untuk melihat status mutu air, serta memahami daya tampung beban pencemarnya. Metode yang dipakai metode Indeks Pencemaran (IP) dan Neraca Massa. Mutu air di Sub DAS Sungai Alalak dikategorikan tercemar ringan hingga sedang berdasarkan hasil hitung Indeks Pencemaran (IP). Pada stasiun I, IP berkisar antara 4,42 - 4,65. Stasiun II, IP berkisar antara 2,954 - 6,039. Pada stasiun III, IP berkisar antara 3,338 - 4,651. Selanjutnya, IP diubah menjadi Indeks Kualitas Air (IKA). Stasiun I, IKA berkisar antara 50 - 60. Stasiun II, IKA berkisar antara 45 - 60. Stasiun III, IKA berkisar antara 54 - 62,5. Hasil hitung daya tampung beban pencemar Sungai Alalak menunjukkan beberapa parameter memenuhi standar mutu air, seperti TSS, pH, DO, dan nitrat. Akan tetapi, ada beberapa parameter yang melebihi standar mutu air, seperti BOD, fosfat, dan amonia.