Yoke Ayukarningsih, Yoke
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan

HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN SERUM DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA PASIEN ANAK TALASEMIA β MAYOR DI RUMAH SAKIT DUSTIRA Ayukarningsih, Yoke; Sa'adah, Hindun; Kusmayadi, Mulya Alif
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 7 No 4 (2024): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Talasemia merupakan gangguan pembentukan hemoglobin atau suatu sindrom kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin. Pasien talasemia membutuhkan transfusi darah seumur hidup untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Pemberian transfusi berulang dapat menyebabkan risiko kelebihan zat besi. Salah satu indikator dalam mengetahui jumlah zat besi melalui pemeriksaan kadar feritin. Tingginya kadar feritin dapat meningkatkan risiko kondisi stunting. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kadar feritin serum dengan kejadian stunting pada pasien anak talasemia β mayor. Metode penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional. Subjek penelitian yang berjumlah 31 pasien anak talasemia β mayor di RS Dustira Cimahi Indonesia dengan teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Data penelitian didapatkan melalui wawancara mengenai lama diagnosis pasien juga pengukuran langsung untuk mengetahui tinggi badan dan lingkar lengan atas (LiLA), sedangkan data usia, jenis kelamin, frekuensi transfusi darah, dan kadar feritin didapatkan dari rekam medik pasien. Data dianalisis dengan uji chi-square dan korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan pasien laki-laki memiliki jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan pasien perempuan. Seluruh responden telah melakukan transfusi darah >20 kali dengan mayoritas lama diagnosis 11-12 tahun. Rerata kadar feritin dari seluruh responden sebesar 6457,74 ng/mL. Mayoritas pasien termasuk ke dalam kategori gizi kurang sebanyak 21 orang dan 20 orang termasuk ke dalam kategori stunting. Terdapat hubungan antara kadar feritin serum dengan kejadian stunting pada pasien anak talasemia β mayor (p =0,020) dengan nilai uji korelasi Pearson r= 0,417. Dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang cukup kuat antara kadar feritin serum dan indeks TB/U. Hasil ini sejalan dengan teori bahwa peningkatan kadar feritin pada pasien talasemia dapat menyebabkan stunting. Kata kunci: anak, feritin, stunting, talasemia β mayor DOI : 10.35990/mk.v7n4.p341-351
KARAKTERISTIK HIPOSPADIA DI BAGIAN BEDAH ANAK RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG Rachmawati, Dinta; Ismael, Chaerul; Ayukarningsih, Yoke
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 7 No 2 (2024): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Hipospadia merupakan kelainan kongenital saluran kemih yang disebabkan meatus uretra eksterna tidak terletak pada ujung penis, namun berada pada permukaan ventral penis. Tipe hipospadia berdasarkan letak meatus uretra eksterna yaitu letak anterior 50%, medial 20%, dan posterior 30%. Secara umum hipospadia terjadi satu dari 250 kelahiran bayi laki-laki, dan kejadiannya dapat terus meningkat. Pasien hipospadia posterior sering diikuti oleh chordee. Hipospadia hanya dapat dikoreksi dengan tindakan operasi, secara umum dapat dilakukan dengan satu kali operasi, namun pada beberapa kasus operasi harus dilakukan lebih dari satu kali. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif pada 64 rekam medik di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung tahun 2012-2014. Hasil Penelitian menunjukkan dari 64 pasien, 98,4% pasien hipospadia dibawa ke rumah sakit usia >18 bulan, kasus hipospadia terbanyak ditemukan adalah hipospadia posterior 49,0%. Chordee ditemukan pada 71,9% kasus, dan 78,1% kasus hanya dilakukan satu kali tindakan operasi. Kesimpulan penelitian ini yaitu dari 64 kasus hipospadia yang ditemukan, didapatkan hipospadia terbanyak adalah hipospadia posterior, pasien dilakukan pemeriksaan pada usia >18 bulan, dan banyak kasus hipospadia disertai chordee, serta dapat dikoreksi dengan satu kali operasi. Berdasarkan penelitian ini banyak pasien hipospadia terlambat dilakukan pemeriksaan. Keterlambatan dapat disebabkan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai hipospadia. Skrining hipospadia pada bayi baru lahir diharapkan dapat menjaring kasus hipospadia lebih dini sehingga dapat dilakukan penanganan lebih awal dan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi, terutama komplikasi psikologis. Kata kunci: chordee, hipospadia, operasi, tipe DOI : 10.35990/mk.v7n2.p156-166