Ursula Dwi Oktaviani, Ursula Dwi
Unknown Affiliation

Published : 29 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search
Journal : Jurnal Kansasi : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

DIALEK SOSIAL BAHASA DAYAK SEBERUANG DI DESA SUKAU BERSATU KECAMATAN SEPAUK KABUPATEN SINTANG Oktaviani, Ursula Dwi; Susanti, Yudita; Munika, Munika
Jurnal Kansasi: Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Kansasi: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : PBSI STKIP Persada Khatulistiwa Sintang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31932/jpbs.v3i2.949

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dialek berdasarkan tingkat usia, kelas sosial penuturnya di ambil dari segi pekerjaan, dan jenis kelamin penuturnya dalam Bahasa Dayak Seberuang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, berbentuk deskriptif. Data penelitian berupa rekaman Dialek Sosial Bahasa Dayak Seberuang. Dengan menggunakan observasi partisipan, wawancara tidak terstruktur dan teknik perekam sebagai teknik pengumpul data, data di transkripsikan menggunakan aplikasi Elan Versi 4.9.4. Berdasarkan hasil rekaman yang ada di temukan adanya tiga kata yang sama tapi pengucapan yang berbeda  terdapat di dalam dialek sosial berdasarkan tingkat usia, contohnya kata laki yang di ucapkan oleh penutur remaja sedang penutur dewasa dan lansia mengucapkan kata lake tapi keduanya itu sama merujuk kepada laki-laki. Kata dirik di ucapkan oleh penutur remaja dan lansia, sedangkan kata direk diucapkan oleh penutur dewasa tapi keduanya sama merujuk kepada diri sendiri. Kata tuai di ucapkan oleh penutur dewasa dan lansia, sedangkan kata retuai di ucapkan oleh penutur remaja tapi keduanya itu sama merujuk kepada orang yang lebih tua. Sedangkan dialek  sosial yang berdasarkan kelas sosial penuturnya di temukan ada lima kata yang sama tapi pengucapannya yang berbeda. Kata isik  di ucapkan oleh penutur pertambangan emas, sedangkan kata bisik di ucapkan oleh penutur petani keduanya sama merujuk kepada kata ada. Kata ugak di ucapkan oleh penutur petani sedangkan kata gak di ucapkan oleh penutur pertambangan emas keduanya merujuk kepada kata juga. Kata bulih di ucapkan oleh penutur pertambangan emas, sedangkan kata ulih di ucapkan oleh penutur petani keduanya sama merujuk kepada mendapatkan hasil. Kata yak di ucapkan oleh penutur pertambangan emas sedangkan kata nyak di ucapkan oleh penutur petani keduanya merujuk kepada kata itu. Kata makai di ucapkan oleh penutur pertambangan emas, sedangkan kata pajuh di ucapkan oleh penutur petani keduanya sama merujuk ke pada kata makan. Adapun dialek sosial berdasarkan jenis kelamin hanya terdapat satu variasi kosakatanya yang di temukan yaitu kata laki penutur perempuan mengucapkan kata laki sedangkan penutur lakilaki mengucapkan kata lake dialek sosial berdasarkan jenis kelamin inilebih menitikberatkan kepada perbedaan dari segi  variasi bahasa laki-laki dan perempuan terletak pada kehalusan bahasa, panjang pendeknya kalimat, serta jenis kata yang dipergunakan. Untuk melihat kemungkinan adanya dialek lain dalam Bahasa Dayak Seberuang, di perlukan  adanya penelitian lanjutan dalam korpus data yang lebih luas lagi. Kata kunci: Dialek Sosial Bahasa Dayak Seberuang
RITUAL DAN MAKNA SIMBOLIK PENGOBATAN PENYAKIT KETUMUH PADA SUKU MELAYU DESA LOKA JAYA KENUAL II KECAMATAN TANAH PINOH KABUPATEN MELAWI Herpanus, Herpanus; Oktaviani, Ursula Dwi; Hendro Riberu, Evensius Dimas; Dahlia, Dahlia
Jurnal Kansasi: Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia Vol 9, No 2 (2024): Jurnal Kansasi: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : PBSI STKIP Persada Khatulistiwa Sintang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31932/jpbs.v9i2.4438

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripkan ritual dan makna simbolik pengobatan penyakit Ketumuh pada suku Melayu di desa Loka Jaya Kenual II. Penyakit ketumuh adalah suatu penyakit yang menyerang organ penglihatan yaitu mata. Penyakit ini seperti penyakit katarak. Menurut masyrakat setempat penyakit ketumuh berbeda dengan penyakit katarak. Perbedaannya terlihat dari cara pengobatan. Jika pengobatan penyakit katarak bisa diobati dengan melakukan operasi, lain halnya dengan pengobatan penyakit ketumuh yaitu dengan cara tradisional, jika terlambat diobati penderita akan mengalami kebutaan seumur hidup. penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan bentuknya deskriptif. Proses ritual pada pengobatan penyakit ketumuh ini terdiri dari tiga tahapan   yaitu:   tahap  pertama menawar racun yang ada pada bola mata hitam, tahap yang kedua memutuskan saraf yang ada pada bagian bola mata hitam, pada tahap ketiga memutuskan saraf pada bagian mata putih. Makna simbolik yang terdapat pada pengobatan penyakit ketumuh terlihat pada masing-masing benda yang digunakan dalam setiap proses dan tahap pengobatan. Benda yang digunakan untuk pengobatan penyakit ketumuh ini memiliki makna yang sangat tersirat dan mengandung kekuatan yang luar biasa, untuk menunjang kesembuhan yang menderita penyakit tersebut.Kata Kunci: Ritual dan Makna Simbolik Penyakit Ketumuh