Aktivitas eksploitasi intensif terhadap sumberdaya alam di wilayah Sub-DAS Sepauk telah mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan terutama dalam bentuk fenomena erosi tanah. Studi ini mengevaluasi pola penggunaan lahan dan konsekuensi dari proses erosi. Analisis spasial pola penggunaan lahan menerapkan teknologi Sistem Informasi Geografis. Perhitungan kuantitatif erosi menggunakan metode USLE dengan memanfaatkan data dari peta kemiringan lereng, karakteristik jenis tanah, dan kondisi tutupan lahan di Sub-DAS Sepauk Tahun 2017. Hasil penelitian mengindikasikan komposisi penggunaan lahan Sub-DAS Sepauk Tahun 2017 mencakup area semak belukar (78,6%), zona hutan lahan kering primer (8,0%), kawasan hutan lahan kering sekunder (7,3%), area perkebunan (2,5%), zona pemukiman (1,2%), lahan terbuka (1,2%), lokasi pertambangan (0,6%), serta kawasan pertanian lahan kering campur (0,2%). Besaran erosi di Sub-DAS Sepauk untuk Tahun 2017 telah melampaui ambang toleransi maksimum dengan nilai mencapai 77.256,8 ton/ha/tahun. Mengacu pada kategorisasi Kelas Bahaya Erosi (KBE), distribusi area Sub-DAS Sepauk Tahun 2017 terdiri dari kategori sangat ringan dengan luas 15.313,6 Ha (13%), kategori ringan 38.166,8 Ha (31%), kategori sedang 5.633,6 Ha (5%), kategori berat 37.236,4 Ha (31%), dan kategori sangat berat 25.387,9 Ha (21%).