Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Jurnal Kesehatan Tambusai

HUBUNGAN ANTARA KETERSEDIAAN SUMBER AIR MINUM, SANITASI DAN PENGELOLAAN SAMPAH TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA ANAK DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS TEMPEH Nindi, Nindia Puteri; Sari, Devita; Joegijantoro, Rudy
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 3 (2024): SEPTEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i3.31426

Abstract

Prevalensi stunting berdasarkan hasil studi status gizi Indoneisa (SSGI) tahun 2021 menunjukkan angka prevalensi stunting di 34 provinsi berada pada kisaran 10,9 % dan 37,8%. Data stunting di wilayah kerja Puskesmas tempeh tahun 2020 jumlah angka stunting yaitu sebanyak 240 anak, tahun 2021 jumlah angka stunting sebanyak 195 anak, tahun 2022 jumlah angka stunting sebanyak 154 anak, tahun 2023 jumlah angka stunting sebanyak 142 anak. Sedangkan, tahun 2024 jumlah angka stunting sebanyak 145 anak. Jadi, tahun tertinggi jumlah angka stunting ada di tahun 2020 sebanyak 145 anak. Tujuan penelitian ini menganalisis hubungan antara ketersediaan air minum bersih, sanitasi yang layak, dan pengelolaan sampah yang baik dengan penurunan kasus stunting pada anak di wilayah kerja UPT Puskesmas Tempeh. Desain penelitian ini analitik observasional dengan pengumpulan data kuantitatif melalui pendekatan case control. Jumlah sampel pada penelitian ini sampel kasus sebanyak 59 anak ditambah sampel kontrol sebanyak 59 anak. Berdasarkan hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara tempat pembuangan kotoran (jamban) terhadap kejadian stunting pada anak (P-value 0,127 OR 2,073). Variabel CTPS ada hubungan antara CTPS terhadap kejadian stunting pada anak (P-value 0,002 OR 0,282). Variabel ketersediaan air minum da hubungan antara ketersediaan air minum terhadap kejadian stunting pada anak (P-value 0,002 OR 0,449). Variabel pengelolaan sampah rumah tangga ada hubungan antara pengelolaan sampah rumah tangga terhadap kejadian stunting pada anak (P-value 0,002 OR 0,282). Variabel SPAL ada hubungan antara SPAL terhadap kejadian stunting pada anak (P-value 0,007 OR 0,282).
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, KARAKTERISTIK, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PERSEPSI TENTANG KESEHATAN DAN KEBERSIHAN AIR MINUM DI DESA RANAH KARYA KECAMATAN LUBUK PINANG KABUPATEN MUKOMUKO Anggela, Thesa; Joegijantoro, Rudy; Sari, Devita
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 3 (2024): SEPTEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i3.31490

Abstract

Disisi lain riset mengenai sanitasi depot air minum masih sangat kurang dilakukan di Desa Ranah Karya. Hal ini lah yang membuat saya tertarik dan ingin mengetahui tentang persepsi masyarakat terhadap kesehatan dan kebersihan dari pilihan air minum yang mereka gunakan. Dampak persepsi masyarakat terhadap pemilihan air minum tersebut dalam kehidupan sehari-hari yaitu dapat dilihat dari pertimbangan dan pemahaman masyarakat terhadap kualitas air minum yang baik dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari mereka, karena kualitas air minum nantinya akan berpengaruh terhadap kesehatan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi pengetahuan, karakteristik, sikap, dan perilaku tentang kesehatan dan kebersihan air minum yang dikonsumsi. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel menggunakan rancangan non probability sampling dengan jumlah 288 sampel dari pengguna DAMIU, DARIU, dan air sumur gali yang direbus dari 2.271 populasi yang dihitung menggunakan rumus slovin dengan tingkat kesalahan 10%. Metode analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat uji Rank Spearman. Kesimpulan penelitian adalah Pada variabel umur,mayoritas yang menjadi responden adalah yang berusia 36-45 tahun. Dilanjutkan oleh variabel pendidikan yang paling banyak menjadi responden adalah responden dengan pendidikan terakhir SD. Untuk variabel pekerjaan, mayoritas responden menjawab bekerja sebagai petani, sedangkan pada variabel pekerjaan yang paling banyak menjadi responden untuk pengguna DAMIU dan DARIU adalah petani dan untuk responden pengguna air sumur gali yang direbus kebanyakan responden bekerja sebagai karyawan. Dari hasil keseluruhan penelitian, yang memiliki hubungan dengan persepsi yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, dan perilaku. Dengan arah hubungan yang positif.
ANALISIS RISIKO KECELAKAAN KERJA DENGAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) STUDI KASUS PERAWAT IGD RS X JOMBANG Putri , Azuan Ludia; Subhi , Misbahul; Joegijantoro, Rudy
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 3 (2024): SEPTEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i3.32005

Abstract

Rumah sakit merupakan tempat pelayanan fasilitas kesehatan yang memiliki risiko tinggi terjadinya paparan penyakit infeksi, kecelakaan kerja, dan penyakit akibat kerja. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penunjang kecelakaan kerja terjadi pada perawat seperti : bahaya fisik, biologi, ergonomi dan psikologi. Menurut hasil data studi pendahuluan didapatkan kasus kecelakaan kerja tertusuk jarum suntik pada RS X Jombang pada tahun 2022 terdapat 18 kasus, sedangkan pada tahun 2023 terjadi peningkatan sejumlah 29 kasus keluhan tertusuk jarum suntik dan ergonomi. Karena itu penelitian dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis risiko kecelakaan kerja dengan metode JSA (Job Safety Analysis) pada perawat IGD di Rumah Sakit X Kabupaten Jombang.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif  kuantitatif.Teknik sampling yang digunakan yaitu total sampling dengan sampel 34 perawat IGD dengan menggunakan instrument kuisoner, lembar observasi dengan acuan dasar AS/NZS 4360:2004. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh temuan bahwa dari seluruh tindakan di IGD terdapat   6 tindakan yang memiliki 28 potensi bahaya. sehingga didapatkan basic risk 20,5% pada kategori acceptable; 7,1% pada kategori priority 3; 53,5% pada kategori substansial dan 17,8 % pada priority 1. Pengendalian  risiko kecelakaan kerja pada perawat IGD RS X Jombang adalah substitusi: seperti pergantian peralatan sebagai penunjang keselamatan kerja, administratif, pelatihan dengan komunikasi hazard,   dan alat pelindung diri untuk mengurangi tingkat risiko paparan penyakit .Untuk mencegah dan menurunkan angka terjadinya kecelakaan kerja disarankan agar pihak rumah sakit melaksanakan rekomendasi pengendalian risiko sejalan dengan hierarki pengendalian risiko serta penunjang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap perawat ketika  melakukan tindakan.
FAKTOR RESIKO KONDISI SANITASI RUMAH, KEAKTIFAN KADER JUMANTIK DAN TINGKAT KEPADATAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN DBD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ARJOWINANGUN KOTA MALANG Priyo Santoso, Fany Dwi; Joegijantoro, Rudy; Wahyuni, Ike Dian
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 3 (2024): SEPTEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i3.32975

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan masih menjadi permasalahan kesehatan baik di wilayah perkotaan maupun wilayah semi- perkotaan. Provinsi Jawa Timur merupakan daerah endemik DBD,salah satunya di Puskesmas Arjowinangun wilayah Kota Malang,tahun 2023 di temukan sebanyak 48 Kasus DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor resiko sanitasi rumah, keaktifan kader dan tingkat kepadatan rumah terhadap kejadian DBD. Metode penelitian yang digunakan adalah desain penelitian retropektif  dengan menggunakan case control. Sampel yang digunakan sebanyak 56 responden  terdiri dari kelompok kasus dan kelompok kontrol. Teknik sampling yang digunakan adalah Total sampling dan analisa hasil penelitian menggunakan Odd Ratio (OR) dengan tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan analisis Odds Ratio (OR) diperoleh sebesar 0,756 dengan CI = 95% yang artinya sanitasi rumah yang buruk memiliki kecenderungan untuk terjangkit DBD sebesar 0,756 atau 0,7 kali lebih kecil dibandingkan dengan sanitasi rumah yang baik. Ketidakaktifan kader Jumantik memiliki kecenderungan untuk terjangkit DBD sebesar  2,000 atau 2 kali lebih besar dibandingkan dengan keaktifan kader Jumantik. Kepadatan rumah yang tidak memenuhi sarat kesehatan memiliki kecenderungan untuk terjangkit DBD sebesar  3,000 atau 3 kali lebih besar dibandingkan dengan kepadatan rumah yang memenuhi.Dapat disimpulkan bahwa kondisi sanitasi rumah, keaktifan kader Jumantik,tingkat kepadatan rumah memiliki faktor resiko terhadap kejadian DBD.