Budidaya secara umum terbagi menjadi dua yaitu monokultur dan polikultur. Monokultur merupakan sistem pemeliharaan ikan secara sendiri atau tunggal pada suatu wadah, sedangkan polikultur merupakan kegiatan budidaya ikan dari berbagai jenis pada tingkat trofik yang sama. Kegiatan budidaya yang bersifat intensif sangat penting dilakukan untuk meningkatkan produksi, namun dalam budidaya secara intensif permasalahan utama yang sering dihadapi adalah meningkatnya kandungan bahan organik dan menurunnya kualitas air. Oleh karena itu perlu adanya upaya menjaga kestabilan kualitas air pada wadah pemeliharaan dan perlu kiranya melakukan penelitian menganalisis kualitas air dan kepekatan bioflok pada budidaya polikultur ikan lele (Clarias sp.) dan ikan nila (Oreochoromis niloticus) sistem bioflok. Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL), yaitu 4 perlakuan dengan 3 ulangan. Skema perbandingan dari masing masing perlakuan adalah (A) 200 ekor ikan lele dengan 10 ekor ikan nila, (B) 175 ekor ikan lele dengan 15 ekor ikan nila, (C) 150 ekor ikan lele dengan 20 ekor ikan nila dan (D) 250 ekor ikan lele (kontrol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepekatan bioflok yang berbeda tidak mempengaruhi parameter kualitas air yang terdiri dari suhu, pH dan oksigen terlarut karena ketiga parameter tersebut tetap berada pada rentang optimal. Sedangkan konsentrasi Total Organic Matter (TOM), Total Amonia Nitrogen (TAN), dan Nitrit (NO2) sangat berkaitan erat atau berkorelasi dengan Kepekatan Bioflok, namun dengan kondisi tersebut biota yang dibudidaya masih dalam kondisi yang baik. Hal tersebut disebabkan oleh biota uji yang digunakan memiliki sistem imun lebih baik akibat penambahan probiotik serta sistem bioflok yang diterapkan. Cultivation is generally divided into two, namely monoculture and polyculture. Monoculture is a system of raising fish alone or singly in a container, while polyculture is the activity of cultivating fish of various types at the same trophic level. Intensive cultivation systems are very important for increasing production, time efficiency and production quantity, but they cause other problems such as decreasing water quality and increasing organic matter content. Therefore, it is very important to carry out research aimed at analyzing water quality and biofloc concentration in a biofloc-based breeding system from polyculture consisting of catfish (Clarias sp.) and Tilapia. (Oreochromis niloticus). This effort is very important to ensure the stability of water quality in the rearing tank. The design used was Completely Randomized Design (CRD), which consisted of 4 treatments with 3 replications. The comparison scheme for each treatment is (A) 200 catfish with 10 tilapia, (B) 175 catfish with 15 tilapia, (C) 150 catfish with 20 tilapia and (D) 250 catfish tail (control). The results of the research show that different biofloc concentrations do not affect the water quality parameters consisting of temperature, pH and dissolved oxygen because these three parameters remain at standard cultivation water quality. Meanwhile, the concentration of Total Organic Matter (TOM), Total Ammonia Nitrogen (TAN), and Nitrite (NO2) is very closely related or correlated with the density of biofloc.