Kota Jakarta terletak di daerah tropis yang lembab, sehingga bangunan bangunan tradisionalnya selalu bersifat “terbuka”. Pada abad 17 beberapa langgam arsitektur yang dibawa dari Belanda yang beriklim dingin tersebut apabila dilihat dari aspek kenyamanan termal di daerah tropis-lembab jelas amat bertentangan. Dengan adanya perbedaan iklim, budaya, sumber daya manusia dan bahan material yang didapatkan mempengaruhi desain arsitektur neoklasik yang diterapkan di masing-masing tempat. Metode Kuasi Kualitatif digunakan untuk menemukan apa saja adaptasi yang dilakukan dan faktor yang mempengaruhinya. Variabel yang diteliti terdiri dari atap dan bukaan pada fasade bangunan. Penelitian ini menghasilkan hipotesa, tidak semua bangunan kolonial Belanda di Indonesia memiliki sun shading sebagai pelindung fasade bangunan terhadap iklim Indonesia.