<![CDATA[Kurikulum Merdeka merupakan kebijakan baru di Indonesia yang memberikan keleluasaan bagi setiap satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan potensi lokal. Namun, implementasi Kurikulum Merdeka membawa tantangan tersendiri, terutama dalam hal meningkatkan pemahaman dan sensitivitas budaya di kalangan pemangku kepentingan pendidikan. Artikel ini menganalisis beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan pemahaman dan sensitivitas budaya dalam menyambut tantangan Kurikulum Merdeka. Pertama, penguatan pendidikan multikultural dalam proses pembelajaran, dengan mengintegrasikan materi, metode, dan pendekatan yang menghargai keberagaman budaya. Kedua, revitalisasi kearifan lokal sebagai bagian dari muatan kurikulum, agar peserta didik memiliki fondasi yang kuat dalam memahami dan menghargai budaya setempat. Ketiga, peningkatan kompetensi guru dalam mengelola kelas yang beragam secara budaya, melalui pelatihan dan pengembangan profesional. Keempat, kolaborasi erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung penghargaan terhadap keberagaman. Implementasi strategi-strategi tersebut diharapkan dapat membantu sekolah-sekolah dalam menyambut tantangan Kurikulum Merdeka dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki pemahaman dan sensitivitas budaya yang kuat. Hal ini pada akhirnya akan menghasilkan lulusan yang mampu berpartisipasi aktif dalam masyarakat yang semakin beragam.]]>
