Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni

FORGIVENESS DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA DEWASA AWAL YANG PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN SAAT BERPACARAN Fajriyah, Nurul; Roswiyani
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 8 No. 2 (2024): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v8i2.27999.2024

Abstract

Dewasa awal adalah periode ketika seseorang memasuki fase perkembangan yang melibatkan upaya membentuk hubungan yang saling berkomitmen dengan orang lain. Pada periode ini, individu mulai membentuk hubungan romantik, seringkali disebut sebagai pacaran. Di dalam hubungan pacaran, terkadang komitmen dapat dilanggar, salah satunya melalui perselingkuhan, yang dilakukan oleh individu yang tidak mampu mempertahankan komitmen. Dewasa awal yang pernah mengalami perselingkuhan dapat memperbaiki atau mengubah dinamika hubungan melalui proses memaafkan dan peningkatan komunikasi interpersonal. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara forgiveness dengan komunikasi interpersonal pada dewasa awal yang pernah mengalami perselingkuhan. Penelitian ini dilakukan pada dewasa awal, berusia 18-21 tahun, berdomisili di Indonesia, dan pernah mengalami perselingkuhan saat berpacaran. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan melalui google form dengan menggunakan alat ukur Transgression-Related Interpersonal Motivation (TRIM) dari McCullough (2000) untuk mengukur forgiveness. Sedangkan komunikasi interpersonal diukur dengan menggunakan skala komunikasi interpersonal dari Devito (1997). Analisis dengan uji korelasi Spearman Rho' menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara forgiveness dan komunikasi interpersonal (r = 0.343 dan p < 0.05). Temuan ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat forgiveness seseorang, maka semakin baik pula kualitas komunikasi interpersonalnya setelah mengalami perselingkuhan. Hasil dari penelitian ini dapat membantu dewasa awal untuk mengetahui pentingnya forgiveness dalam meningkatkan hubungan sosial.
HUBUNGAN SELF-ESTEEM DENGAN FEAR OF MISSING OUT PADA GENERASI Z Aisha Fahira, Ginevra; Roswiyani
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 8 No. 3 (2024): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v8i3.28003.2024

Abstract

Generasi Z atau biasa dikenal sebagai generasi digital karena sejak lahir, sudah diiringi seiring dengan kemajuan teknis yang lebih maju. Salah satunya penggunaan internet yang efisien. Namun dibalik kemudahannya, akan timbul dampak negatif seperti ketakutan jika ketinggalan informasi di internet dan selalu ingin mencari tahu aktivitas manusia lainnya. Hal itu disebut fear of missing out atau disingkat FoMO yaitu kekhawatiran dan kecemasan individu secara berlebihan jika tertinggal informasi dan momen berharga di internet. Terdapat studi yang mengatakan bahwa rasa harga diri seseorang sangatlah penting agar dapat menghindari kecemasan yang dapat terjadi. Generasi Z yang cenderung memiliki self-esteem rendah dapat meningkatkan risiko lebih tinggi mengalami fenomena tersebut. Sebaliknya, dengan self-esteem yang kuat tidak akan terpengaruhi atau terbawa arus buruk. Tujuan dari penelitian ini guna mengetahui hubungan antara self-esteem dengan fear of missing out pada generasi z. Sejumlah 230 partisipan terlibat dalam penelitian baik pria maupun wanita yang rutin menggunakan media sosial lebih dari tiga jam dalam satu hari dan berusia antara 18 hingga 25 tahun. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) milik Rosenberg (1965) dan Fear of Missing Out Scale (FoMOS) yang dikembangkan oleh Przybylski et al. (2013). Metode kuantitatif digunakan melalui kuesioner google form dan teknik non-probability sampling dengan penarikan jumlah sampel menggunakan purposive sampling. Dari hasil analisis menggunakan Spearman Correlation didapat nilai r = -.260**, p = 0.001 < 0.05. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan secara negatif antara self-esteem dengan FoMO pada generasi z. Berarti semakin kuat self-esteem yang dimiliki, maka kemungkinan FoMO akan semakin rendah. Begitupun sebaliknya, semakin melemah self-esteem maka FoMO semakin meningkat.