Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan

Sosialisasi Pencegahan Gangguan Pendengaran di Rumah Sakit Prima Inti Medika Kabupaten Aceh Utara Putri, Baluqia Iskandar; Fonna, Tischa Rahayu
Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan - Agustus 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/auxilium.v1i1.12607

Abstract

Gangguan pendengaran merupakan suatu kondisi ketidakmampuan secara parsial atau total untuk mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga. Tingkat penurunan gangguan pendengaran terbagi menjadi ringan, sedang, sedang berat, berat dan sangat berat. Gangguan pendengaran disebabkan oleh banyak hal seperti infeksi telinga, kotoran telinga, trauma pada telinga akibat sering mengorek telinga, paparan bising yang terlalu lama, dan tuli akibat usia lanjut. Gangguan pendengaran memiliki berbagai dampak pada anak-anak, dewasa maupun orang tua. Pada anak-anak dengan kondisi tersebut mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara, akademik atau prestasi belajar bahkan berdampak pada psikis anak karena sulitnya berkomunikasi dengan teman-temannya. Gangguan pendengaran juga berdampak pada orang dewasa karena berpengaruh terhadap kinerja, komunikasi, emosional dan hubungan sosial. Dalam rangka World Hearing Day yang diperingati setiap 3 Maret, pengabdi yang merupakan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh melakukan penyuluhan mengenai pencegahan gangguan pendengaran di ruang tunggu poliklinik RS Prima Inti Medika.
Gambaran Klinis pada penderita Tinea Unguium, Penyuluhan di Puskesmas Syamtalira Bayu, Aceh Utara Fonna, Tischa Rahayu; Haura, Jihan
Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan - Agustus 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/auxilium.v1i1.12610

Abstract

Onikomikosis merupakan infeksi jamur pada kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita, ragi, atau kapang. Sedangkan tinea unguium istilah untuk infeksi kuku akibat dermatofita. Secara umum, 80-90% penyebab kasus onikomikosis adalah dermatofita Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes. Di Indonesia, penyebab yang banyak dilaporkan adalah Candida spp., T. Rubrum dan T. Mentagrophytes. Insiden dari onikomikosis meningkat pada populasi geriatri, pada pasien imunokompromais seperti diabetes, peripheral arterial disease, kondisi imunosupresi seperti kondisi HIV dan agen imunosupresan. Onikomikosis juga dapat dipengaruhi oleh gaya hidup tertentu, misalnya penggunaan kaos kaki dan sepatu yang terus menerus, olahraga yang berlebihan dan trauma pada kuku yang terus menerus serta predisposisi genetik. Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap infeksi dermatofita antara lain iklim tropis, higienitas yang buruk, adanya sumber penularan, serta penyakit sistemik dan kronis yang meningkat. Tinea unguium menyebabkan masalah bagi pasien, berupa fisik dan psikologis. Permasalahan lain yang ada adalah pengobatan onikomikosis bersifat menahun dan resisten pada pengobatan. Kegiatan pengabdian ini terdiri dari anamnesis terhadap pasien, pemeriksaan fisik beserta penyuluhan tentang tinea unguium. Upaya pencegahan tinea unguium yang diberikan kepada pasien berupa edukasi pasien terkait Tinea Unguium yang terdiri dari pengertian, faktor resiko, manifestasi klinis, faktor yang dapat memperberat, tatalaksana farmakologis dan non farmakologis
Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik dalam Pelayanan Kesehatan Primer Fonna, Tischa Rahayu; Faizah, Siti
Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan - Agustus 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/auxilium.v1i1.12613

Abstract

Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) merupakan keadaan penyakit inflamasi yang bersifat autoimun kronis dengan gejala klinis yang cukup luas. Perjalanan penyakit dan prognosis dari SLE pun beragam. Adapun beberapa faktor seperti: lingkungan, imunologi, hormonal, dan genetik diketahui memegang peranan dalam perkembangan SLE. Penyakit SLE lebih sering menyerang wanita terutama usia produktif. Patogenesis SLE dipengaruhi oleh berbagai faktor meliputi faktor genetik, hormonal, dan lingkungan terutama sinar UV. Patogenesis SLE mengikutsertakan berbagai sel dan molekul yang berperan pada proses apoptosis, respons imun innate dan adaptif. Kerusakan multiorgan terjadi akibat deposisi autoantibodi dan kompleks imun. Diagnosis SLE ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis dan pemeriksaan laboratorium menurut American College of Rheumatology / European League Against Rheumatism (ACR/EULAR) 2019. Terapi SLE bersifat individual berdasarkan manifestasi klinis yang dialami pasien, aktivitas penyakit dan derajat keparahan penyakit serta komorbiditas. Prognosis SLE bervariasi mulai dari ringan hingga berkembang cepat menjadi berat disertai kegagalan multiorgan, bahkan kematian. Kegiatan pengabdian ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih mendalam mengenai patogenesis dan cara menegakkan diagnosis SLE sehingga dapat menjadi dasar dalam pengembangan penelitian mengenai SLE di masa yang akan datang
Home Visite pada Penderita Epilepsi Desa Pande Kecamatan Tanah Pasir Fonna, Tischa Rahayu; Fardian, Nur; Putri, Baluqia Iskandar; Musfira, Suherna; Fitriany, Julia
Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan - Januari 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/auxilium.v2i1.13375

Abstract

Epilepsi merupakan salah satu masalah kesehatan yang menonjol di masyarakat, karena permasalahan tidak hanya dari segi medik tetapi juga sosial dan ekonomi yang menimpa penderita maupun keluarganya. Dalam kehidupan sehari-hari, epilepsi merupakan stigma bagi masyarakat. Mereka cenderung untuk menjauhi penderita epilepsi. Bagi orang awam, epilepsi dianggap sebagai penyakit menular (melalui buih yang keluar dari mulut), penyakit keturunan, menakutkan dan memalukan. Metode kualitatif dengan anamnesis mendalam dilakukan mulai dari home visite, anamnesis, pemeriksaan fisik dan edukasi. Tujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga pasien mengenai penyakitnya. Pasien sudah menderita epilepsi sejak 23 tahun karena pengetahuan yang rendah memilih untuk berobat ke dukun, tetapi 5 tahun terakhir ini sudah rutin ke dokter dan mengalami penurunan intensitas kejang. Dirawat oleh ibunya yang mengalami katarak 2 tahun terakhir ini sehingga diperlukan pemantauan langsung oleh pihak puskesmas secara berkala. Tidak rutin minum obat, kecapean, dan stress akan berdampak pada kejang vberulang sehingga epilepsi menjadi tidak terkontrol.
Pelayanan Kesehatan Katarak di Puskesmas Lhoksukon, Aceh Utara Fonna, Tischa Rahayu; Karimah, Nadia; Putri, Baluqia Iskandar; Rizka, Adi; Fitriany, Julia; Sayuti, Muhammad
Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan Auxilium: Jurnal Pengabdian Kesehatan - Agustus 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/auxilium.v2i2.17519

Abstract

Katarak merupakan salah satu dari tiga penyebab utama kebutaan di seluruh dunia. Penyakit ini merupakan penyakit multifaktorial yang memiliki dampak yang besar terhadap produktivitas seseorang. Diperkirakan setiap tahun kasus baru buta akan selalu bertambah sebesar 0,1% dari jumlah penduduk atau kira-kira 250.000 orang setiap tahunnya. Kebutaan yang terjadi akan terus meningkat karena penderita tidak menyadarinya, dan daya penglihatan baru terpengaruh setalah berkembang sekitar 3-5 tahun setelah memasuki stadium kritis. Sehingga dapat disimpulkan katarak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu ditangani dengan sungguh-sungguh oleh Pemerintah bersama masyarakat. Artikel ini akan membahas tindakan layanan kesehatan yang dilakukan Puskesmas Lhoksukon, Aceh, Utara dalam menangani kasus penyakit katarak di lingkungan Lhoksukon. 
Penyuluhan dan Edukasi pada Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Nisam, Aceh Utara Fonna, Tischa Rahayu; Putri, Baluqia Iskandar; Z, Khairunnisa; Perkasa, Aditya Fajar
Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan Auxilium: Jurnal Pengabdian Kesehatan - Januari 2025
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/auxilium.v1i1.20941

Abstract

Menurut WHO (2018) Tuberkulosis merupakan sebuah penyakit infeksi multi-sistemik yang paling umum, dengan berbagai macam manifestasi dan gambaran klinis, paru-paru adalah lokasi yang paling umum untuk perkembangan penyakit tuberculosis. Tuberkulosis paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di organ tubuh lain dengan tekanan parsial oksigen yang tinggi. Menurut epidemiologi sekitar 75% penderita tuberkulosis paru terjadi kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15- 50 tahun) dengan jumlah penderita >500.000 kasus dialami oleh laki-laki. Diagnosis TB paru ditegakkan berdasarkan gejala klinis dengan keluhan utama batuk berdahak ‰¥ 2 minggu dan/atau disertai gejala tambahan, dengan hasil pemeriksaan fisik dapat berupa suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah kasar/halus dan/atau tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum, serta pemeriksaan bakteriologis, radiologis, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Diagnosis pasti TB ditegakkan dengan pemeriksaan bakteriologis berupa kultur bakteri TB baik menggunakan media padat maupun media cair. Tatalaksana yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT), suportif atau simtomatis, dan  pembedahan.