Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti

UJI KLINIS : EVALUASI KEJADIAN MATA KERING SETELAH OPERASI FAKOEMULSIFIKASI MENGGUNAKAN KUESIONER DEQ-5 Adiwardhani, Anggraeni; Amalia, Husnun; Prasetyaningsih, Noviani; Kartadinata, Erlani
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Volume 8, Nomor 1, Januari 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pdk.v8i1.15093

Abstract

Mata kering (dry eye) dapat mengganggu penglihatan dan gangguan aktifitas sehari-hari. Kejadian mata kering pada usia >60 tahun adalah 26,2%. Pada usia >60 tahun juga akan terjadi perubahan pada lensa yang disebut katarak senilis, dengan presentase 96%. Tatalaksana untuk katarak senilis berupa operasi katarak, yang salah satunya dilakukan dengan metode fakoemulsifikasi. Operasi katarak yang dilakukan akan dapat menginduksi perubahan terutama dalam hal sensitivitas kornea, perubahan tersebut dapat memicu timbulnya mata kering.Tingginya kejadian mata kering pada lansia dan operasi katarak yang saat ini banyak digunakan adalah fakoemulsifikasi, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk menilai pengaruh operasi fakoemulsifikasi terhadap kejadian mata kering. Tujuan: Menilai faktor yang mempengaruhi kejadian mata kering paska operasi fakoemulsifikasi dan menganalisa hubungan kejadian mata kering setelah operasi fakoemulsifikasi. Manfaat penelitian untuk meningkatkan derajat kesehatan mata pada lansia. Metode: Eksperimental, dengan populasi pasien penderita katarak yang melaksanakan operasi fakoemulsifikasi. Tehnik sampling dengan konsekutif non random sampling. Kriteria eksklusi tidak menggunakan tetes pelembab sebelum operasi fakoemulsifikasi dan tidak menderita penyakit kronis. Hasil: Karakteristik dan faktor resiko berupa : Jenis kelamin perempuan (52,9%), Umur <65 tahun (60,6%), Tidak memiliki Riwayat Diabetes Melitus (86,5 %), Tidak merokok (76%), Tidak memiliki Diabetes Melitus (89,4%), Tidak dry eye pre operasi (61,5%), Tidak dry eye post operasi (82,7%). Simpulan: Tidak ada karakteristik maupun faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian mata kering post operasi fakoemulsifikasi. Hubungan yang signifikan terjadi antara kejadian dry eye pre operasi dan post operasi pahkoemulsifikasi dengan p=0,03.
PENGGUNAAN SKOR KANDIDA UNTUK PEMBERIAN ANTIJAMUR RASIONAL PASA PASIEN ICU DENGAN RISIKO CANDIDIASIS INVASIF Bella, Isa; Hartanti, Monica Dwi; Prasetyaningsih, Noviani; Amalia, Husnun
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Volume 8, Nomor 1, Januari 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pdk.v8i1.15107

Abstract

Pasien yang dirawat di ICU memiliki risiko tinggi terserang kandidiasis invasive. Hal ini dikarenakan kondisi klinis dan tatalaksana pada pasien ICU yang menjadi faktor risiko terjadinya infeksi invasif oleh candida. Hal yang dapat menyebabkan adalah penggunaan antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu lama, penyakit penyerta yang mengakibatkan kondisi imunokompromais, riwayat operasi abdomen, pemakaian obat-obat imunosupresan, pemberian nutrisi total parenteral, dan pemakaian alat-alat invasif antara lain central venous catheter (CVC) dan ventilator. Pemberian anti jamur empirik pada pasien sakit kritis dengan kolonisasi Candida sp. atau pasien dengan faktor risiko lainnya merupakan intervensi dini yang diperlukan. Pemberian antijamur sedini mungkin pada pasien sakit kritis terduga kandidiasis invasif di ICU dapat menurunkan angka kematian. Pada keadaan normal Candida dapat berkolonisasi di saluran cerna, saluran napas bagian atas, vagina dan kulit. Sehingga isolat Candida sp. yang didapat dari biakan sampel sputum, broncho-alveolar lavage (BAL), brush protected specimen (BPS), dan sekret endotrakeal, belum dapat disimpulkan sebagai etiologi penyebab infeksi, masih terdapat kemungkinan merupakan komensal. Klinisi membutuhkan tersedianya pedoman pemberian antijamur empirik untuk pasien ICU guna mencapai hasil klinis yang diharapkan dan menghindari penggunaan antijamur yang berlebihan. Skor kandida dari Leon menawarkan penggunaan yang mudah untuk membantu klinisi menggolongkan pasien sakit kritis ICU yang perlu mendapat terapi empirik anti jamur dan pasien yang kecil sekali kemungkinan menderita kandidiasis invasif. Peningkatan spesifisitas pemberian antijamur empirik untuk pasien yang memiliki risiko menderita kandidiasis invasif dapat mengurangi biaya pengobatan yang tidak diperlukan dan mengurangi laju timbulnya resistensi terhadap obat antijamur.
RADIKAL BEBAS SEBAGAI FAKTOR RISIKO PENYAKIT KATARAK TERKAIT UMUR Prasetyaningsih, Noviani; Hartanti, Monica Dwi; Bella, Isa
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Volume 8, Nomor 1, Januari 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pdk.v8i1.15160

Abstract

Oksigen merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia. Sebagian besar oksigen akan digunakan sebagai energi, sedangkan sebagian kecil menjadi sisa metabolisme oksigen yang berdampak kurang baik bagi kesehatan tubuh manusia. Sisa metabolisme tersebut disebut radikal bebas atau Reactive Oxygen Species (ROS). Radikal bebas dapat dihasilkan oleh faktor endogen seperti produk metabolik didalam mitokondria, inflamasi atau infeksi, dan faktor eksogen seperti radiasi sinar UV, polusi, alkohol atau asap rokok. Radikal bebas mempunyai elektron yang tidak berpasangan, sangat tidak stabil, sangat reaktif, dan bila menumpuk didalam sel akan mengakibatkan kerusakan sel. Mekanisme pertahanan tubuh untuk melawan radikal bebas dilakukan oleh antioksidan. Salah satu enzim antioksidan adalah Superoksida Dismutase (SOD). Kadar radikal bebas biasanya dilakukan dengan mengukur aktivitas antioksidan. Banyak penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas, salah satu penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas adalah katarak terkait umur. Penyakit katarak terkait umur merupakan penyakit degenerative yang menyerang usia diatas 50 tahun, ditandai dengan kekeruhan lensa yang makin parah sesuai bertambahnya umur. Katarak merupakan penyebab kebutaan terbanyak diseluruh dunia. Radikal bebas sebagai penyebab katarak terkait umur telah banyak diteliti, tetapi hal tersebut masih belum terbukti. Sulitnya mengukur kadar antioksidan di dalam lensa secara in vivo dan tidak memungkinkan didapatkan lensa normal sebagai kelompok kontrol merupakan penyebabnya. Beberapa peneliti mengukur aktivitas SOD di aqueous humor dan didalam darah untuk mengetahui hubungan antara radikal bebas dengan katarak terkait umur.
ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN PERANGKAT DIGITAL TERHADAP KELAINAN REFRAKSI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI JAKARTA SELATAN Prasetyaningsih, Noviani; Adiwardhani, Anggraeni; Witjaksana, Riani; Tri Laksmi, Antin; Ilham Effendi, Raden Mohammad
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Volume 9, Nomor 2, Juli 2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pdk.v9i2.20599

Abstract

Latar Belakang: Perangkat digital mempunyai dampak buruk pada mata bila digunakan secara berlebihan, seperti mata lelah, kering, iritasi dan kelainan refraksi. Kasus penglihatan buram karena kelainan refraksi makin sering dijumpai di klinik mata akhir-akhir ini. Menurut World Health Organization (WHO), kelainan refraksi merupakan salah satu penyebab kebutaan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penggunaan perangkat digital terhadap kelainan refraksi anak Sekolah Dasar di Jakarta Selatan. Metode: Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Kriteria inklusi: siswa kelas 4-6 berumur 9-12 tahun yang bermain game melalui perangkat digital. Kriteria eksklusi: mempunyai kelainan anatomis mata. Kuesioner dan pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan oleh orang yang sudah terlatih. Pencatatan dan analisis statistik menggunakan Microsoft Office Excell 2010 dan SPSS, uji bivariat menggunakan Chi-square. Hasil: Sebanyak 83.2% dari 119 responden mulai bermain game sejak 3 tahun yang lalu, 60,5% bermain game lebih dari 2 jam perhari dan 58% bermain dalam posisi duduk. Kelainan refraksi didapatkan pada 66,4% responden. Hanya durasi bermain game yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan kelainan refraksi dimana p=0,014 (p<0,05). Kesimpulan: Durasi bermain game lebih dari 2 jam perhari merupakan faktor risiko terjadinya kelainan refraksi pada anak-anak.