Priska Ulina Setriani Manik
Universitas Sumatera Utara

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Ulos Simangkat-Angkat Silahisabungan : Kajian Semiotika Priska Ulina Setriani Manik; Asriaty R Purba; Jekmen Sinulingga; Warisman Sinaga; Herlina Herlina
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 2 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ulos Simangkat-angkat merupakan salah satu ulos Silahisabungan. Ulos yang berasal dari Silahisabungan ini memiliki motif yang tergabung dari motif ulos yang dimiliki oleh etnik Batak Toba. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk motif, fungsi motif, dan makna yang terdapat pada Ulos Simangkat-angkat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotika yang dikemukakan oleh Charles Sanders Peirce. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk yang terdapat pada Ulos Simangkat-angkat persegi panjang dengan ukuran panjang 250 sentimeter dan lebar 80 sentimeter dengan warna dasar biasanya adalah hitam. Warna hitam ini sering dihiasi dengan motif-motif berwarna merah dan putih, serta kadang-kadang menggunakan benang emas atau perak untuk menambah keindahan dan nilai simbolisnya. Fungsi yang terdapat pada Ulos Simangkat-angkat, yaitu: (1) fungsi sebagai simbol status sosial, seperti menandakan status, kedudukan dan kekuasaan seseorang dalam adat Batak.(2) fungsi digunakan sebagai pemberian dalam upacara adat untuk menandakan rasa hormat, penghargaan dan kedekatan antara keluarga. (3) fungsi perlindungan dan kesejahteraan yang berfungsi sebagai pelindung dan pembawa keberuntungan dalam adat Batak. (4) Fungsi yang digunakan untuk penghormatan kepada tetua (5) fungsi sebagai penguatan identitas budaya. Makna yang terdapat pada Ulos Simangkat-angkat, yaitu: (1) berdasarkan warna yang melambangkan kekuatan, keteguhan, dan ketegasan. Dalam konteks adat Batak, warna ini bisa melambangkan kesakralan dan penghormatan terhadap leluhur. (2) berdasarkan motif, memiliki motif yang terdiri dari garis-garis putus putus berbentuk vertikal yang memiliki makna berhubungan dengan identitas klan (marga) dan status sosial dalam masyarakat Batak dan digunakan untuk menunjukkan hubungan keluarga dan sejarah.