Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

BEDAWANG NALA: SIMBOL PENOPANG SEMESTA DAN REFLEKSI KESADARAN LINGKUNGAN DALAM MASYARAKAT BALI Putra, Ida Bagus Hari Kayana; Widyastuti, Ida Ayu Gede Sasrani; Utamia, Dewa Gede Satya Adi Maha
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 4 (2024): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bedawang Nala, dalam kosmologi Hindu Bali, melambangkan kekuatan kosmis yang menopang keseimbangan alam semesta. Dalam konteks masyarakat Bali yang berada di jalur tektonik aktif, mitos Bedawang Nala memainkan peran penting sebagai simbol kesadaran lingkungan dan harmoni kosmik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji simbolisme Bedawang Nala sebagai refleksi kesadaran ekologis masyarakat Bali serta mengeksplorasi relevansinya dalam pelestarian lingkungan. Menggunakan metode kualitatif deskriptif, data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan tokoh agama, seniman, dan pakar budaya, serta observasi lapangan di situs-situs yang menampilkan simbol Bedawang Nala. Studi literatur juga dilakukan untuk mendalami makna filosofis dan kosmologis simbol ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bedawang Nala dan tiga naga kosmik (Ananta, Basuki, dan Taksaka) yang mewakili elemen tanah, air, dan udara bukan hanya ornamen sakral, tetapi juga instrumen penyadaran ekologi. Dalam konteks krisis ekologi global, Bedawang Nala menawarkan perspektif etika lingkungan yang dapat diimplementasikan dalam pendidikan dan pelestarian budaya. Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan bahwa kearifan lokal seperti mitos Bedawang Nala memiliki potensi besar dalam mendukung upaya pelestarian lingkungan melalui seni, arsitektur, dan praktik budaya berbasis nilai ekologis.
REPRESENTASI SUARA SUNARI SEBAGAI SUMBER PENCIPTAAN TARI REJANG SWARA SUNARI Widyastuti, Ida Ayu Gede Sasrani
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 4 (2024): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini mengkaji representasi suara sunari sebagai sumber penciptaan Tari Rejang Swara Sunari, sebuah inovasi dalam seni tari Bali yang mengintegrasikan suara tradisional Bali, yaitu sunari, ke dalam gerakan tari. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami peran dan makna suara sunari dalam membentuk koreografi dan ekspresi spiritual dalam tarian tersebut. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif-analitis, melibatkan studi pustaka, observasi partisipatif, dan wawancara untuk mengumpulkan data tentang hubungan antara suara sunari, gerakan tari, dan dimensi spiritual dalam tarian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suara sunari, dengan karakteristik lembut dan mendayu, tidak hanya menjadi pengiring musik, tetapi juga sebagai elemen utama yang menentukan pola gerak dan ekspresi emosional penari. Kolaborasi antara koreografer, penari, dan musisi dalam menciptakan gerakan yang responsif terhadap suara sunari menghasilkan harmoni antara tubuh dan suara, yang memperkaya pengalaman emosional dan spiritual dalam pertunjukan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa Tari Rejang Swara Sunari menciptakan pengalaman seni yang holistik dengan menghubungkan dimensi material dan spiritual, serta memperkuat dialog antara tubuh, suara, dan spiritualitas dalam tradisi Bali.
Community Empowerment of Tanjung Benoa Village Bali Through Collaborative Workshop of Kamala Madya Dance Ruspawati, Ida Ayu Wimba; Widyastuti, Ida Ayu Gede Sasrani
International Journal of Multidisciplinary Sciences Vol. 3 No. 2 (2025)
Publisher : Jayapangus Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37329/ijms.v3i2.3934

Abstract

The background of this study lies in the partner's need for additional dance materials to diversify tourist performances and enrich the artistic offerings of their community-run studio. The objective is to analyze the collaborative process between the choreographer (researcher) and the local art studio, Sanggar Sekar Segara Madu, in developing an original dance performance. This research aims to empower the art community in Tanjung Benoa Village through the collaborative creation of the Kamala Madya dance. A qualitative method was employed, using reflective narrative techniques and in-depth interviews with dancers and facilitators to gather data. The results show that the collaboration successfully produced the Kamala Madya dance, which is artistically valuable and culturally grounded in Hindu philosophical principles. The choreographer and composer translated creative concepts into choreography and music, while the partners contributed by designing costumes and mobilizing local dancer talent. This collaborative effort has positively impacted the local community by fostering cultural expression, strengthening local identity, and enhancing the studio’s repertoire. In conclusion, this study demonstrates how participatory choreography can be a powerful tool for community empowerment, with implications for sustaining local cultural industries and encouraging further research into collaborative arts practices and their role in preserving cultural heritage.
BEDAWANG NALA: ARTISTIC INSPIRATION FOR A FICTION FILM TO STRENGTHEN ENVIRONMENTAL EDUCATION AWARENESS Putra, Ida Bagus Hari Kayana; Peradantha, Ida Bagus Gede Surya; Widyastuti, Ida Ayu Gede Sasrani
Lekesan: Interdisciplinary Journal of Asia Pacific Arts Vol. 7 No. 2 (2024)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/lksn.v7i2.3033

Abstract

This research explores the philosophical and symbolic value of Bedawang Nala in Balinese architectural art and the development of its narrative in fiction films based on Hindu mythology. Bedawang Nala, depicted as a giant fire-haired turtle with dragons Anantabhoga and Basuki, reflects cosmic balance and natural harmony in Tri Hita Karana. This qualitative research uses an interdisciplinary perspective involving the views of cultural studies and the creativity of film art creation. Data was obtained through in-depth interviews to explore the meaning and connection of the Bedawang Nala concept with environmental themes, audiovisual observations of traditional Balinese architecture, and literature studies on Bedawang Nala and ecological issues. Data were analyzed using interview transcript interpretation techniques to identify main themes related to the philosophical and symbolic values of Bedawang Nala, audiovisual analysis, and literature synthesis that connects findings from interviews and observations with current discussions about ecological education. The findings show that the Bedawang Nala mythology is not just an aesthetic ornament but has an educational value relevant to contemporary environmental issues. The development of this mythology-based film narrative can be an effective academic and cultural reflection tool, strengthening ecological awareness in society. This research suggests making and evaluating films based on Bedawang Nala and exploring other local mythologies to increase the educational impact and environmental awareness through film media.
SISTEM PEWARISAN DAN PERSEBARAN TARI REJANG DEWA KARYA SUASTI WIJAYA MENUJU TARI MONUMENTAL Kandiraras, Tudhy Putri Apyutea; Widyastuti, Ida Ayu Gede Sasrani; Saptono, Saptono
Joged Vol 24, No 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v24i1.15205

Abstract

RINGKASANTari di Bali bukan hanya sekedar pertunjukan pariwisata namun menjadi budaya, karena dilakukan hampir pada setiap rangkaian kehidupan masyarakat Bali. Melalui budaya terbentuk cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Berbagai seni timbul karena kemampuan manusia untuk menggali pandangan yang tajam dari pengalaman hidupnya. Proses kreatif tersebut merupakan suatu tangkapan inderawi, perasaan apa yang dirasakan, eksplorasi pengamatan dan perasaan, hubungan imajinatif dari pengalaman yang tersimpan, yang akhirnya kemudian membentuk suatu kebudayaan yang melekat pada keseharian masyarakatnya. Tari Rejang Dewa merupakan tari wali yang hingga sekarang terus diwariskan pada generasi muda. Keberadaaan tari ini tidak pernah lekang oleh waktu, dan terus dipelajari oleh semua kalangan, sehingga tari Rejang Dewa dapat dikatakan sebagai tari monumental.ABSTRACT Dance in Bali is not just a tourism show but becomes a local culture, because it is performed in almost every series of Balinese people's lives. Through culture, a way of life is formed that develops and is owned by a person or group of people and is passed down from generation to generation. Various arts arise because of the ability of humans to explore the sharp insights of their life experiences. The creative process is a sensory capture, a feeling of what is felt, an exploration of observations and feelings, an imaginative relationship of stored experiences, which ultimately thenforms a culture that is attached to the daily life of its people. Rejang Dewa dance is a guardian dance which until now continues to be passed down to the younger generation. The existence of this dance has never been timeless, and continues to be studied by all groups. So that Rejang Dewa dance can be said to be a Monumentalism dance.
DISHARMONISASI MANAJEMEN PERTUNJUKAN DALAM KOMUNITAS POLAH SMANSE DI SMA NEGERI 1 SELEMADEG TABANAN Aryanti, Ni Made Dita Maylia; Haryati, Ni Made; Widyastuti, Ida Ayu Gede Sasrani
PENSI : Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni Vol 5 No 1 (2025): Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/pensi.v5i1.5723

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memperbaiki disharmonisasi manajemen pertunjukan yang terjadi dalam Komunitas Polah SMANSE di SMA Negeri 1 Selemadeg, Kabupaten Tabanan yang bergerak khususnya dalam bidang seni tari. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan jenis penelitian field research. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Adapun analisis data dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem manajemen pertunjukan yang baik dilihat dari suatu organisasi seni berskala kecil hingga berpengaruh kepada manajemen seni pertunjukan secara luas. Serta memahami beberapa aspek yang menjadi penyebab kurang efektifnya sistem manajemen pada Komunitas Polah. Temuan dalam penelitian ini menunjukan bahwa kurangnya budaya manajerial pada Komunitas Polah SMANSE yang menyebabkan disharmonisasi dalam perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan pada konteks manajemen pertunjukan. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti menyarankan dapat menerapkan teori manajemen POAC (planning, organization, actuating, controlling) menurut George R. Terry (1975) guna menekan disharmonisasi manajemen pertunjukan melalui kegiatan workshop manajemen pertunjukan. Upaya ini dilakukan untuk dapat memperbaiki sistem pengorganisasian manajemen pertunjukan pada Komunitas Polah SMANSE, serta menunjukan pentingnya sistem manajemen pertunjukan dalam setiap komunitas baik di ruang lingkup kecil maupun besar agar dapat berkembang dengan optimal. Sehingga manajemen pertunjukan ini dapat menjadi acuan pada pengelolaan sistem manajemen seni pertunjukan dan membangun kerjasama tim agar berjalan lebih harmonis.