Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh penambahan serat pisang abaka (Musa textilis) terhadap kekuatan tekan dan workability beton. Penggunaan serat abaka sebagai bahan penguat alami menawarkan potensi yang ramah lingkungan dalam memperbaiki sifat mekanis beton, terutama pada distribusi beban internal dan peningkatan ketahanan terhadap retakan. Penelitian ini menggunakan variasi proporsi serat abaka sebesar 0%, 0,65%, 1,45%, dan 2,45%, dengan uji kekuatan tekan dilakukan pada umur 7 dan 28 hari menggunakan mesin Universal Testing Machine (UTM), serta pengujian workability melalui uji slump. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penambahan serat abaka sebesar 0,65% memberikan hasil yang optimal, dengan peningkatan kekuatan tekan beton yang signifikan. Pada umur 7 hari, beton dengan proporsi 0,65% serat abaka menunjukkan kekuatan tekan 13,01 MPa, lebih tinggi dibandingkan dengan beton normal tanpa serat yang hanya mencapai 12,53 MPa. Sementara itu, pada umur 28 hari, kekuatan tekan beton dengan 0,65% serat meningkat menjadi 18,59 MPa, dibandingkan beton tanpa serat yang hanya mencapai 16,50 MPa. Namun, pada proporsi serat yang lebih tinggi, yaitu 1,45% dan 2,45%, terjadi penurunan kekuatan tekan, masing-masing menjadi 14,54 MPa dan 13,79 MPa pada umur 28 hari. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan serat abaka yang berlebihan dapat menurunkan homogenitas campuran dan mengurangi kekuatan tekan beton. Selain itu, penambahan serat abaka juga memengaruhi workability, yang ditunjukkan oleh penurunan nilai slump. Beton tanpa serat memiliki nilai slump sebesar 9,40 cm, sementara pada proporsi 0,65%, nilai slump turun menjadi 8,20 cm, dan semakin menurun pada proporsi 1,45% dan 2,45%, masing-masing menjadi 7,80 cm dan 7,60 cm. Penurunan slump ini menunjukkan bahwa penambahan serat meningkatkan viskositas campuran beton, membuatnya lebih kaku dan sulit dikerjakan. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa proporsi optimal serat abaka dalam campuran beton adalah 0,65%, di mana kekuatan tekan meningkat secara signifikan tanpa mengorbankan workability secara berlebihan. Proporsi serat yang lebih tinggi cenderung menurunkan kekuatan tekan dan membuat beton lebih sulit untuk diolah, sehingga penambahan serat abaka dalam beton perlu dibatasi untuk mencapai kinerja yang optimal dalam aplikasi praktis.