Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Indonesian Journal of Health Science

Faktor-faktor yang mempengaruhi dismenore primer terhadap kualitas hidup wanita: Tinjauan pustaka Fathiyyah, Nurul; Kwarta, Cityta Putri; Imeldawati, Rakhmalia; Ganisia, Ainun; Kusumawardani, Lentera Afrida
Indonesian Journal of Health Science Vol 4 No 6s (2024): Mewujudkan Indonesia Sehat: Transformasi Sistem Kesehatan di Era Baru
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v4i6s.1277

Abstract

Disminorea merupakan nyeri haid yang menganggu aktifitas fisik wanita, sehingga seringkali saat menstruasi wanita mengalami nyeri sehingga terganggunya aktifitas dan menurunya kualitas hidup, afaktor-faktor yang berisiko terhadap dismenore primer dari berbagai literatur baik yang bersifat ginekologi, patologis sel imun maupun faktor non-medis lainnya sebagai bahan pembelajaran wanita khususnya wanita remaja untuk peningkatan kualitas hidup dengan memperbaiki faktor-faktor yang berisiko tinggi terhadap kejadian dismenorea. Tulisan ini akan membahas tentang faktor-faktor penyebab terjadinya dismenore primer berdasarkan tinjauan pustaka/literatur review. Kami menggunakan data dari beberapa referensi jurnal tinjauan sistematik, baru, dan beberapa teori dari situs yang terindeks seperti Pubmed, Scopus, Research gate, Ajog, NCBI dan lain-lain dengan menggunakan kata kunci “dismenore primer“atau nyeri haid wanita”. Peneliti menentukan batas maksimal publikasi artikel penelitian dalam 7 tahun terakhir yaitu dari 2018-2024. Hasil yang ditemukan faktor faktor yang berisiko terjadi disminore secara umum yaitu usia awal menstruasi. siklus mentsruasi, riwayat keluarga, tidak olahraga, kurang tidur, stres, cemas, dpresi, pola gaya hidup yang tidak baik, seperti konsumsi makan makanan junkfood, kurang protein, tinggi makanan berlemak, berakohol. Eksplorasi dismenore berkembang sangat pesat diharapkan dapat mengoptimalkan metode yang ada akan memainkan peran penting dalam memahami faktor-faktor yang berisiko terjadi dismenore sehingga dapat mengembangkan terapi terhadap dismenore ini di masa mendatang melalui analisis faktor-faktor penyebab tersebut untuk meningkatkan kualitas hidup wanita. Kata Kunci: disminore, faktor-faktor, kualitas hidup  
Imunitas komunitas dalam dinamika penyebaran sifilis pada remaja: Kajian naratif Kwarta, Cityta Putri; Fathiyyah, Nurul; Imeldawati, Rakhmalia; Ganisia, Ainun; Kusumawardani, Lentera Afrida
Indonesian Journal of Health Science Vol 5 No 1 (2025)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v5i1.1349

Abstract

Sexually Transmitted Infections (STIs), particularly syphilis, are a significant global health issue among adolescents, requiring an understanding of community immunity to manage its transmission. This study aims to analyze the factors influencing the spread of syphilis among adolescents and the role of community immunity in suppressing the infection rate. The research method used is a literature review from various academic databases, including PubMed, Scopus, and Google Scholar, with inclusion criteria for cohort, case-control, and cross-sectional studies, and exclusion criteria for animal and in vitro studies. The research results show that social, cultural, and economic factors play an important role in the spread of syphilis among adolescents. Community immunity in this context is not achieved through vaccination, but rather through collective behavioral changes and effective public health interventions. Community-based approaches involving families, schools, healthcare workers, and community organizations are crucial in building community immunity against syphilis. The active involvement of families and communities in providing sexual education also plays a crucial role in creating an environment that supports the sexual health of adolescents. This research concludes that a holistic and multidisciplinary community-based approach is essential to address the issue of syphilis among adolescents. Prevention and control efforts must involve changes in individual and collective behavior, as well as be supported by strong public health policies and adequate resources. By building strong community immunity, it is hoped that the spread of syphilis among adolescents can be significantly reduced, thereby improving overall public health. Infeksi Menular Seksual (IMS), terutama sifilis, merupakan masalah kesehatan global yang signifikan di kalangan remaja, memerlukan pemahaman tentang imunitas komunitas untuk mengelola penularannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penyebaran sifilis pada remaja dan peran imunitas komunitas dalam menekan laju infeksi. Metode penelitian yang digunakan adalah penelusuran literatur dari berbagai database akademik, termasuk PubMed, Scopus, dan Google Scholar, dengan kriteria inklusi studi kohort, kasus-kontrol, dan cross-sectional, serta kriteria eksklusi studi pada hewan dan in vitro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial, budaya, dan ekonomi memiliki peran penting dalam penyebaran sifilis pada remaja. Imunitas komunitas dalam konteks ini tidak dicapai melalui vaksinasi, melainkan melalui perubahan perilaku kolektif dan intervensi kesehatan masyarakat yang efektif. Pendekatan berbasis komunitas yang melibatkan keluarga, sekolah, tenaga kesehatan, dan organisasi masyarakat, sangat penting dalam membangun imunitas komunitas terhadap sifilis. Keterlibatan aktif keluarga dan komunitas dalam memberikan edukasi seksual juga berperan penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan seksual remaja. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pendekatan berbasis komunitas yang holistik dan multidisiplin sangat diperlukan untuk mengatasi masalah sifilis di kalangan remaja. Upaya pencegahan dan pengendalian harus melibatkan perubahan perilaku individu dan kolektif, serta didukung oleh kebijakan kesehatan masyarakat yang kuat dan sumber daya yang memadai. Dengan membangun imunitas komunitas yang kuat, diharapkan penyebaran sifilis pada remaja dapat ditekan secara signifikan, sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.