Penelitian ini membahas pemaknaan konsep “Ono Niha” sebagai filosofi identitas orang Nias yang merantau ke Kota Salatiga, khususnya dalam komunitas Ikaoni. “Ono Niha”, yang secara harfiah berarti anak manusia atau keturunan manusia, dimaknai tidak hanya sebagai penanda etnis, tetapi sebagai nilai kemanusiaan universal yang mendorong sikap inklusif, solidaritas, dan kehidupan yang harmonis di tengah masyarakat multikultural. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep tersebut dikonstruksi, dimaknai, dan dipraktikkan oleh orang Nias di perantauan dalam membangun hubungan sosial lintas budaya. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan paradigma konstruktivisme, data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan dokumentasi terhadap anggota komunitas Ikaoni di Salatiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang Nias menginternalisasi nilai “Ono Niha” melalui proses interaksi sosial yang memungkinkan mereka menyesuaikan identitas budaya dengan konteks lokal tanpa kehilangan jati diri. Proses adaptasi ini mencerminkan sikap terbuka, toleran, serta kemampuan negosiasi budaya yang tinggi. Konsep “Ono Niha” terbukti berperan sebagai landasan moral dan sosial yang memperkuat integrasi sosial serta menciptakan ruang inklusif bagi keberagaman. Temuan ini diharapkan dapat memperkaya kajian tentang nilai-nilai peran budaya lokal dalam membangun harmoni sosial, serta memberikan kontribusi terhadap pengembangan kebijakan multikulturalisme di Indonesia. Kata kunci: Ono Niha, Inklusivitas, Komunitas Ikaoni, Nias, Salatiga, Multikulturalisme