Barisan dan deret aritmatika merupakan salah satu materi penting dalam kurikulum matematika SMA yang tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga memiliki penerapan praktis dalam kehidpuan sehari-hari, seperti perhitungan bunga tunggal, anuitas, dan proyeksi pertumbuhan penduduk. Namun, dalam praktik pembelajaran, banyak siswa mengalami kesulitan memahami konsep dasar ini sehingga memunculkan berbagai miskonsepsi. Kesalahan yang sering muncul antara lain menyamakan barisan dengan deret, salah subtitusi rumus suku ke-n, keliru menentukan tanda beda (positif atau negatif), serta penggunaan rumus jumlah n suku pertama yang tidak sesuai dengan konteks. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengkaji kesalahan umum dalam memahami barisan dan deret aritmatika. Metode yang digunakan adalah studi literatur dengan menelaah Modul Matematika Umum Kelas XI Barisan dan Deret terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2020) sebagai rujukan utama. Analisis dilakukan dengan cara meninjau defenisi, rumus, contoh soal, serta latihan yang tersedia dalam modul, kemudian mengelompokkan potensi miskonsepsi yang sering dialami siswa. Hasil kajian menunjukkan bahwa miskonsepsi paling banyak terjadi pada tahap dasar, yaitu saat siwa membedakan antara barisan (urutan bilangan) dengan deret (penjumlahan suku-suku), serta dalam penggunaan rumus matematika secara konsisten. Kesalahan dalam menafsirkan soal cerita juga menjadi faktor dominan yang yang memengaruhi rendahnya kemampuan siswa dalam mengaplikasikan konsep aritmatika pada permasalahan nyata. Dengan demikian, pemahaman yang benar mengenai konsep dasar dan latihan intensif dalam soal kontekstual sangat diperlukan untuk meminimalisir miskonsepsi.