Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Holistik Jurnal Kesehatan

Kebiasaan sarapan pagi dan konsumsi kopi terhadap risiko gejala gastritis Andriani, Estiningsih Ayu; Hikmawati, Isna; Handayani, Diyah Yulistika; Riyaningrum, Wahyu
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 11 (2025): Volume 18 Nomor 11
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i11.544

Abstract

Background: Gastritis is an inflammation of the gastric mucosa. According to WHO, the prevalence of gastritis in adolescents is 76% and the rest are elderly 23%. Causes of gastritis such as breakfast, caffeine, alcohol. Breakfast is the best energy supply for the brain to concentrate on learning. Purpose: To determine breakfast habits and coffee consumption patterns on the risk of gastritis. Method: The design of this study is descriptive analytical with a cross-sectional approach. The population of this study were students of the Faculty of Health Sciences, Muhammadiyah University of Purwokerto. The sampling technique used was purposive sampling with a categorical descriptive formula, the number of samples was 92 respondents. The research instrument used a questionnaire and data analysis used the chi square test. Results: The most residence is boarding house (77.2%), sometimes breakfast (61.9%), coffee consumption 1-2 cups/day (98%). There is a significant relationship between breakfast habits and coffee consumption on the risk of gastritis in students (p=0.001). Conclusion: There is a relationship between breakfast habits and coffee consumption patterns on the risk of gastritis in students. Suggestion: Respondents are expected to have breakfast regularly and reduce coffee consumption to prevent the risk of gastritis symptoms.   Keywords: Coffee; Breakfast; Gastritis; Students.   Pendahuluan: Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung. Menurut WHO prevalensi gastritis pada remaja sebanyak 76% dan sisanya adalah lansia 23%. Penyebab gastritis seperti sarapan, kafein, alkohol. Sarapan pagi merupakan pasokan energi untuk otak yang paling baik agar dapat berkonsentrasi dalam belajar. Tujuan: Untuk mengetahui kebiasaan sarapan pagi dan pola konsumsi kopi terhadap risiko kejadian gastritis. Metode: Desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.  Populasi dari penelitian ini mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Teknik sampling yang digunakan purposive sampling dengan rumus deskriptif kategorik, jumlah sampel sebanyak 92 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan uji chi square. Hasil: Tempat tinggal terbanyak kos (77.2%), kadang-kadang sarapan pagi (61.9%), konsumsi kopi 1-2 cangkir/ hari (98%). Ada hubungan signifikan antara kebiasaan sarapan dan konsumsi kopi terhadap risiko kejadian gastritis pada mahasiswa (p=0.001). Simpulan: Terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dan pola konsumsi kopi terhadap risiko kejadian gastritis pada mahasiswa. Saran: Diharapkan responden rutin sarapan pagi dan mengurangi konsumsi minum kopi untuk mencegah risiko gejala gastritis.   Kata Kunci: Gastritis; Kopi; Mahasiswa; Sarapan.
Hubungan antara kualitas tidur dengan kesejahteraan psikologis pada keluarga dengan lansia Saputri, Dea Sefi; Amelia, Vivi Leona; Riyaningrum, Wahyu; Angelia, Nunik
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 5 (2025): Volume 19 Nomor 5
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i5.556

Abstract

Background: The aging process in older adults results in physiological decline, increasing their dependence on family support. In addition to physiological decline, older adults often experience cognitive impairment, including dementia, a chronic or progressive syndrome that causes cognitive decline, affecting memory, thinking, orientation, comprehension, calculation, learning capacity, language, and judgment. One impact that families can experience when caring for older adults with a high care burden is a decline in the caregiver's sleep quality. Purpose: To determine the relationship between sleep quality and psychological well-being in families with older adults. Method: This quantitative study used a cross-sectional approach. The population was 19,934 families with older adults in Cilongok District. The sample size was calculated using the Slovin formula with a 5% margin of error (0.05), and a purposive sampling technique resulted in a sample of 392 respondents. The measurement instruments used were the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), the Ryff Psychological Well-Being Scale (RPWB), and the Mini-Mental State Examination (MMSE). Data were analyzed using the Spearman test. Results: Dementia data showed the mean age of elderly care recipients was 71.90 years with a standard deviation of ±6.91. The majority of elderly patients suffered from hypertension and moderate dementia. Analysis revealed marital status (p=0.038), sources of health information (p=<0.001), elderly health problems (p<0.001), subjective sleep quality dimensions (p=0.003), sleep latency (p=0.014), and total PSQI score (0.025). Conclusion: Sleep quality is positively correlated with psychological well-being. The better the sleep quality, the higher the psychological well-being score. Suggestion: Future researchers can combine data collection through questionnaires and in-depth interviews to further explore psychological well-being and sleep quality in elderly patients.    Keywords: Caregivers; Elderly; Psychological Well-Being; Sleep Quality.    Pendahuluan: Proses penuaan pada lansia mengakibatkan penurunan fisiologis yang meningkatkan ketergantungan lansia pada keluarga untuk membantunya. Selain penurunan fisiologis, fungsi kognitif juga sering dialami oleh lansia yaitu demensia, salah satu sindrom bersifat kronis atau progresif yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif, sehingga memengaruhi memori, pemikiran, orientasi, pemahaman, perhitungan, kapasitas belajar, bahasa dan penilaian. Salah satu dampak yang dapat dirasakan keluarga ketika merawat lansia dengan kondisi beban perawatan yang tinggi adalah dapat menurunkan tingkat kualitas tidur caregiver. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan kesejahteraan psikologis pada keluarga dengan lansia. Metode: Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga dengan lansia di Kecamatan Cilongok yang berjumlah 19,934 jiwa. Sampel dihitung dengan rumus Slovin dengan margin of error 5% (0.05) dan dengan teknik purposive sampling mendapatkan sampel sebanyak 392 responden. Instrumen pengukuran yang digunakan yaitu Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Ryff's Psychological Well-Being Scale (RPWB), dan Mini Mental State Exam (MMSE). Selanjutnya data dianalisis menggunakan Uji Spearman. Hasil: Data demensia menunjukkan usia rata-rata lansia yang dirawat adalah 71.90 tahun dengan standar deviasi ±6.91. Sebagian besar gangguan kesehatan yang dimiliki lansia adalah hipertensi dan mengalami tingkat demensia dalam kategori sedang. Hasil analisis didapatkan status perkawinan (p=0.038), sumber informasi kesehatan (p=<0.001), gangguan kesehatan lansia (p<0.001), dimensi kualitas tidur subjektif (p=0.003), latensi tidur (p=0.014), dan total skor PSQI (0.025). Simpulan: Kualitas tidur berkorelasi positif terhadap kesejahteraan psikologi. Semakin baik kualitas tidur yang dimiliki, akan semakin tinggi nilai kesejahteraan psikologis seseorang. Saran: Peneliti selanjutnya dapat mengombinasikan pengambilan data melalui kuesioner dan wawancara mendalam untuk memungkinkan menggali lebih dalam kondisi kesejahteraan psikologis dan kualitas tidur pada lansia.   Kata Kunci: Kesejahteraan Psikologis; Kualitas Tidur; Lansia; Pengasuh.