cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
JURNAL KERTHA WICAKSANA
Published by Universitas Warmadewa
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Sebagai salah satu upaya meningkatkan budaya meneliti dan menulis di kalangan akademisi serta ptaktisi hukum, maka diawal tahun 2017 majalah Ilmu Hukum Kertha wicaksana Fakultas Hukum Universitas Warmadewa terbit dalam edisi Volume 21 Nomor l Januari Tahun 2017. Penerbitan Volume 21 Nomor 1 Januari 2017 kali ini menghadirkan 9 (sembilan) artikel dari berbagai kajian ilmu hukum. Diawali dengan tulisan I Made Minggu Widyantara yang mengkaji tentang Kesengajaan Dan Kealpaan (Suatu Tinjauan dari Sudut Perbandingan Hukum Pidana Indonesia Dengan Hukum Pidana Asing. Ni Komang Ratih Kumala Dewi mengulas tentang Perlindungan Hukum Terhadap Dokter Dalam Pelaksanaan Hukuman Kebiri Terhadap Terpidana Kejahatan Seksual Pada Anak. I Made Agus Mahendra Iswara membahas tentang Ajaran Hindu Dalam Perkembangan Hukum Pidana Indonesia. A.A. Ngurah Oka Yudistira Darmadi menguraikan tentang Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Korupsi di Indonesia. Made Aripta Wibawa menjabarkan tentang Hukum Komunikasi Dalam Perspektif Hindu (Satyam Vada Dharma Cara). Penulis selanjutnya Ni Wayan Umi Matina dan I Made Arjaya memaparkan tentang Peranan Kurator Dalam Kepailitan Terhadap Nasabah Bank. I Nyoman Prabu Buana Rumiartha menguraikan tentang Era Masyarakat Ekonomi ASEAN Pada Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual. I Wayan Wahyu Wira Udytama menjabarkan tentang Perbedaan Leasing Dengan Sewa Beli Dalam Konsep Hukum Keperdataan di Indonesia dan A.A Sagung Ngurah Indradewi memaparkan tentang Akibat Hukum Terhadap Jaminan Kredit yang Hilang Atau Rusak. Semoga artikel yang kami hadirkan dalam Volume/Edisi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca. Selamat membaca Dewan Penyunting
Arjuna Subject : -
Articles 147 Documents
HUKUM KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF HINDU (SATHYAM VADA DHARMA CARA) WIBAWA, MADE ARIPTA
JURNAL KERTHA WICAKSANA Vol 21, No 1 (2017): MAJALAH ILMU HUKUM KERTHA WICAKSANA
Publisher : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WARMADEWA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Telah disebutkan dengan jelas di dalam Weda bahwa posisi dan cara berkomunikasi di ruang publik perdebatannya kemungkinan menimbulkan kebuntuan atau bahkan sampai terjadi perdebatan yang terlalu sengit. Karena perdebatan itu tidak memiliki nuansa semangat persaudaraan dan pengetahuan dimana perdebatan itu semestinya berpegang pada sistem dan moralitas. Kebuntuan terjadi dalam komunikasi karena kesalahpahaman dan menurut teologi Hindu, karena perbedaan tingkat kesadaran. Komunikasi adalah akar penyebab yang dapat diperdebatkan. Komonikasi semestinya berpegang pada sathyam vada dharma cara Kata kunci : Kebuntuan, Komunikasi, Teologi Hindu ABSTRACT Veda expressed as clearly and the way to communacate in public areas is possible o happened dead lock till too noisy debate. Because, debate has no spirit atmosphere friendly and the knowledge sould be handed with system and morality. Communication happened dead lock caused by misunderstanding and according to Hindu teology, fundamentally diferrent from conscious level. Commonacation is a root caused and debatable. Finally, communication handed with Sathya vada dharma cara. Keywords : Communication Dead Look, Hindu Teology
KEDUDUKAN DAN FUNGSI (BPOM) DALAM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP MAKANAN YANG MENGANDUNG BAHAN YANG BERBAHAYA ADYATMAN AP, I MADE INDRA
JURNAL KERTHA WICAKSANA Vol 1, No 3 (2017): YUDISIUM 57
Publisher : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WARMADEWA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT Consumer protection is an important effort undertaken to ensure legal certainty in providing protection to consumers ", then issued a legislation that is Law no. 8 of 1999 on the Consumer Protection Act (UUPK). Consumer protection is essential where every food and beverage to be distributed must meet standardization and food safety especially health requirements. The problem discussed is first, how the position and function (BPOM) to protect consumers from foods containing hazardous materials? Second, how can the legal efforts that can be done by consumers due to losses in the use of foods containing harmful substances? The authors obtain materials on the issues discussed, the author conducts Library Research (Library Research) is to obtain materials through reading sources or written materials as data that is theoretical scientific or secondary data. The author also conducts normative research, namely legal research that examines written law from various aspects, namely aspects of theory, history, philosophy, comparison, structure, composition, scope and material, consistency of general explanation and article by section, formalities and provisions binding a law Invite, as well as legal subject used. The function and role of BPOM in protecting consumers against foods containing harmful substances where BPOM function is to provide certainty of protection to consumers of production. The circumstances that cause these losses often cornering the consumer, causing the disputes or problems between consumers and business actors, to resolve the dispute the consumer may sue the business actor through an agency in charge of resolving disputes between consumers and business actors or through the courts located in the general judicial environment. Keywords: BPOM, Consumer Protection, Hazardous Substance
PERAN SIDIK JARI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA STUDI KASUS (POLRESTA DENPASAR) ARYAWAN, I GEDE DODY
JURNAL KERTHA WICAKSANA Vol 1, No 4 (2017): YUDISIUM 57
Publisher : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WARMADEWA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research uses juridical normative method through primary data. The data derived from the literature, scientific papers and applicable legislation. Data analysis using descriptive analysis . The police in exposing the crime of murder, to find who the perpetrators, the police make fingerprints as one of the evidence for Reveal or search for who the perpetrators. Because fingerprints are the main evidence in uncovering criminal offenses. In the fingerprinting at the crime scene (crime scene) the police did not rule out the possibility of experiencing obstacles in place incident case (TKP), but the police can overcome the constraints factor, including adding infrastructure facilities and supporting infrastructure the process of fingerprint execution, attention to improving police performance in identifying. Fingerprint identification known as dactyloscopy is the science of studying fingerprint by observing the line contained in the stroke Toes and hands. This study aims to know clearly about how the implementation of fingerprints in the crime of premeditated murder in Denpasar Police. The conclusion is obtained that, in the world no human being has the same fingerprint so that the police will never be fooled by fingerprint Keywords: Investigation, Assassination, Fingerprint
PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA SARI, RAINELDIS FATMA
JURNAL KERTHA WICAKSANA Vol 1, No 2 (2017): YUDISIUM 57
Publisher : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WARMADEWA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAC The channeling of credit to society represents the effort the real crux of a bank in running its function as financial institution. Made of Acts No. 42 Year 1999 about Guarantee of Fiduciary this is meant to assist business activity and to give rule of law to the parties which is have importance, especially in the world of banking. Problems to check in this research is: execution of agreement of credit with guarantee of fiduciary in practice in Head Office of PT Local Development Bank East Nusa Tenggara branch Labuan Bajo and the solution for breach of contract. Approach methods the used is approach of empirical yuridis. Sources of legal materials used are primary data source in the form of interviews and observations, secondary data sources such as books and legislation. Data analysis in this research is done by holding a legal argument on inductive logic. The provision of credit by bank with guarantee of fiduciary accomplished the precautionary principle. Important factors that need to be considered to reduce the risk is confidence in the capability and capacity of debtor to repay their debt in accordance with agreement. In terms of breach of contract preventive efforts undertaken by the bank is notice of late payment and give a warning letter and repressive effort is Rescheduling, Reconditioning, Restructuring. The last effort taken is to execute guarantee of fiduciary objects through public auction or underhand sales. Key Words : Agreement Of Credit, Guarantee of Fiduciary, Breach Of Contract.
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) SEBAGAI AKIBAT PELANGGARAN PERJANJIAN KERJA DI BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) CABANG GIANYAR ANANTA, ANAK AGUNG GEDE SURYA
JURNAL KERTHA WICAKSANA Vol 1, No 2 (2017): YUDISIUM 57
Publisher : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WARMADEWA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pekerja sebelum bekerja disuatu perusahaan, terlebih dahulu harus mengadakan perjanjian kerja dulu untuk memperjelas hak dan kewajiban sebagai pekerja sehingga untuk menghindari terjadinya sesuatu dikemudian hari. Dalam suatu perusahaan hendaknya terlebih dahulu mengadakan kesepakatan antara pekerja atau buruh dengan pengusaha atau majikan, sebelum memutuskan untuk melakukan kerjasama. Di dalam suatu perusahaan kesepakatan antara perusahaan dan pekerja sering disebut dengan hubungan kerja baik tertulis maupun lisan. Dalam perjanjian kerja diletakkan segala hak dan kewajiban secara timbal balik antara pengusaha dan pekerja. Dengan demikian antara kedua belah pihak dalam melaksanakan hubungan kerja telah terikat pada apa yang mereka sepakati dalam perjanjian kerja maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang akan dibahas sebagai berikut : 1. Apakah pelanggaran ketentuan perjanjian kerja dapat dijadikan alasan untuk mem-PHK pekerja/buruh? 2. Bagaimana perlindungan terhadap tenaga kerja dalam hal tenaga kerja melanggar perjanjian kerja waktu tidak tetap (PKWTT)? Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yang bersifat yuridis empiris yaitu suatu pendekatan dengan peraturan hukum yang berlaku kemudian dikaitkan dengan bagaimana penerapannya di masyarakat. Untuk menjawab permasalahan, maka bahan hukum digali dari beberapa sumber antara lain : 1. Bahan Hukum Primer Bahan-bahan hukum yang digunakan sifatnya mengikat yang berpusat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi : Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan serta peraturan perundangan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan diatas 2. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan-bahan hukum primer yaitu terutama yang digunakan dari pendapat ahli hukum, hasil penelitian hukum, hasil ilmiah dari kalangan hukum. Bahan hukum dikumpulkan dengan menggunakan sistem kartu, kemudian bahan hukum yang diperoleh tersebut dibaca dan dicatat serta diteliti dari beberapa peraturan perundang-undangan, literature dan buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas, kemudian disusun serta dijabarkan dalam bentuk karya ilmiah. Setelah semua data terkumpul, baik data lapangan maupun data pustaka kemudian diklafikasikan secara kualitatif yaitu mengetahui kualitas kebenaran dari data yang diperoleh dan dianalisa berdasarkan teori-teori yang relevan. Dari analisa tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan untuk menjawab permasalahan dan pada akhirnya hasil tersebut disajikan dalam bentuk proposal secara deskriptif analisis. Dalam hal terjadinya PHK, maka pengusaha harus bertanggung jawab atas para pekerja/buruh yang telah di PHK. Dalam hal PHK akibat pelanggaran perjanjian kerja, maka tanggung jawab perusahaan adalah memberikan hak-hak dari pekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam perjanjian kerja dan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam hal terjadinya PHK, maka sering kali menemukan kendala-kendala yang timbul antara pekerja/buruh dengan majikan. Dan salah satu kendala yang dapat ditemui adalah mengenai nasib dan penetapan hak pekerja/buruh tersebut. Apabila suatu perusahaan melakukan PHK maka pengusaha diwajibkan untuk membayar pesangon dan uang penghargaan masa kerja serta uang penggantian hak yang seharusnya diterima. kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut: a. Pelanggaran ketentuan perjanjian kerja dapat dijadikan alasan untuk mem-PHK pekerja/buruh karena jika pekerja/buruh telah benar-benar melanggar perjanjian kerja seperti misalnya tidak masuk lebih dari 2 hari tanpa pemberitahuan yang jelas pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) namun kewajiban pengusaha masih tetap ada seperti memberikan pesangon dan hak-hak pekerja lainnya. b. Perlindungan terhadap tenaga kerja dalam hal tenaga kerja melanggar perjanjian kerja, pengusaha masih mempunyai tanggung jawab seperti memberikan hak-hak pekerja/buruh sesuai dengan masa kerja dan isi kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian kerja. Kata kunci : Tenaga Kerja, Pelanggaran Perjanjian Kerja dan PHK
PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA DI KOPERASI SARI PERMATA NIAGA SAPUTRA, I GEDE AGUS EKA
JURNAL KERTHA WICAKSANA Vol 1, No 4 (2017): YUDISIUM 57
Publisher : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WARMADEWA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 sangat mempengaruhi pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional yang diharapkan dapat menciptakan dan menjadikan masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka semakin dirasakan kebutuhan akan tersedianya dana. Salah satu lembaga yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap adalah lembaga perbankan. Usaha keuangan yang dilakukan di samping menyalurkan dana atau memberikan pinjaman (kredit) juga melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan. Dalam pemberian kredit diperlukan adanya jaminan karena jaminan merupakan salah satu syarat untuk dikabulkannya permohonan atas permintaan kredit. Jaminan fidusia merupakan salah satu pasangan accesoir yang mutlak dari perjanjian kredit dan bukan karena dikehendaki saja oleh para pihak. Adapun rumusan masalah yang diangkat adalah Bagaimanakah prosedur permohonan kredit dengan jaminan fidusia pada Koperasi Sari Permata Niaga? dan Bagaimanakah akibat hukumnya jika terjadi wanprestasi pada perjanjian kredit dengan jaminan fidusia pada Koperasi Sari Permata Niaga? Permasalahan yang akan dibahas nantinya akan dikaji berdasarkan sudut pandang normatif, Sesuai dengan penelitian hukum yang digunakan yaitu normatif maka pendekatan masalah yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Hasil penelitian menunjukkan, Prosedur permohonan kredit dengan jaminan fidusia pada Koperasi Sari Permata Niaga antara lain: Tahap Permohonan kredit, tahap pengumpulan data usaha dan peninjauan jaminan, tahap analisis kredit, tahap penyusunan proposal kredit, tahap pengumpulan data pelengkap, tahap pengikatan kredit dan pengikatan jaminan, tahap administrasi pinjaman dan tahap pembukaan fasilitas dan/atau pencairan dana serta Akibat hukumnya jika terjadi wanprestasi pada perjanjian kredit dengan jaminan fidusia pada Koperasi Sari Permata Niaga adalah membayar kerugian yang diderita oleh kreditur (ganti rugi), pembatalan perjanjian, peralihan risiko benda yang dijadikan obyek perjanjian sejak saat tidak dipenuhinya kewajiban menjadi tanggung jawab debitur, dan membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan hakim. Kata kunci : Perjanjian Kredit, Jaminan Fidusia, dan Wanprestasi  
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA OLEH ADVOKAT YANG MERINTANGI PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI MOTE, YOHANES
JURNAL KERTHA WICAKSANA Vol 1, No 1 (2017): YUDISIUM 57
Publisher : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WARMADEWA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Advokat dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai seorang advokat akan menjadi fasilitator dalam mencari kebenaran dan menegakkan keadilan untuk membela hak asasi manusia dan memberikan pembelaan hukum yang bersifat bebas dan mandiri serta tidak memihak, baik di luar maupun di dalam pengadilan. Permasalahannya adalah: bagaimanakah bentuk-bentuk pertang-gungjawaban pidana terhadap advokat yang merintangi proses penyidikan Tindak Pidana Korupsi? Dan bagaimanakah proses penegakan hukum terhadap Advokat yang merintangi proses penyidikan Tindak Pidana Korupsi?. Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan pendekatan permasalahannya dengan perundang-undangan dan konseptual. Dari pembahasan didapat hasil sebagai berikut: bentuk-bentuk pertanggungjawaban pidana terhadap advokat yang merintangi proses penyidikan Tindak Pidana Korupsi yaitu dapat dikenakan pasal 21 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Proses penegakan hukum terhadap Advokat yang merintangi proses penyidikan Tindak Pidana Korupsi yaitu berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku. Dalam pelaksanaannya penangkapan dan penindakan terhadap advokat yang merintangi proses penyidikan dan pemeriksaan tindak pidana korupsi juga harus memperhatikan prosedur yang berlaku dan hak imunitas yang dimiliki oleh advokat agar penerapan undang-undang berjalan dengan optimal. Saran yang dapat diajukan adalah terhadap pihak legislatif sebaiknya merevisi pasal 21 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi karena tidak membedakan dengan jelas antara tindak pidana umum dan tindak pidana khusus dan tidak menjelaskan tentang kriteria merintangi proses penyidikan tindak pidana korupsi. Bagi Hakim yang memberi penjatuhan pidana terhadap advokat yang merintangi proses penyidikan tindak pidana korupsi sebaiknya lebih mempertimbangkan putusannya karena advokat tidak terlibat langsung dalam kasus korupsi. Untuk pihak Kejaksaan yang akan melakukan penyidikan terhadap advokat yang merintangi proses penyidikan tindak pidana korupsi seharusnya meminta izin kepada Dewan Kehormatan Organisasi Advokat untuk melakukan penangkapan dan penahanan terhadap advokat . Kata Kunci: pertanggungjawaban pidana, advokat, proses penyidikan
KAJIAN YURIDIS TERHADAP SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS YADNYAWATI, PUTU DESI
JURNAL KERTHA WICAKSANA Vol 1, No 5 (2017): YUDISIUM 57
Publisher : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WARMADEWA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In order to maintain the sustainability of economic and trade development in any country, especially in Indonesia, there is a considerable amount of funding available, in which the funds are obtained from credit activities, one of which is allocated through banks. Therefore, it is necessary to stipulate the existence of adequate guarantee in providing protection and legal certainty for the creditors and credit recipients into a balanced regulation, which in this case is specifically regulated in Law No. 4 of 1996 on Mortgage Rights. The Mortgage Institution currently enforced is the Deposit Rights on Land and Land Related Materials. So the question arises How Function and Legal Strength of Power of Attorney Load Mortgage Rights to the Beneficiary and Is prohibition Power of natural substitution of making Power of Attorer Charges Dependency is burdensome for the giver or holder of Mortgage Rights. Based on the above provisions, the writer makes in a scientific paper entitled "Judicial Review on Power of Attorney Charging Deposit Rights Based on the Notary Position Law". And can be concluded SKMHT serves as a tool to overcome if the giver of dependents can not be present before the PPAT, which must be made by notarial deed or PPAT deed (Article 15 paragraph (1) UUHT). Furthermore the Power of Attorney to Burden Deposit is regulated in UUHT no. 4 of 1996 in Article 1 and Article 15. Regarding the deadline for the use of Power of Attorney to Burden Dependent Rights is regulated in Article 15 paragraph (3) and paragraph (4) of Law Number 4 Year 1996. Keywords: Juridical Study, Power of Attorney, Mortgage Rights, Notary Position Law
SANKSI PIDANA BAGI PELAKU PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA JAYANTARA, I GEDE KUSUMA
JURNAL KERTHA WICAKSANA Vol 1, No 1 (2017): YUDISIUM 57
Publisher : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WARMADEWA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT Narcotics abuse from year to year is always increasing, not only among adults but also among teenagers and children. The cause of this abuse consists of two factors: internal and external factors. According to data from the National Narcotics Agency (BNN), the turnover of drugs in 1 (one) year in Indonesia is estimated to reach Rp. 20 trillion. Given this, there is a problem formulation (1) How is the regulation of criminal sanctions against narcotics misuse? (2) How is the application of criminal sanctions against narcotics abuse? To solve the problem formulation is done by normative research method, source of secondary law material, method of collecting legal material using document study, and analysis of legal material by using legal argumentation. The results of this study that the regulation of sanctions against narcotics abuse is regulated in Law Number 35 Year 2009 on Narcotics Article 111 up to Article 148. Criminal sanctions against narcotics abuse in the form of imprisonment and fine penalty. The punishment system against narcotics abusers uses a double track system that implements criminal sanctions and action sanctions at once. Keywords: Criminal Sanctions, Narcotics Abuse.
SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PENCURIAN PRATIMA SURYA PRATAMA, I PUTU YOGA
JURNAL KERTHA WICAKSANA Vol 1, No 3 (2017): YUDISIUM 57
Publisher : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WARMADEWA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Theft is a type of crime and also a social problem of society, which is not only a problem of society in Bali island but also a regional problem. Theft is any one who takes anything, who llyor partly belongs to another person, with the intent to possess unlaw fully, is threat ened with theft, with a maximum imprison mentoffive years or a fine of up to nine hundred rupiah. Pratima is partof a form, image, or likeness that depicts god to show the omni potence of God Almighty, where Pratima it self can also be categorized as a good. As in the case of Pratima theft in 2012 stir the Balinese people. One of them happen edat Penataran Pande Pering alot temple which is located in Karangasem Regency. Criminal sanction simposed by the judge to the perpetrator of this the ftof pratima is subject to the ft criminal sanctions of articles 363 verses 1 to 4e and 53 of the Criminal Code with a demand of 7 years in prison. In the judgment of the criminal act of the theft perpetrators of a sacred object (pratima) in Bali in order to fulfill the sense of justice to the Hindu community, the judges should be able to explore the customary law that is alive and believed by the community and made a law on the theft of sacred objects (pratima) in Bali, In order to pass judgment, the judge has a legal basis. The judge's consideration in imposing criminal sanctions on the perpetrators of pratima theft is based one vidence that can be presented in the court. The eviden cepresented in the trial must be mutually related to each other. It is intended that the Judge can prove that the defendant committed the criminal act because if the evidence presented in the hearing is not related to the case attrial, it can cause uncertainty on the judge's judgment in imposing a criminal verdict. Keywords : Theft, pratima, criminal law

Page 10 of 15 | Total Record : 147