cover
Contact Name
Ilham
Contact Email
Ilham.fishaholic@gmail.com
Phone
+6221-64700928
Journal Mail Official
jra.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
Gedung Balibang KP II, Lantai 2 Jl. Pasir Putih II, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430
Location
Kab. jembrana,
Bali
INDONESIA
Jurnal Riset Akuakultur
ISSN : 19076754     EISSN : 25026534     DOI : http://doi.org/10.15578/JRA
Core Subject : Agriculture, Social,
Jurnal Riset Akuakultur as source of information in the form of the results of research and scientific review (review) in the field of various aquaculture disciplines include genetics and reproduction, biotechnology, nutrition and feed, fish health and the environment, and land resources in aquaculture
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 17, No 2 (2022): (Juni) 2022" : 6 Documents clear
KESESUAIAN EKOLOGI BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) PADA TAMBAK SEMI INTENSIF DI KECAMATAN GEROKGAK, BALI Sari, Putu Dewi Purnama; Arthana, I Wayan; Julyantoro, Pande Gde Sasmita
Jurnal Riset Akuakultur Vol 17, No 2 (2022): (Juni) 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.17.2.2022.121-132

Abstract

Kecamatan Gerokgak menjadi salah satu pusat perikanan budidaya, khususnya budidaya udang vaname. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan parameter kesesuaian ekologi pada kegiatan budidaya udang vaname di Kecamatan Gerokgak, Bali. Penelitian dilaksanakan di enam petak tambak yang berada di tiga desa, yaitu Desa Gerokgak, Patas, dan Sanggalangit mulai bulan Oktober 2021 hingga Januari 2022. Parameter ekologi yang diamati adalah suhu, pH, salinitas, oksigen terlarut, kecerahan, alkalinitas, amonia, bahan organik total, nitrat, nitrit, fosfat, kelimpahan plankton, bakteri heterotrofik, dan Vibrio. Data dianalisis menggunakan matriks kesesuaian dan dihitung indeks kesesuaiannya. Hasil penelitian menunjukkan suhu pagi sebesar 24,0-26,8°C; suhu sore 27,0-30,4°C; pH 7,3-8,1; salinitas 6-33 ppt; oksigen terlarut 7,7-7,9 mg L-1; kecerahan 38,5-44,6 cm; alkalinitas 205,9-212,6 mg L-1; amonia 0,28-0,48 mg L-1; bahan organik total 30-33 mg L-1; nitrat 0,2-0,3 mg L-1; nitrit 0,01-0,02 mg L-1; fosfat 0,53-0,66 mg L-1; kelimpahan plankton 117.909-200.764 ind L-1; bakteri heterotrofik 1,8x105-2,4x105 CFU mL-1; dan Vibrio sebesar 2.776-3.620 CFU mL-1. Semua tambak menunjukkan tingkat sangat sesuai untuk budidaya udang vaname. Nilai indeks kesesuaian tertinggi terdapat pada petak Desa Sanggalangit 2 (95,9%), diikuti oleh Desa Sanggalangit 1 dan Desa Patas 1 (93,8%), sementara nilai Desa Patas 2, Desa Gerokgak 1dan Desa Gerokgak 2 mendapatkan nilai indeks kesesuaian yang terendah (91,8%). Penelitian ini menyimpulkan bahwa seluruh petak yang diamati termasuk dalam tingkat kesesuaian ekologi Sangat Sesuai untuk budidaya udang vaname.Gerokgak area is the primary coastal aquaculture center in North Bali in which whiteleg shrimp farming has grown rapidly in the past decade. This study aimed to determine the ecological suitability of semi intensive whiteleg shrimp farming in the area. The research was carried out in six different ponds in three villages (Gerokgak, Patas, and Sanggalangit Villages) from October 2021 to January 2022. The evaluation parameters consist of temperature, pH, salinity, dissolved oxygen, transparency, alkalinity, ammonia, total organic matter, nitrate, nitrite, phosphate, plankton abundance, heterotroph bacteria count, and Vibrio count. The collected data were arranged into suitability matrix from which the suitability indexes were calculated. The morning temperature was 24.0-26.8°C; afternoon temperature 27.0-30.4°C; pH 7.3-8.1; salinity 26-33 ppt; dissolved oxygen 7.7-7.9 mg L-1; brightness 38.5-44.6 cm; alkalinity 205.9-212.6 mg L-1; ammonia 0.28-0.48 mg L-1; total organic matter 30-33 mg L-1; nitrate 0.2-0.3 mg L-1; nitrite 0.01-0.02 mg L-1; phosphate 0.53-0.66 mg L-1; plankton abundance 117,909-200,764 ind L-1; heterotrophic bacteria 1.8x105-2.4x105 CFU mL-1; and Vibrio 2,776–3,620 CFU mL-1. The highest suitability index value was scored by Sanggalangit Village pond 2 (95.9%), followed by Sanggalangit Village pond 1 and Patas Village pond 1 (93.8%), while Patas Village pond 2, Gerokgak Village pond 1, and Gerokgak Village pond 2 had the lowest suitability index (91.8%). This study concludes that all observed ponds are categorized as highly ecologically suitable for whiteleg shrimp culture.
PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK DAUN KETAPANG (Terminalia catappa) DAN DAUN PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP PENETASAN TELUR DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN CUPANG (Betta splendens) Yuniar, Pira; Subariyanto, Subariyanto; Rivai, Andi Alamsyah
Jurnal Riset Akuakultur Vol 17, No 2 (2022): (Juni) 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.17.2.2022.71-84

Abstract

Kandungan senyawa bioaktif pada daun ketapang (Terminalia catappa) dan daun pisang (Musa paradisiaca) mampu mencegah serangan jamur pada telur ikan. Namun demikian, aplikasi kombinasi kedua bahan tersebut untuk mencegah serangan jamur pada telur ikan cupang (Betta splendens) belum pernah diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman telur ikan cupang dengan kombinasi konsentrasi daun ketapang dan daun pisang yang berbeda terhadap daya tetas telur ikan dan daya hidup benih yang dihasilkan. Penelitian ini berupa eksperimen yang terdiri dari 6 perlakuan dan 3 kali pengulangan. Perlakuan terdiri dari perendaman telur ikan pada: perlakuan kontrol (tanpa ekstrak daun ketapang dan daun pisang), perlakuan A (100% ekstrak daun ketapang konsentrasi 20 mL L-1), perlakuan B (75% ekstrak daun ketapang pada 15 mL L-1 dan 25% daun pisang pada 5 mL L-1), perlakuan C (50% ekstrak daun ketapang pada 10 mL L-1 dan 50% daun pisang pada 10 mL L-1), perlakuan D (25% ekstrak daun ketapang pada 5 mL L-1 dan 75% daun pisang pada 15 mL L-1), dan perlakuan E (100% ekstrak daun pisang konsentrasi 20 mL L-1). Variabel yang diukur pada masing-masing perlakuan adalah daya pembuahan telur, daya tetas, kualitas, dan tingkat kelangsungan hidup benih yang dihasilkan. Parameter kualitas air diukur secara berkala selama penelitian, meliputi suhu, pH, oksigen terlarut, amonia, dan nitrit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman telur dalam konsentrasi ekstrak daun ketapang dan daun pisang yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap semua variabel. Perlakuan terbaik adalah perlakuan B dengan persentase daya pembuahan telur, penetasan telur, dan tingkat kelangsungan hidup benih yang dihasilkan masing-masing adalah 90%, 84%, dan 84,58%. Kombinasi ini dapat dijadikan sebagai dasar informasi dalam meningkatkan budidaya ikan cupang karena adanya kandungan flavonoid dan tanin pada daun ketapang dan daun pisang yang berfungsi dalam meningkatkan pembuahan telur, daya tetas telur dan kelangsungan hidup ikan.The bioactive compounds in ketapang (Terminalia catappa) and banana (Musa paradisiaca) leaves had the ability to prevent fungus infestation on fish eggs. Nevertheless, a combined application of these two ingredients to prevent fungus infestation in betta fish eggs (Betta splendens) has never been studied. This study aimed to determine the effect of soaking betta fish eggs in different combined concentrations of ketapang and banana leaves on the fish egg hatching rate and resulting seed survival rates. This research was set in an experimental trial consisting of six treatments with three replicates. The treatments consisted of soaking the fish egg in: control treatment (without ketapang and banana leaves extracts), treatment A (100% ketapang leaf extract at a concentration of 20 mL L-1), treatment B (75% ketapang leaf extract at 15 mL L-1 and 25% banana leaf extract at 5 mL L-1), treatment C (50% ketapang leaf extract at 10 mL L-1 and 50% banana leaf extract at 10 mL L-1), treatment D (25% ketapang leaf extract at 5 mL L-1 and 75% banana leaf extract at 15 mL L-1), treatment E (100% banana leaf extract at 20 mL L-1). The measured variables in each treatment were egg fertilization rate, hatching rate, and quality, as well as the resulting seed survival rate. Water quality parameters were measured regularly during the study, including temperature, pH, dissolved oxygen, ammonia, and nitrite. The results showed that the immersion of eggs in different concentrations of ketapang and banana leaf extracts had a significant effect (P<0.05) on all variables. The best treatment was treatment B, in which the percentages of egg fertilization, egg hatching, and the produced seed survival rates were 90%, 84%, and 84.58%. This study concludes that the combined use of ketapang and banana leaves extracts successfully increase egg fertilization, egg hatchability and survival rate of betta fish due to the presence of flavonoid and tanin compounds.
PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK CAIR Azolla sp. TERHADAP KEPADATAN SEL Chlorella sp. Taradifa, Shintia; Hasibuan, Saberina; Syafriadiman, Syafriadiman
Jurnal Riset Akuakultur Vol 17, No 2 (2022): (Juni) 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.17.2.2022.85-93

Abstract

Pupuk organik cair (POC) Azolla sp. mengandung nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Chlorella sp. sehingga pupuk ini dapat menggantikan pupuk anorganik yang biasa digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat POC Azolla sp. terhadap kepadatan sel Chlorella sp. dan mengetahui dosis terbaik yang dapat digunakan pada kultur mikroalga ini. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2021 sampai bulan Februari 2022 di Laboratorium Mutu Lingkungan Budidaya, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau. Penelitian.ini.menggunakan Rancangan.Acak.Lengkap (RAL) satu faktor.dengan empat.perlakuan dan tiga.kali.ulangan. Perlakukan yang ditetapkan yaitu menggunakan media walne pada P0 (1 mL L-1 sebagai kontrol), menggunakan POC Azolla sp. pada P1 (10 mL L-1), P2 (12 mL L-1), dan P3 (14 mL L-1). Hasil.penelitian menunjukkan bahwa ada manfaat dari POC Azolla sp. terhadap kepadatan sel Chlorella sp. dan perlakuan terbaik untuk kepadatan sel  Chlorella sp. adalah P2 dengan dosis POC Azolla sp. 12 mL L-1 dengan mendapatkan kepadatan tertinggi yaitu 904,33x104.sel mL-1 pada hari.ke-7 dan laju pertumbuhan spesifik tertinggi sebesar 0,8439 sel mL-1hari-1. Media kultur Chlorella sp. mengandung nutrien nitrat 1,780-19,384 mg L-1 dan fosfat 0,721-4,380 mg L-1, serta kualitas air pada penelitian termasuk pada kisaran optimal (suhu 28-300C, pH 8,0-8,8, dan oksigen terlarut 5,0-9,1 mg L-1) yang dapat mendukung pertumbuhan Chlorella sp.Liquid organic fertilizer (LOF) Azolla sp. contains nutrients required for the growth of Chlorella sp. This LOF fertilizer could be used replace the commonly used inorganic fertilizers. The objective of this study was to determine the effect of LOF Azolla sp. on Chlorella sp. cell density and its best dose usage in culturing the microalgae. The research.was.conducted from.December.2021 to. February .2022. at the Aquaculture Environmental Quality Laboratory, Fisheries and Marine Faculty, Riau University. The research design used was a one-factor Completely Randomized Design (CRD) consisting of four treatments and three replications. The treatments were the application of Walne media on P0 (1 mL L-1 as a control), and LOF Azolla sp. on P1(10.mL L-1), P2 (12.mL L-1), and P3 (14.mL L-1). The results showed that the use of LOF Azolla sp. had significant influences on the Chlorella sp. cell density of which the best treatment was P2. The P2 treatment (LOF Azolla sp. of 12 mL L-)1 produced the highest density of Chlorella sp. (904.33x104 cells mL-1)on the 7th day with the highest specific growth rate of 0.8439 cells mL-1day-1. Nitrate and phosphate concentrations measured in the Chlorella sp. culture media ranged between 1.780-19.384 mg L-1 and 0.721-4.380 mg L-1, respectively. Water quality of the media was optimal throughout the experimental period where the temperature, pH, and dissolved oyxgen varied between 28-300C, 8.0-9.0, and 6.0-9.1 mg L-1, respectively. This study concludes that LOF Azolla sp. combined with the optimal culture condition improves the growth of Chlorella sp.
KETAHANAN IKAN MAS HIBRIDA MAJALAYA >< SUTISNA TERHADAP INFEKSI Aeromonas hydrophila DAN CEKAMAN LINGKUNGAN ABIOTIK Ariyanto, Didik; Haryadi, Joni; Palimirmo, Flandrianto S.; Suharyanto, Suharyanto; Himawan, Yogi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 17, No 2 (2022): (Juni) 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.17.2.2022.95-107

Abstract

Keunggulan pertumbuhan dan produktivitas ikan mas hibrida kandidat rilis, yaitu hibrida Majalaya betina >< Sutisna jantan (Mj >< St), perlu didukung dengan ketahanan terhadap penyakit serta toleransi terhadap cekaman lingkungan abiotiknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi daya tahan ikan mas hibrida Mj >< St terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila serta toleransi terhadap cekaman lingkungan abiotik, yaitu suhu, pH, salinitas, dan amonia. Pengujian ketahanan penyakit dan toleransi lingkungan ikan mas hibrida kandidat rilis dilakukan secara terbatas di laboratorium. Sebagai pembanding, digunakan ikan mas unggul Marwana yang diperoleh dari unit pembenihan rakyat. Hasil uji tantang dengan bakteri A. hydrophila menunjukkan bahwa ikan mas hibrida Mj >< St mempunyai sintasan yang secara nyata lebih baik (P < 0,05) dibandingkan strain pembanding, yaitu 96,7 ± 2,9% berbanding 83,3 ± 5,8%. Ikan mas hibrida Mj >< St juga mempunyai toleransi yang berbeda nyata lebih baik (P < 0,05) dibandingkan ikan mas Marwana, khususnya terhadap suhu, pH, dan salinitas. Hal ini ditunjukkan dengan nilai LT50 ikan mas hibrida yang lebih baik dibandingkan strain pembanding, masing-masing sebesar 3,6 ± 0,6 menit berbanding 2,0 ± 0,6 menit pada suhu rendah (10,0-12,0°C) dan 7,5 menit berbanding 4,1 menit pada suhu tinggi (38,0-40,0°C); 38,2 ± 1,7 menit berbanding 21,6 ± 0,9 menit pada pH rendah (3,0) dan 12,3 ± 2,4 menit berbanding 6,0 ± 1,6 menit pada pH tinggi (12,0); dan 85,6 ± 11,1 menit berbanding 34,0 ± 12,1 menit pada salinitas sedang (20 g L-1). Daya toleransi ikan mas hibrida Mj >< St terhadap kandungan amonia perairan sebesar 3,0 mg L-1 tidak berbeda nyata (P > 0,05) dengan strain Marwana, masing-masing dengan LT50 sebesar 95,7 ± 74,4 menit berbanding 71,0 ± 48,1 menit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikan mas hibrida Mj >< St mempunyai ketahanan terhadap penyakit dan cekaman lingkungan abiotik lebih baik dibandingkan ikan mas Marwana yang sudah berkembang di pembudidaya.The superiority of growth and productivity of a hybrid carp candidate, the female Majalaya >< the male Sutisna (Mj >< St) could be a game changer if the hybrid carp also has disease resistance and high tolerance to abiotic environmental stressors. This study aimed to evaluate the resistance of the hybrid carp Mj >< St to Aeromonas hydrophila infection and its tolerance to abiotic environmental stressors, such as temperature, pH, salinity, and ammonia. The resistance and tolerance testing of the hybrid fish was carried out in a limited lab-scale experiment. A superior carp, namely Marwana, obtained from a private hatchery, was used as the comparison. Results of the challenge test to A. hydrophila showed that the Mj >< St hybrid carp had a significantly better (P < 0.05) survival rate of 96.7 ± 2.9% than the compared strain survival rate of 83.3 ± 5,8%. The Mj >< St hybrid carp also has significantly better (P < 0.05) tolerance than the Marwana carp, especially to the temperature, pH, and salinity changes. This was indicated by better LT50 values of the hybrid carp against the compared strain of 3.6 ± 0.6 minutes compared to 2.0 ± 0.6 minutes at low temperature (10.0-12.0°C), and 7.5 minutes versus 4.1 minutes at high temperature (38.0-40.0°C); 38.2 ± 1.7 minutes versus 21.6 ± 0.9 minutes at low pH (3.0), and 12.3 ± 2.4 minutes versus 6.0 ± 1.6 minutes at high pH (12.0); and 85.6 ± 11.1 minutes versus 34.0 ± 12.1 minutes at medium salinity (20 g L-1). The tolerance of hybrid carp Mj >< St to the ammonia level of 3.0 mg L-1 was not significantly different (P > 0.05) from that of the Marwana strain, in which the LT50 is 95.7 ± 74.4 minutes compared to 71.0 ± 48.1 minutes. These results indicate that the hybrid carp Mj >< St has better resistance to disease and abiotic environmental stressors than the Marwana carp that has been cultured by farmers.
PENGARUH EKSTRAK KASAR JAGUNG (Zea mays) SEBAGAI ZAT PENGATUR TUMBUH ALAMI TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN Caulerpa racemosa Rahmawati, Winda; Harwanto, Dicky; Windarto, Seto
Jurnal Riset Akuakultur Vol 17, No 2 (2022): (Juni) 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.17.2.2022.109-120

Abstract

Caulerpa racemosa atau dikenal dengan nama latoh adalah salah satu komoditas perikanan yang digemari karena memiliki kandungan gizi yang tinggi. Namun, dalam budidaya C. racemosa masih terdapat kendala yaitu produksi yang belum maksimal dan pertumbuhan yang belum optimal. Salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhannya yaitu dengan melakukan perendaman bibit rumput laut menggunakan hormon pertumbuhan dari ekstrak bahan alami. Jagung merupakan salah satu bahan alami yang mengandung hormon pertumbuhan giberelin, sitokinin, dan auksin. Hormon tersebut dapat merangsang pertumbuhan batang dan akar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penambahan hormon dengan menggunakan ekstrak kasar jagung terhadap pertumbuhan dan morfologi C. racemosa dan mengetahui lama waktu perendaman terbaik ekstrak kasar jagung terhadap pertumbuhan C. racemosa. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali pengulangan. Perlakuan yang dilakukan yaitu perendaman selama 0 menit (sebagai kontrol) (A), 30 menit (B), 40 menit (C), dan 50 menit (D). Data yang diperoleh selama penelitian meliputi morfologi, pertumbuhan bobot mutlak, laju pertumbuhan spesifik, dan kualitas air. Lama waktu perendaman C. racemosa dalam media ekstrak kasar jagung berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan. Perlakuan B menunjukkan hasil terbaik terhadap pertumbuhan bobot mutlak (123,63 ± 6,55 g) dan laju pertumbuhan spesifik (4,15 ± 0,21% per hari). Perlakuan B memiliki morfologi thalus dan ramulli yang besar serta rimbun. Parameter kualitas air dalam kisaran yang sesuai untuk pertumbuhan C. racemosa.Caulerpa racemosa, known as latoh, is a popular edible green alga due to its high nutritional content and medicinal benefits. However, low quality and slow growth of seed prevented the aquaculture development C. racemosa. Soaking the seaweed seed with growth hormone immersion from extracts of natural ingredients could potentially improve its growth rate. Corn contains growth hormone gibberellins, cytokinins, and auxins. These hormones can stimulate the growth of stems and roots. This study aimed to determine the effectiveness of growth hormones in corn crude extract and the best soaking time of the extract on the growth development and morphology of C. racemosa. This research was conducted using an experimental method with a Completely Randomized Design (CRD) consisting of four treatments with three replicates. The treatments were soaking the seed in corn extract for 0 minutes (as a control) (A), 30 minutes (B), 40 minutes (C), and 50 minutes (D). The data obtained during the study included morphology, absolute weight growth, specific growth rate, and water quality. The duration of immersion of C. racemosa in maize extract media had a significant effect (P<0.05) on growth. Treatment B showed the best results with absolute weight growth and growth rate values of 123.63 ± 6.55 g and 4.15 ± 0.21% per day, respectively. This research successfully determines that corn extract improves the growth of C. racemosa seeds indicated by the large thallus and ramuli of the cultured seaweed.
KONTRIBUSI BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE YANG DIBERI PAKAN DENGAN TINGKAT BERBEDA Ekasari, Julie; Handayani, Tri Novi; Fauzi, Ichsan Achmad; Maulana, Fajar; Vinasyiam, Apriana
Jurnal Riset Akuakultur Vol 17, No 2 (2022): (Juni) 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.17.2.2022.59-70

Abstract

Biomassa bioflok dalam sistem pemeliharaan ikan dapat dimanfaatkan menjadi pakan alami tambahan bagi ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja pertumbuhan ikan lele Clarias gariepinus yang dipelihara menggunakan teknologi bioflok dengan tingkat pemberian pakan berbeda. Perlakuan terdiri dari tiga tingkat pemberian pakan, yaitu 5% (FR5), 3,75% (FR3,75), dan 2,5% (FR2,5). Benih ikan lele dengan panjang awal 11,92 ± 0,03 cm dan bobot awal 11,31 ± 0,11 g dipelihara dengan padat tebar 25 ekor per akuarium (500 ekor m-3) selama 42 hari. Ulangan biologis tiap perlakuan berupa 3 unit akuarium (volume air 50 L). Ikan diberi pakan 3 kali setiap hari dengan jumlah pakan sesuai perlakuan. Penambahan tepung tapioka dilakukan setiap hari untuk mencapai rasio C/N 10. Hasil penelitian menunjukkan bobot akhir menurun seiring penurunan tingkat pemberian pakan (P<0,05), seperti ditunjukkan pula laju pertumbuhan spesifik. Terdapat indikasi kontribusi bioflok terhadap kinerja pertumbuhan ikan lele berdasarkan nilai efisiensi pemanfaatan pakan dan retensi protein. Akan tetapi, tidak dapat menggantikan peran pakan eksternal. Tingkat pemberian pakan berpengaruh terhadap kinerja pertumbuhan ikan lele pada sistem bioflok.Biofloc biomass could be used as additional natural food for fish in a biofloc-based fish culture system. This study aimed to evaluate the growth performance of African catfish, Clarias gariepinus cultured in a biofloc system fed at different feeding levels. The treatments consisted of three feeding levels; 5% (FR5), 3,75% (FR3,75), and 2,5% (FR2,5). Catfish juveniles with an initial average body length of 11,92 ± 0,03 cm and average body weight of 11,31 ± 0,11 g were reared at a density of 25 fish per aquarium (500 fish m-3) for 42 days. Each treatment had three unit aquaria (50 L water volume) as replicates. Cassava meal was added daily to reach C/N ratio of 10. The results showed that the fish’s final weight and specific growth rate were reduced, corresponding to the feeding rate. There was an indication that biofloc contributes to the fish growth performance based on the feed efficiency and protein retention level. However, biofloc could not replace the role of external feed to support the growth of African catfish.

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2022 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 2 (2025): Juni (2025) Vol 20, No 1 (2025): Maret (2025) Vol 19, No 4 (2024): Desember (2024) Vol 19, No 3 (2024): September (2024) Vol 19, No 2 (2024): Juni (2024) Vol 19, No 1 (2024): (Maret 2024) Vol 18, No 4 (2023): (Desember, 2023) Vol 18, No 3 (2023): (September, 2023) Vol 18, No 2 (2023): (Juni, 2023) Vol 18, No 1 (2023): (Maret 2023) Vol 17, No 4 (2022): (Desember 2022) Vol 17, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 17, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 17, No 1 (2022): (Maret, 2022) Vol 16, No 4 (2021): (Desember, 2021) Vol 16, No 3 (2021): (September, 2021) Vol 16, No 2 (2021): (Juni, 2021) Vol 16, No 1 (2021): (Maret, 2021) Vol 15, No 4 (2020): (Desember, 2020) Vol 15, No 3 (2020): (September, 2020) Vol 15, No 2 (2020): (Juni, 2020) Vol 15, No 1 (2020): (Maret, 2020) Vol 14, No 4 (2019): (Desember, 2019) Vol 14, No 3 (2019): (September, 2019) Vol 14, No 2 (2019): (Juni, 2019) Vol 14, No 1 (2019): (Maret, 2019) Vol 13, No 4 (2018): (Desember 2018) Vol 13, No 3 (2018): (September 2018) Vol 13, No 2 (2018): (Juni, 2018) Vol 13, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 12, No 3 (2017): (September 2017) Vol 12, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 12, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 12, No 1 (2017): (Maret 2017) Vol 11, No 3 (2016): (September 2016) Vol 11, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 11, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 11, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 8, No 3 (2013): (Desember 2013) Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010) Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010) Vol 5, No 1 (2010): (April 2010) Vol 2, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 2, No 1 (2007): (April 2007) Vol 1, No 1 (2006): (April 2006) Vol 10, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 10, No 3 (2015): (September 2015) Vol 10, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 10, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 9, No 3 (2014): (Desember 2014) Vol 9, No 2 (2014): (Agustus 2014) Vol 9, No 1 (2014): (April 2014) Vol 8, No 2 (2013): (Agustus 2013) Vol 8, No 1 (2013): (April 2013) Vol 7, No 3 (2012): (Desember 2012) Vol 7, No 2 (2012): (Agustus 2012) Vol 7, No 1 (2012): (April 2012) Vol 6, No 3 (2011): (Desember 2011) Vol 6, No 2 (2011): (Agustus 2011) Vol 6, No 1 (2011): (April 2011) Vol 4, No 3 (2009): (Desember 2009) Vol 4, No 2 (2009): (Agustus 2009) Vol 4, No 1 (2009): (April 2009) Vol 3, No 3 (2008): (Desember 2008) Vol 3, No 2 (2008): (Agustus 2008) Vol 3, No 1 (2008): (April 2008) Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006) More Issue