cover
Contact Name
Muhammad Syahrir
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
ma.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
Jl. Sungai Musi Km. 09 Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone, Sulawesi
Location
Kab. bone,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Media Akuakultur
ISSN : 19076762     EISSN : 25029460     DOI : 10.15578/ma
Media Akuakultur as source of information in the form of the results of research and scientific review (review) in the field of applied aquaculture including genetics and reproduction, biotechnology, nutrition and feed, fish health and the environment, and land resources in aquaculture.
Arjuna Subject : -
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)" : 15 Documents clear
BUDIDAYA IKAN PATIN DI VIETNAM: Suatu Kajian Untuk Pengembangan Budidaya Ikan Patin Indonesia Nina Meilisza
Media Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.986 KB) | DOI: 10.15578/ma.4.1.2009.26-31

Abstract

Budidaya ikan patin telah lama dilakukan di Indonesia dan menjadi salah satu komoditas penting dalam dunia perikanan. Ikan patin tidak hanya populer sebagai ikan konsumsi namun juga disukai sebagai ikan hias saat masih kecil karena bentuk, warna dan pergerakannya yang indah. Perkembangan budidaya ikan patin di Indonesia tidak secepat yang terjadi di Vietnam. Sebagai negara yang memiliki luas lahan perairan umum dan potensi sumberdaya manusia yang cukup besar, Indonesia hanya mampu menempati posisi kelima dalam produksi patin dunia. Produksi ikan patin Vietnam mencapai jumlah 1,2 juta ton di tahun 2007, sedangkan Indonesia hanya mampu memproduksi sekitar 36.250 ton. Perbandingan ini sangat signifikan dan menjadi pertanyaan besar apa saja yang telah dilakukan oleh pelaku perikanan kita. Budidaya ikan patin telah memberikan kontribusi besar dalam perekonomian Vietnam dan menjadi penggerak roda ekonomi masyarakatnya. Keberhasilan Vietnam perlu dipelajari dan dikaji sebagai acuan dalam mengembangkan budidaya ikan patin di Indonesia.
KEGUNAAN EKSTRAK DAUN MENIRAN (Phylanthus niruri) BAGI PENGENDALIAN PENYAKIT IKAN AKIBAT INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila Hambali Supriyadi; Dein Iftitah
Media Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (43.625 KB) | DOI: 10.15578/ma.4.1.2009.54-58

Abstract

Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang selalu dihadapi oleh para pembudi daya ikan. Penyakit akibat infeksi bakteri terutama yang disebabkan oleh Aeromonas hydrophila telah menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Penanggulangan penyakit infeksi bakteri dengan menggunakan antibiotika telah banyak dilakukan. Namun cara seperti ini apabila dilakukan dengan tidak hati-hati akan menimbulkan banyak masalah, di antaranya adalah terbentuknya bakteri yang resisten dan residunya dalam daging ikan. Cara lain yang dipertimbangkan lebih aman adalah dengan cara pencegahan yaitu dengan penggunaan vaksin dan bahan lain yang dapat menimbulkan kekebalan tubuh. Tanaman meniran (Phyllanthus niruri L.) telah banyak digunakan sebagai obat baik pada manusia maupun pada binatang ternak. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang efektivitas ekstrak tanaman meniran terhadap bakteri Aeromonas hydrophila baik secara in-vitro maupun secara in-vivo yang diaplikasikan bagi pengobatan terhadap ikan yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila.
PENGAMATAN LOGAM BERAT PADA SEDIMEN PERAIRAN WADUK CIRATA Adang Saputra
Media Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.584 KB) | DOI: 10.15578/ma.4.1.2009.84-88

Abstract

Waduk Cirata merupakan waduk serbaguna yang terletak di tiga kabupaten yaitu: Purwakarta, Cianjur, dan Bandung Provinsi Jawa Barat, telah mengalami penurunan daya guna akibat pengaruh lingkungan yang terlalu berat. Penurunan daya guna tersebut bisa bersifat fisik, kimia, maupun biologi. Salah satu kontaminan yang masuk ke Waduk Cirata adalah terakumulasinya logam berat di dasar perairan (sedimen). Untuk mengukur konsentrasi logam berat pada sedimen, dilakukan dengan pengambilan contoh sedimen pada bagian hulu, tengah, dan hilir Waduk Cirata. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi logam berat tertinggi yaitu: F (besi) konsentrasinya sebesar 29,495 mg/kg, Hg (merkuri) konsentrasinya pada sedimen sebesar 26,83 mg/kg, kemudian disusul oleh logam berat Pb (timbal) sebesar 2,38 mg/kg; dan terakhir logam Cd (kadmium) sebesar 0,29 mg/kg. Tingginya konsentrasi logam berat pada sedimen tersebut dapat berpotensi meningkatkan akumulasi logam berat pada ikan yang dipelihara baik melalui rantai makanan maupun osmeroegulasi. Dari hasil analisis terhadap daging ikan patin ternyata peningkatan akumulasi logam berat terjadi pada akhir pemeliharaan jika dibandingkan dengan awal pemeliharaan. Dampak lain dari tingginya akumulasi logam berat bisa merusak jaringan organ tubuh ikan dan pada akhirnya mengakibatkan kematian ikan.
PRESENT STATUS PRODUKSI DAN BUDIDAYA TERIPANG DI SULAWESI SELATAN Abdul Malik Tangko
Media Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.194 KB) | DOI: 10.15578/ma.4.1.2009.32-39

Abstract

Di Sulawesi Selatan teripang diperdagangkan dan diekspor ke Cina sejak abad ke-17 dan pada tahun 1824 berhasil mengekspor teripang sebanyak 300 ton dengan nilai 350.000 gulden atau setara 7.500.000 US Dollar. Kegiatan perburuan teripang oleh pelaut Bugis-Makassar di Australia Utara berlangsung sejak pada abad ke-17 dan berakhir pada tahun 1910. Setelah itu, wilayah operasi penangkapannya hanya meliputi perairan Sulawesi Selatan dan sekitarnya. Pada tahun 2004 volume ekspor teripang Sulawesi Selatan mencapai 1.052,5 ton dengan nilai 94.450.650 US Dollar kemudian mengalami penurunan menjadi 734,0 ton dengan nilai 15.805.120 US Dollar pada tahun 2007. Penurunan produksi teripang ini disebabkan karena populasinya di alam semakin berkurang, sedangkan harga dan permintaan pasar ekspor semakin meningkat. Pada saat ini harga teripang di Sulawesi Selatan mencapai Rp150.000,00-Rp500.000,00/kg. Sedangkan peningkatan produksi melalui usaha budidaya belum bisa berkembang walaupun teknologinya sudah dikuasai dan dukungan sumberdaya lahan yang cukup luas. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan benih yang hanya mengandalkan benih dari alam yang bersifat musiman, sedangkan usaha pembenihan teripang di Indonesia termasuk di Sulawesi Selatan belum dapat berproduksi secara massal. Sehingga untuk memenuhi permintaan pasar ekspor yang semakin meningkat, maka salah satunya jalan yang dapat ditempuh oleh pengusaha teripang di Sulawesi Selatan adalah melakukan penangkapan di laut lepas dengan cara menyelam menggunakan peralatan canggih ataupun dengan menggunakan alat tangkap jaring trawl mini, walaupun hasil yang diperoleh tidak menentu dan kadangkala tidak seimbang dengan biaya operasional yang dikeluarkan.
PROSPEK PEMANFAATAN MIKROALGA SEBAGAI SUMBER PANGAN ALTERNATIF DAN BAHAN FORTIFIKASI PANGAN Erlania Erlania
Media Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.553 KB) | DOI: 10.15578/ma.4.1.2009.59-66

Abstract

Perubahan iklim global dan krisis ekonomi yang berkepanjangan memicu terjadinya kondisi kelangkaan bahan pangan di masyarakat. Selain itu, juga menyebabkan harga bahan pangan meningkat cukup tinggi. Kondisi ini berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat, terutama golongan menengah ke bawah. Kecukupan pangan dan gizi sebagai hak dasar manusia saat ini mungkin sangat sulit untuk dipenuhi. Pada umumnya masyarakat terbiasa mengikuti tradisi dari leluhurnya, termasuk dalam hal konsumsi makanan, baik dari pola makan, cara pengolahan bahan makanan maupun dalam pemanfaatan sumber-sumber bahan makanan itu sendiri. Mikroalgae, atau yang lebih dikenal dengan fitoplankton, sudah mulai diperkenalkan sebagai sumber makanan sejak beberapa waktu yang lalu. Namun respons masyarakat terhadap sumberdaya ini terlihat kurang begitu antusias. Padahal mikroalga memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik, bahkan lebih baik dibandingkan makanan yang biasa dimakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Di antara jenis-jenis mikroalga yang potensial dan sudah cukup dikenal sebagai sumber pangan antara lain Spirulina sp., Chlorella sp., dan Dunaliella sp. Selain dapat digunakan sebagai bahan pangan, mikroalga dapat juga dimanfaatkan untuk fortifikasi bahan pangan yang sudah biasa dikonsumsi masyarakat. Diharapkan di masa yang akan datang kecukupan pangan dan gizi masyarakat dapat terpenuhi sehingga SDM yang dihasilkan juga lebih berkualitas.

Page 2 of 2 | Total Record : 15