cover
Contact Name
Endang Sriyati
Contact Email
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
ISSN : 08535884     EISSN : 25026542     DOI : -
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia accepts articles in the field of fisheries, both sea and inland public waters. The journal presents results of research resources, arrest, oceanography, environmental, environmental remediation and enrichment of fish stocks.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010)" : 8 Documents clear
KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN DAERAH PENANGKAPAN KAPAL TUNA LONGLINE DI PERAIRAN LAUT BANDA Budi Nugraha; Umi Chodrijah
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (54.866 KB) | DOI: 10.15578/jppi.16.4.2010.305-309

Abstract

Tuna merupakan sumber daya ikan yang mempunyai nilai ekonomis penting. Masalah utama yang dihadapi dalam upaya optimalisasi hasil tangkapan ikan, khususnya tuna adalah sangat terbatasnya data dan informasi mengenai daerah penangkapan yang potensial. Oleh karena itu, informasi mengenai daerah penangkapan atau penyebaran tuna sangat diperlukan guna menunjang keberhasilan operasi penangkapan tuna. Komposisi hasil tangkapan kapal tuna longline yang diperoleh dari perairan Laut Banda dan didaratkan di Benoa didominansi oleh madidihang (Thunnus albacares) yaitu 49,69% dan tuna mata besar (Thunnus obesus) 11,74%. Ukuran madidihang dan tuna mata besar yang tertangkap berkisar 101-160 cm (FL) dengan modus 101-110 cm. Daerah penangkapan kapal tuna longline di perairan Laut Banda berada pada koordinat 5-6° LS dan 129-130° BT yang memiliki nilai hook rate total berkisar antara 1,19-1,48 dengan rata-rata 1,34. Tuna is the fish resource having important economic value. The main problems encountered in the effort to optimize the catch of fish, particularly tuna is very limited data and information on potential fishing grounds. Therefore, information about the tuna fishing ground is needed to support the success of tuna fishing operations. The catch composition of tuna longline vessels from the Banda Sea waters and landed at Benoa is dominated by yellowfin tuna 49.69% and bigeye tuna 11.74%. The size of yellowfin tuna and bigeye tuna caught in the range 10-160 cm (FL) with a mode from 101-110 cm. Fishing ground of tuna longline vessels in the Banda Sea waters at coordinates 5-6° S and 129-130° E which have hook rates ranged from 1.19-1.48 withaverage 1.34.
HASIL TANGKAPAN DAN LAJU TANGKAP JARING ARAD (MINI BOTTOM TRAWL) YANG BERBASIS DI TPI ASEMDOYONG PEMALANG Tri Ernawati; Bambang Sumiono
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (783.679 KB) | DOI: 10.15578/jppi.16.4.2010.267-274

Abstract

Jaring arad (mini bottomtrawl) merupakan salah satu alat tangkap yang ditujukan untuk menangkap dang. Permasalahan pada perikanan jaring arad adalah rendahnya selektivitas alat tangkap ini terhadap hasil tangkapannya. Kondisi ini mengakibatkan hasil tangkap sampingan yang tertangkap jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan udang sebagai sasaran spesiesnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil tangkapan dan laju tangkap jaring arad. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei melalui wawancara dengan nelayan dan pengamatan secara langsung terhadap kapal yang melakukan bongkar di TPI Asemdoyong pada bulan Maret, April, Juni, Agustus, dan Nopember 2008. Daerah penangkapan arad tersebar di perairan Pemalang, Tegal, dan Pekalongan. Ukuran kapal yang digunakan berdimensi L=7-9,5 m; B=2-3 m; D=0,9-1,2 m; dengan GTd”5. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa rata-rata hasil tangkapan jaring arad 123,1 kg/trip. Komposisi hasil tangkapan jaring arad selama penelitian didominansi oleh hasil tangkap sampingan yaitu kelompok ikan 58,7%, sedangkan udang sebagai sasaran utama hanya 13,2%. Komposisi udang terdiri atas udang jerbung (Penaeus merguiensis), udang dogol (Metapenaeus ensis), dan udang krosok (Trachypenaeus asper) masing-masing hanya 2,7; 6,9; dan 3,6%. Rata-rata laju tangkap jaring arad 67,7 kg/hari. Kelompok udang memiliki laju tangkap relatif rendah dibandingkan dengan laju tangkap ikan demersal. Laju tangkap udang 8,9 kg/hari atau 13% dari total laju tangkap, ikan 42,6 kg/hari atau 63% dari total laju tangkap dan non ikan 16,2 kg/hari atau 24% dari total laju tangkap. Mini bottom trawl is one of fishing gears used to catch shrimp as target species. Low selectivity of this gear led the bycatch caught more than shrimp as target species. This research is aimed to get information about catch and catch rate of mini bottom trawl. The survey method through interview with fishermen and direct observation of boats landed in Asem Doyong Landing Place in March, April, June, August, and November 2008. Fishing grounds of mini bottom trawl in the waters of Pemalang, Tegal, and Pekalongan. The boat dimension is L=7-9.5 m, B=2-3 m, and D=0.9-1.2 m, with tonage 5 GT. The results showed that average catch was 123,1 kgs/trip. Catch composition was dominated by bycatch. The catch of demersal fish reach to 58.7% from total catch and shrimp as target species was only 13.2%. The shrimp composition was banana shrimp (Penaeus merguiensis) 2.7%, endeavour shrimp (Metapenaeus ensis) 6.9%, and some small size shrimp (Trachypenaeus asper) 3.6%. The average of catch rate was 67.7 kgs/day. The shrimp group has catch rate lower than demersal fish. The catch rate of shrimp was 8.9 kgs/day or 13% from total catch rate, demersal fish was 42.6 kgs/day or 63% from total catch and non fish was 16.2 kgs/day or 24 % from total catch rate.
TINGKAT OPTIMAL PEMANFAATAN STOK UDANG, IKAN DEMERSAL, DAN PELAGIS KECIL DI LAUT ARAFURA Purwanto Purwanto; Duto Nugroho
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1533.354 KB) | DOI: 10.15578/jppi.16.4.2010.311-321

Abstract

Perikanan di Laut Arafura terdiri atas sejumlah armada penangkapan dengan beragam alat tangkap (multi fleet) yang beroperasi memanfaatkan sumber daya ikan yang terdiri atas banyak spesies (multi species). Intensitas penangkapan salah satu armada penangkapan dengan sasaran utama salah satu spesies berdampak tidak hanya terhadap kelimpahan spesies tersebut melainkan juga terhadap kelimpahan spesies lain yang ikut tertangkap dan menjadi sasaran utama armada penangkapan yang lain. Model optimisasi perikanan multi species multi fleet yang disusun dengan memperhitungkan dampak interaksi antar armada penangkapan untuk perikanan Laut Arafura tersebut disajikan pada tulisan ini. Hasil analisis menggunakan model tersebut menunjukan bahwa produksi maksimum lestari dari sumber daya udang, ikan demersal, dan pelagis kecil di Laut Arafura, dicapai dengan pengoperasian kapal dengan kombinasi 479 unit pukat udang, 548 unit pukat ikan, dan 180 unit pukat cincin. The fishery in the Arafura Sea consisted of various fishing fleets (multi fleet) targeting multispecies fishery resources. Fishing intensity of a fishing fleet would affect not only the abundance of its main target species but also the abundance of other caught species, which were the main target species of other fishing fleets. An optimisation model of the multi species multi fleet fishery accommodating this interaction had been formulated for Arafura Sea fishery and presented in this paper. By using this model it was estimated that the optimum fishing effort to achieve the maximum sustainable yield of the shrimp, demersal fish and small pelagic fish stocks in the Arafura Sea was resulted from the operation the fishing fleets consisting of 479 shrimp trawlers, 548 fish trawlers, and 180 purseseiners.
TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DEMERSAL DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN LAUT JAWA Ngurah Nyoman Wiadnyana; Badrudin Badrudin; Aisyah Aisyah
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.978 KB) | DOI: 10.15578/jppi.16.4.2010.275-283

Abstract

Untuk menjawab seberapa banyak ikan yang dapat dipanen secara maksimum di wilayah pengelolaan perikanan Laut Jawa tanpa mengurangi prospek pemanfaatannya pada masa mendatang dan tanpa merusak stoknya, dilakukan analisis terhadap catch, effort, dan catch per unit of effort periode tahun 1997-2008 dan aplikasi model produksi surplus. Besarnya maximum sustainable yield telah diestimasi, yang bermanfaat sebagai salah satu dasar bagi langkah pengelolaan perikanan. Penangkapan ikan demersal dengan menggunakan cantrang di Laut Jawa saat ini hampir tanpa langkah pengelolaan yang memadai. Dapat dipastikan bahwa hasil tangkapan tersebut tidak akan terliput dalam statistik produksi perikanan secara akurat baik dalam statistik provinsi ataupun statistik nasional. Langkah pengelolaan sumber daya ikan demersal di Laut Jawa dapat menekankan pada jenis ikan demersal tertentu (target). Dengan mengelola ikan target tersebut, semua jenis ikan demersal dapat terkelola dengan baik. Tingkat pemanfaatan sumber daya ikan demersal di Laut Jawa secara umum sudah over fishing. Mengingat bahwa pergerakan ikan demersal yang lamban dan migrasi yang tidak jauh, maka status eksploitasi di kawasan inshore utara Jawa dapat dikatakan sudah depleted, sedangkan kegiatan penangkapan ikan di perairan offshore diduga memberikan keuntungan. To know how many fish can be harvested maximally without jeopardizing their stock in the future, the analysis of catch and effort data using the surplus production model was done to estimate the maximum sustainable yield that serves as one of the management measures. Exploitation of demersal fish resources using cantrang in the Java Sea nowadays almost without any appropriate management plan. It is found that most of the catch landed has not been recorded appropriately in fisheries statistics both in the province and national level. The level of exploitation of demersal resources in the Java Sea has likely been over fishing. The higher vulnerability of demersal fish due to the lower movement and migration, the status of demersal fish in the inshore waters along the north Java coast has likely been depleted similar with the southern bluefin in the Indian Ocean, while fishing activities in the offshore waters are likely to be profitable as the lower level of fishing pressur are likely occurred. It is suggested that the management measure could be adopted in Java Sea based on red snapper as target species group. With this measure, most of the demersal fish can properly be managed.
ANALISIS PENANGKAPAN KAKAP MERAH DAN KERAPU DI PERAIRAN BARRU, SULAWESI SELATAN Bambang Sumiono; Tri Ernawati; Wedjatmiko Wedjatmiko
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.14 KB) | DOI: 10.15578/jppi.16.4.2010.293-303

Abstract

Perairan di sekitar Barru Sulawesi Selatan merupakan salah satu kawasan terumbu karang yang penting di Selat Makassar. Sebagian besar dari nelayannya melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan rawai dasar dan jaring insang dasar. Analisis perikanan kakap merah (Lutjanus spp.) dan kerapu (Epinephelus sp.) dilakukan pada bulan Agustus dan Oktober 2006 dengan penekanan pada deskripsi alat tangkap dan teknik penangkapannya, komposisi hasil tangkapan dan beberapa aspek biologi kakap merah dan kerapu. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan nelayan yang menggunakan rawai dasar dan jaring insang dasar di sekitar terumbu karang dan pencatatan data dari pendaratan ikan utama. Untuk kelengkapan data dilakukan wawancara dengan nelayan dan pedagang pengumpul setempat. Hasil penelitian ini menunjukan daerah penyebaran kakap merah dan kerapu terdapat di perairan Barru dan Pangkajene Kepulauan. Pada perairan yang relatif dangkal (<50 m) digunakan pancing ulur dengan 1 atau 2 mata pancing (nomor 6 atau 7). Jaring insang dasar digunakan di luar daerah karang, satu pis (tinting) mempunyai panjang 40 m dan dalam 5 m dengan ukuran mata jaring 4 inci. Satu unit jaring terdiri atas 60 pis. Di perairan yang lebih dalam (lebih dari 50) digunakan rawai dasar yang terdiri atas 600 mata pancing (nomor 7 atau 8). Lama trip penangkapan tiga hari. Diperoleh laju pancing pada rawai dasar berkisar 6-8% dan laju tangkap jaring insang dasar berkisar antara 40-60 kg/kapal/tiga hari. Komposisi hasil tangkapan didominansi (47,2%) oleh ikan kakap merah (famili Lutjanidae) yang terdiri atas jenis Lutjanus malabaricus, Lutjanus hyselopterus, Lutjanus sebae, Lutjanus vittus, dan Pinjalo pinjalo. Ikan kerapu (Serranidae) terdiri atas jenis Epinephelus areolatus, Epinephelus malabaricus, Epinephelus microdon, dan Plectropomus maculatus. Kecuali itu tertangkap juga ikan lencam (Lethrinidae). Pengamatan biologi jenis ikan Lutjanus malabaricus dan Epinephelus malabaricus yang merupakan hasil tangkapan dominan masing-masing diperoleh nilai modus panjang cagak 48 dan 56 cm dengan modus bobot masing-masing 1,8 dan 2,1 kg. Karakteristik pertumbuhan kedua jenis tersebut adalah allometrik positif. The sea waters around Barru, South Sulawesi is one of the coral reef area in Makassar Strait. Most of the fishermen use bottom long lines, and bottom gillnets in their fishing activities. Analysis of red snappers and groupers fisheries in this area were carried out in August and October, 2006. The emphasis is focused on the discription of fishing gear and fishing technique, catch composition, and some biological aspects of red snappers and groupers. The research was done by observing the fishing operations of bottom long line and bottom gill net conducted by fishers in the waters around coral reefs. Data were recorded in some importantant landing places at Barru, and interview of some fishermen to collect data and information needed. The result showed that the distribution of red snapper and groupers occured in the waters around Barru and Pangkajene Islands. In the shallow waters (<50 m) the fishermen use handline, with one or two relativelly small size hooks (nomor 6 or 7). Bottom gillnets are frequently used in shallow back reef areas with one piece of 40 m in length, and 5 m in depth, with mesh size of 4 inches. One unit of the gear consisted of 60 piece of the nets. Meanwhile, in deeper waters (50-150 m), the number of hooks (nomor 7 or 8) in bottom long line operated 600 hooks for each unit. All fishing gears usually three days at sea for a fishing trip. The average of catch rate (hook rate) for a trip of bottom long line was 6-8% (6 or 8 individual fish for 100 hooks). Meanwhile, the catch rate of bottom gill net was about 40-60 kgs /boat/3 days trip. The catches were dominated by the family Lutjanidae in which the red snappers species (reached to 47.2% at this survey period) including Lutjanus malabaricus, Lutjanus hyselopterus, Lutjanus sebae, Lutjanus vittus, and Pinjalo pinjalo. Meanwhile the groupers (Serranidae) were dominated by species of Epinephelus areolatus, Epinephelus malabaricus, Epinephelus microdon, and Plectropomus maculatus. Other groups were emperors (Lethrinidae) and Gymnocranius. The biological measured for Lutjanus malabaricus and Epinephelus malabaricus as a dominant landed showed the modus of length were 48 and 58 cmFL, respectivelly. Meanwhile the modus of weight were 1.8 and 2.1 kg. The  growth characteristic of both species were positive allometric. It means that increasing the weight was faster than their length.
SELEKTIVITAS JARING LIONGBUN TERHADAP BEBERAPA JENIS IKAN PARI DI LAUT JAWA Agustinus Anung Widodo; Mahiswara Mahiswara; Ralph Thomas Mahulette
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.195 KB) | DOI: 10.15578/jppi.16.4.2010.259-266

Abstract

Jaring liongbun telah berkembang untuk menangkap sumber daya ikan pari di Laut Jawa. Jaring liongbun merupakan jaring insang dasar dengan ukuran mata 50 inci. Walaupun telah lama berkembang, namun data dan informasi keragaan teknisnya belum banyak tersedia. Sementara itu data dan informasi tersebut sangat dibutuhkan dalam rangka mendukung pengelolaan sumber daya ikan pari yang berkelanjutan. Oleh karena itu Balai Riset Perikanan Laut telah melakukan penelitian selektivitas jaring liongbun terhadap beberapa jenis ikan pari di Laut Jawa. Metode penelitian adalah dengan melakukan pengambilan contoh secara acak (random sampling) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan, Cirebon, Jawa Barat pada bulan April, Agustus, dan Desember 2007. Data yang dicatat adalah jenis (spesies) dan ukuran lebar cawan ikan pari yang tertangkap jaring liongbun dan didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan. Data dianalisis secara deskriptif dan hasil analisis disajikan secara naratif, tabel, dan grafik. Ukuran ikan yang pertama kali tertangkap atau width of first captured merupakan 50% dari kumulatif persentase ikan yang tertangkap dari alat tangkap, ditulis sebagai W50%, sehingga Wc=W50%. Ukuran ikan pari yang pertama kali dewasa atau width of first matured merupakan rata-rata ukuran contoh ikan pari yang pertama kali dewasa yang ditemukan di lapangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jaring liongbung bersifat selektif terhadap ikan pari jika Wc>Wm. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jaring liongbun dengan mata jaring berukuran 20 inci merupakan alat tangkap yang bersifat selektif bagi ikan pari jenis Himantura gerrardi, Himantura bleekeri, Aetoplatea zonura, dan Himantura jenkinsii.  Liongbun net has developed as gear for catching rays fish resource in Java Sea. Liongbun net is bottom gillnet with mesh size 20 inch. Although liongbun net has developed but data and information related to the liongbun net especially its technical performance is very lack. In other hand the data and information is needed on the rays fish resource management measure. In order to obtain data and information of selectiveness of liongbun net for some rays fish resource, Research Institute for Marine Fisheries has carried out a research on year of 2007. Research was conducted through random sampling in Kejawanan Fishing Port, Cirebon. The data covered species and disc width of rays caught by liongbun net in Java Sea. Width of first captured is 50% of cumulative frequency on selectiveness curve of liongbun net.Width of first matured is average of data width of first matured of rays those found in the field. Liongbun net is selective to the rays when Wc>Wm. Result of the research showed that liongbun net mesh size 20 inch was selective to rays in Java Sea.
ANALISIS BUKAAN MULUT JARING TRAWL DASAR PADA KAPAL RISET BAWAL PUTIH Tri Wahyu Budiarti; Mahiswara Mahiswara
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (93.491 KB) | DOI: 10.15578/jppi.16.4.2010.323-331

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bukaan mulut jaring dan panjang tali slambar ideal pada jaring trawl dasar tipe shrimp trawl dan thailand trawl yang dioperasikan pada Kapal Riset Bawal Putih sebagai alat pengambilan contoh. Penelitian ini dilaksanakan di perairan utara Jawa pada bulan Mei 2006. Hubungan antara panjang tali penarik atau slambar dan bukaan mulut jaring pada kedua tipe trawl dihitung dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai rata-rata panjang tali slambar ideal untuk kedalaman 46,30 m adalah 144,26 m dengan bukaan mulut yang terjadi 18,86 m untuk tipe shrimp trawl. Pada tipe thailand trawl, rata rata panjang tali slambar ideal 141,57 m dengan bukaan mulut 27,36 m. The aim of this study was to determine an ideal warp length and mouth opening of shrimp trawl and Thailand trawl operated at North Java Sea using Reaserch Vessel Bawal Putih on May 2006. By using the description analysis method, it is possible to obtain a correlation of warp length and mouth opening of those trawl gears. The results showed the average of ideal warp length operated at 46.30 m depth was 144.26 m and created mouth opening of about 18.86 m for shrimp trawl. For Thailand trawl, the average of ideal warp length was 141.57 m and created mouth opening of about 27.36 m.
HASIL TANGKAPAN CUCUT YANG TERTANGKAP DENGAN JARING INSANG TUNA PERMUKAAN DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA Dharmadi Dharmadi; Setya Triharyuni; Joko Rianto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (71.227 KB) | DOI: 10.15578/jppi.16.4.2010.285-291

Abstract

Penelitian ini dilakukan di lokasi pendaratan ikan utama Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap selama tahun 2006-2008. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui fluktuasi catch per unit of effort, komposisi, dan fluktuasi hasil tangkapan cucut yang tertangkap dengan jaring insang tuna permukaan. Metode penelitian dengan pengamatan langsung di lapangan dan pengumpulan data hasil tangkapan oleh enumerator. Data hasil tangkapan cucut (Requiem shark sp.) diperoleh berdasarkan atas catatan harian dari sejumlah kapal yang menggunakan jaring insang tuna permukaan yang beroperasi di perairan Samudera Hindia selama tahun 2007 dan 2008 masing-masing 821 dan 791 unit. Hasil penelitian ini menunjukan telah terjadi indikasi penurunan catch per unit of effort cucut secara bulanan. Nilai catch per unit of effort tahun 2008 mulai menurun setelah bulan Juli sampai Desember, jika dibandingkan tahun 2007 pada periode yang sama (p<0,05). Komposisi hasil tangkapan cucut bervariasi secara bulanan berdasarkan atas spesies yang didominansi oleh Alopias pelagicus (59,4%) dan Alopias superciliosus (21,1%). Fluktuasi hasil tangkapan dari delapan spesies cucut menunjukan variasi yang hampir sama dan puncak hasil tangkapan terjadi pada bulan Juni dan Juli. This study has been conducted at major fish landing sites, Ocean Fishing Port of Cilacap during the period of 2006-2008. The aim of this research is to find out catch per unit of effort fluctuations, composition, and fluctuations of shark catches are caught by surface tuna gillnet. Research methods with direct observation and catch data collection by enumerator. Shark catch data obtained from daily records from 821 units in 2007 and 791 units in 2008 of the vessels surface tuna gillnet operating in the Indian Ocean. The results show there have been indications of a decrease shark catch per unit of effort based on a monthly (P<0,05). Catch per unit of effort values in 2008 began to decline after the month of July until December, when compared to the year 2007 in the same period. The composition of shark catches was vary monthly based on species that are dominated by Alopias pelagicus (59.4%), and Alopias superciliosus (21.1%). Catch fluctuation of the eight species of shark showed similar variations and peak catches occurred in June and July.

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2010 2010


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 4 (2025): (Desember 2025) Vol 31, No 3 (2025): (September 2025) Vol 31, No 2 (2025): (Juni 2025) Vol 31, No 1 (2025): (Maret 2025) Vol 30, No 4 (2024): (Desember 2024) Vol 30, No 3 (2024): (September) 2024 Vol 30, No 2 (2024): (Juni) 2024 Vol 30, No 1 (2024): (Maret) 2024 Vol 29, No 4 (2023): (Desember) 2023 Vol 29, No 3 (2023): (September) 2023 Vol 29, No 1 (2023): (Maret) 2023 Vol 28, No 4 (2022): (Desember) 2022 Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 28, No 1 (2022): (Maret) 2022 Vol 27, No 4 (2021): (Desember) 2021 Vol 27, No 3 (2021): (September) 2021 Vol 27, No 2 (2021): (Juni) 2021 Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021 Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020 Vol 26, No 3 (2020): (September) 2020 Vol 26, No 2 (2020): (Juni) 2020 Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020 Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019 Vol 25, No 3 (2019): (September) 2019 Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019 Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019 Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018 Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018 Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018) Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 23, No 3 (2017): (September 2017) Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017) Vol 22, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 22, No 3 (2016): (September) 2016 Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 22, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 21, No 3 (2015): (September 2015) Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014) Vol 20, No 3 (2014): (September 2014) Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014) Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014) Vol 19, No 4 (2013): (Desember 2013) Vol 19, No 3 (2013): (September 2013) Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013) Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013) Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012) Vol 18, No 3 (2012): (September 2012) Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012 Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012) Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011) Vol 17, No 3 (2011): (September 2011) Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011) Vol 17, No 1 (2011): (Maret 2011) Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010) Vol 16, No 3 (2010): (September 2010) Vol 16, No 2 (2010): (Juni 2010) Vol 16, No 1 (2010): (Maret 2010) Vol 15, No 4 (2009): (Desember 2009) Vol 15, No 3 (2009): (September 2009) Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009) Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009) Vol 14, No 4 (2008): (Desember 2008) Vol 14, No 3 (2008): (September 2008) Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008) Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008) Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 13, No 1 (2007): (April 2007) Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 12, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 12, No 1 (2006): (April 2006) Vol 11, No 9 (2005): (Vol. 11 No. 9 2005) Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005) Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005) Vol 11, No 6 (2005): (Vol. 11 No. 6 2005) Vol 11, No 5 (2005): (Vol. 11 No. 5 2005) Vol 11, No 4 (2005): (Vol. 11 No. 4 2005) Vol 11, No 3 (2005): (Vol. 11 No. 3 2005) Vol 11, No 2 (2005): (Vol. 11 No. 2 2005) Vol 11, No 1 (2005): (Vol. 11 No. 1 2005) Vol 10, No 7 (2004): (Vol. 10 No. 7 2004) Vol 10, No 6 (2004): (Vol. 10 No. 6 2004) Vol 10, No 5 (2004): (Vol. 10 No. 5 2004) Vol 10, No 4 (2004): (Vol. 10 No. 4 2004) Vol 10, No 3 (2004): (Vol. 10 No. 3 2004) Vol 10, No 2 (2004): (Vol. 10 No. 2 2004) Vol 10, No 1 (2004): (Vol. 10 No. 1 2004) Vol 9, No 7 (2003): (Vol.9 No.7 2003) Vol 9, No 6 (2003): (Vol.9 No.6 2003) Vol 9, No 5 (2003): Vol. 9 No. 5 2003) Vol 9, No 4 (2003): Vol. 9 No. 4 2003) Vol 9, No 3 (2003): (Vol.9 No.3 2003) Vol 9, No 2 (2003): (Vol, 9 No. 2 2003) Vol 9, No 1 (2003): (Vol.9 No.1 2003) Vol 8, No 7 (2002): (Vol.8 No.7 2002) Vol 8, No 6 (2002): (Vol.8 No.6 2002) Vol 8, No 5 (2002): (Vol.8 No.5 2002) Vol 8, No 4 (2002): (Vol.8 No.4 2002) Vol 8, No 3 (2002): (Vol.8 No.3 2002) Vol 8, No 2 (2002): (Vol. 8 No. 2 2002) Vol 8, No 1 (2002): (Vol.8 No.1 2002) Vol 7, No 4 (2001): (Vol. 7 No. 4 2001) Vol 7, No 2 (2001): (Vol.7 No. 2 2001) Vol 6, No 3-4 (2000): (Vol.6 No.3-4 2000) Vol 6, No 2 (2000): (Vol.6 No.2 2000) Vol 6, No 1 (2000): (Vol.6 No.1 2000) Vol 5, No 2 (1999): (Vol.5 No.2 1999) Vol 5, No 1 (1999): (Vol.5 No. 1 1999) Vol 4, No 4 (1998): (Vol.4 No.4 1998) Vol 4, No 3 (1998): (Vol.4 No.3 1998) Vol 4, No 2 (1998): (Vol.4 No.2 1998) Vol 4, No 1 (1998): (Vol.4 No.1 1998) Vol 3, No 4 (1997): (Vol.3 No.4 1997) Vol 3, No 3 (1997): (Vol.3 No.3 1997) Vol 3, No 2 (1997): (Vol.3 No.2 1997) Vol 3, No 1 (1997): (Vol.3 No.1 1997) Vol 2, No 4 (1996): (Vol.2 No.4 1996) Vol 2, No 3 (1996): (Vol.2 No.3 1996) Vol 2, No 2 (1996): (Vol.2 No.2 1996) Vol 2, No 1 (1996): (Vol.2 No.1 1996) Vol 1, No 4 (1995): (Vol.1 No.4 1995) Vol 1, No 3 (1995): (Vol.1 No.3 1995) Vol 1, No 2 (1995): (Vol.1 No.2 1995) Vol 1, No 1 (1995): (Vol.1 No.1 1995) More Issue