cover
Contact Name
Endang Sriyati
Contact Email
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
ISSN : 08535884     EISSN : 25026542     DOI : -
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia accepts articles in the field of fisheries, both sea and inland public waters. The journal presents results of research resources, arrest, oceanography, environmental, environmental remediation and enrichment of fish stocks.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014)" : 8 Documents clear
KEPADATAN DAN STATUS PEMANFAATAN IKAN NAPOLEON (Cheilinus undulatus) DI PERAIRAN SINJAI, SULAWESI SELATAN Amran Ronny Syam; Mujiyanto Mujiyanto; Arif Rahman
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.362 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.4.2014.243-250

Abstract

Ikan napoleon (Cheilinus undulatus) adalah jenis ikan karang yang bernilai jual sangat tinggi. Hal ini menyebabkan penangkapan jenis ikan karang yang semakin langka ini menjadi cukup intensif. Saat ini populasi ikan napoleon cenderung menurun dan akan semakin sedikit jika dilakukan penangkapan tanpa batas, meskipun jenis ikan ini telah dilindungi (Appendix II CITES dan KEPMEN No.37/KEPMEN-KP/2013). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis kepadatan populasi ikan napoleon dan status pemanfaatannya. Untuk menghitung kepadatan ikan digunakan metode sensus visual (UVC). Untuk mengetahui status pemanfaatan dilakukan sebaran frekuensi panjang ikan, yang dilanjutkan dengan penghitungan laju eksploitasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa kepadatan ikan napoleon di sekitar perairan Sinjai (Sulawesi Selatan) adalah rendah (1,8 individu/ha). Dari penghitungan laju eksploitasi, diperoleh gambaran bahwa populasi ikan napoleon di perairan sekitar Sinjai - Sulawesi Selatan telah mengalami lebih tangkap. Dari hasil ini disarankan agar perdagangan ikan napoleon masih tetap diperbolehkan dengan syarat mengikuti ketentuan ukuran dan kuota ekspor. Estimasi kuota ekspor ikan napoleon harus berdasarkan data biologi dan dinamika populasi ikan tersebut agar reproduksi alamiah ikan napoleon dapat berlangsung seimbang dengan tingkat eksploitasinya.Napoleon wrasse (Cheilinus undulatus) is a group of reef fish that is  high economic value. This led to the capture of reef fish species that is becoming increasingly scarce intensive enough. Currently napoleon fish populations tend to decline and will be less if the arrest was without limit, although this fish species has been protected (Appendix II of CITES and KEPMEN 37/KEPMEN-KP/2013). This study was conducted to analyze the population density of napoleon wrasse and utilization status. The density of fish used snorkeling visual census method (UVC). To find out the status of the utilization used the frequency distribution of fish length followed by counting the exploitation rate. The analysis showed that the density of fish in the surrounding waters napoleon Sinjai (South Sulawesi) was low (1.8 individuals/ha). Of calculating the exploitation rate, indicated that napoleon fish populations in waters around Sinjai-South Sulawesi has been over eksploited. From these results it is suggested that napoleon fish trade is still allowed to follow the terms and provisions of the size of the export quota. Estimated napoleon fish export quotas should be based on the data of biology and population dynamics of the fish so that the fish napoleon natural reproduction can take place by the level of exploitation.
FLUKTUASI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN TUNA NERITIK TERTANGKAP JARING INSANG DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN Arief Wujdi; Suwarso Suwarso
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (583.753 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.4.2014.207-214

Abstract

Saat ini tuna neritik merupakan komoditas penting perikanan di Indonesia, namun ketersediaan data dan informasi hasil tangkapan jenis tuna ini masih tergolong kurang. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai sebaran daerah penangkapan, fluktuasi hasil tangkapan tuna neritik yang tertangkap jaring insang yang beroperasi di Laut Cina Selatan. Pengumpulan data dilakukan melalui program enumerasi monitoring hasil tangkapan harian di Pemangkat pada tahun 2011-2012. Hasil menunjukkan daerah penangkapan tersebar di perairan Laut Cina Selatan pada koordinat 01°03’ LS-04°57’ LU; dan 104°65’-110°00’ BT. Hasil tangkapan jenis tuna neritik menunjukan variasi yang cenderung sama dimana puncak hasil tangkapan terjadi pada bulan Oktober dan November. Pola CPUE berfluktuasi dan cenderung mengalami peningkatan dan puncaknya terjadi pada bulan November 2011 dan 2012, yaitu 402,85 dan 444,57 kg/hari/trip. Secara statistik hasil tangkapan pada periode 2011-2012 tidak berbeda nyata (p<0,05). Komposisi hasil tangkapan bulanan jenis tuna neritik bervariasi berdasarkan atas spesies yang didominasi oleh Euthynnus affinis (49,7%) diikuti dengan Thunnus tonggol (33,4%); Scomberomorus commerson (15,9%); dan Scomberomorus guttatus (1%). Kelimpahan Euthynnus affinis terjadi pada musim timur hingga musim peralihan 2 (Juni- November), sedangkan kelimpahan Thunnus tonggol terjadi pada musim barat (Januari-Februari).Nowadays, neritic tuna just become an important commodity Indonesia. However, the information about catch of tuna neritic species in Indonesia still quite lacks. This This study aims to obtain information about catch fluctuation, monthly catch per unit of effort, and catch composition of neritic tuna species caught by gill net operated in the South China Sea. Data was collected by daily catch monitoring program by enumerator in Pemangkat during period 2011-2012. The result showed that gillnetter fishing ground is scattered between 01°03’ S - 04°57’ N; dan 104°65’-110°00’ E. Catch of neritic tuna species is fluctuating and there is a similar pattern which is the highest catches occurred in October and November. Catch per unit of effort values also fluctuated and tend to be increased where the highest occurred in November 2011 and 2012, for 402.85 and 444.57 kg/day/trip respectively. Monthly catch composition of neritic tuna species was varied and dominated by kawakawa (Euthynnus affinis) 49,7%; longtail tuna (Thunnus tonggol) 33,4%; narrow-bared Spanish mackerel (Scomberomorus commerson) 15,9%; and Indo-Pasific king mackerel (Scomberomorus guttatus) only 1%. Euthynnus affinis more abundant among June-November during east monsoon to east-west transition monsoon, meanwhile Thunnus tonggol was abundant in west monsoon (January-February).
DINAMIKA POPULASI IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN TELUK KWANDANG, LAUT SULAWESI Tegoeh Noegroho; Thomas Hidayat
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.20.4.2014.251-258

Abstract

Ikan tenggiri merupakan komoditas penting yang pengusahaannya telah dilakukan secara intensif untuk memenuhi kebutuhan pasar, baik dalam negeri  maupun ekspor.Belum adanya kontrol baik penangkapan dan biologi terhadap pemanfaatannya dapat membahayakan keberlanjutan perikanan ikan tenggiri. Penelitian telah dilakukan pada Februari-Desember 2012 di Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara yang potensial sebagai daerah produsen ikan tenggiri. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis parameter dinamika populasi seperti laju pertumbuhan, tingkat kematian, tingkat eksploitasi, dan pola rekrutmen ikan tenggiri (Scomberomorus commerson). Sampel ukuran ikan tenggiri diambil secara acak dari hasil tangkapan kapalpurse seine(pajeko) dan pancing ulur (handline). Data ukuran ikan yang diperoleh digunakan untuk perhitungan frekuensi panjang, hubungan panjang berat, dan dinamika populasi. Beberapa parameter dinamika populasi diestimasi dengan menggunakan program FISAT II. Dari parameter pertumbuhan Von Bertalanffy diperoleh L∞ (cm) dan laju pertumbuhan (K) masing-masing 142,3 cm dan 0,81/ tahun. Laju mortalitas total (Z) sebesar 1,19 per tahun. Tingkat kematian karena penangkapan (F) sebesar 0,53/tahun lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat kematian alami (M) sebesar 0,66/tahun. Tingkat eksploitasi (E) ikan tenggiri di Teluk Kwandang adalah 0,39/tahun, yang artinya dalam kondisi hampir fullexsploited (Eoptimalsebesar 0,40/tahun). Pola rekrutmen ikan tenggiri terjadi dua kali, puncak pertama terjadi pada Maret-Juli (76,37%), dan yang kedua pada September-Oktober (23,63%).Narrow barred spanish mackerel is an an important commodity that has commercialized intensively to fulfill needs of the market, both domestic and exports. A research has been conducted in February-December 2012 in Kwandang, North Gorontalo regency. The purpose of this study is to analyze the dynamics of population parameters such as growth rate, mortality rate, exploitation rates, and recruitment patterns of spanish mackerel (Scomberomorus commerson). Sample size of spanish mackerel was taken at randomly from the purse seiner and handline catches. Data of size obtained were used for analyzed of population dynamics parameter. Some population dynamics parameters wereestimated using the program FISAT II. Von Bertalanffy growth parameters was derived L∞ and growth rate (K), 142.3 cm and 0.81/year cm, respectively. Total mortality was 1.19/year. Fishing mortality rate (F) was 0.53/year lower than natural mortality rate (M) 0.66/year. Exploitation rate (E) of spanish mackerel in the Kwandang Bay was 0.39, that almost full exploited when compared with Eoptimum 0.40. Recruitment pattern of spanish mackerel was occured twice, the first take a place in March-July (60.09%), and the second in September-October (18.14%).
DISTRIBUSI PANJANG DAN ESTIMASI TOTAL TANGKAPAN TUNA SIRIP BIRU SELATAN (Thunnus maccoyii) PADA MUSIM PEMIJAHAN DI SAMUDERA HINDIA Ririk Kartika Sulistyaningsih; Arief Wujdi; Budi Nugraha
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.966 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.4.2014.215-224

Abstract

Tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii) banyak ditangkap nelayan dengan alat tangkap rawai tuna di perairan selatan Jawa Timur pada musim pemijahan selama periode September – April. Untuk mendukung pengelolaan ikan tuna di Samudera Hindia dilakukan kegiatan pemantauan hasil tangkapan tuna secara kontinyu. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang distribusi panjang dan estimasi total tangkapan tuna sirip biru selatan, sebagai basis data dan informasi yang diperlukan untuk penentuan kuota ikan tuna sirip biru selatan. Estimasi total tangkapan dihitung minimal 30% dari total jumlah kapal yang mendarat pada tiap-tiap perusahaan pengeskpor tuna. Pada penelitian ini berhasil dilakukan pencatatan hasil tangkapan pada 292 unit kapal dari 520 unit kapal yang mendaratkan ikan tuna. Total tangkapan tuna sirip biru selatan yang didaratkan di Pelabuhan Benoa – Bali pada musim pemijahan 2013/2014 lebih dari 900 ton. Jumlah tangkapan ini telah melebihi kuota hasil tangkapan tuna sirip biru selatan yang ditetapkan Commission for the Convervation of Shouthern Bluefin Tuna. Ukuran tuna sirip biru selatan terdistribusi mulai 103 – 208 cm, didominasi ukuran 148 cm. Panjang tuna sirip biru selatan pertama kali tertangkap pada saat memijah adalah 160 cm.Shouthern bluefin tuna (Thunnus maccoyii) mostly caught by Indonesian fishers using longline in the spawning season in East Java waters, in September to April. This paper aims were give information about size distribution and to estimate the total catch of shouthern bluefin tuna as the data basis and information that needed to determine the quota of southern bluefin tuna. The target to estimate total catch was minimum of 30% from the total vessel landings in each processing plant. In this research total samplings were 292 boats from 520 boats landed. Total catch estimates of shouthern bluefin tuna landed in Benoa Port – Bali in the spawning season in 2013/2014 was more than 900 tonnes. This amount was over than the quote that resolved by Commission for the Convervation of Shouthern Bluefin Tuna. The size of southern bluefin tuna distributed ranging 103-208 cm, size 148 cm dominated. Length at first capture for shouthern bluefin tuna when spawning was 160 cm.
PARAMETER POPULASI IKAN BARAU (Hampala macrolepidota Kuhl & van Hasselt 1923) DI DANAU KERINCI, JAMBI Samuel Samuel; Ni Komang Suryati
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.073 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.4.2014.191-198

Abstract

Pengelolaan sumber daya ikan barau di Danau Kerinci, Jambi perlu dilakukan agar populasi ikan ini tetap lestari dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Untuk itu dilakukan penelitian selama periode April - Oktober 2013, dengan tujuan untuk mengevaluasi parameter pertumbuhan, mortalitas dan laju penangkapan ikan barau (Hampala macrolepidota). Parameter yang diperoleh dianalisis untuk dapat dijadikan bahan masukan dalam upaya pengelolaan ikan barau. Sampel ikan diperoleh dari hasil tangkapan nelayan yang menggunakan jaring dengan ukuran mata jaring dari 1,0 – 4,5 inci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi ikan barau di Danau Kerinci didominasi ukuran panjang individu antara 22,5-27,5 cm dengan frekuensi 30,6%. Pola pertumbuhan ikan adalah isometrik. Panjang asimtotik (L∞)=43 cm dan koefisien pertumbuhan (K)=0,66 per tahun. Indeks performansi pertumbuhan (Φ')=3,086, laju mortalitas alami (M)=1,15 per tahun, laju mortalitas penangkapan (F)=0,78 per tahun, laju mortalitas total (Z)=1,93 per tahun dan laju eksploitasi populasi ikan barau (E) ada sebesar 0,40. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa tekanan penangkapan terhadap ikan barau relatif masih kecil sehingga upaya penangkapan ikan barau di Danau Kerinci, Jambi masih dapat ditingkatkan untuk meningkatkan pendapatan nelayan setempat.Management of hampala barb fish resources in Lake Kerinci, Jambi is necessary to ensure the fish populations remain sustainable and can be utilized in a sustainable manner. For the reason, research was conducted during the period of April-October, 2013, with the aims to evaluate the parameters of growth, mortality and the fishing rate of hampala barb (Hampala macrolepidota). Parameters obtained, were analyzed to be used as an input in the management of hampala barb fish. Fish samples were obtained from catches of fishermen using nets with mesh sizes of 1.0 to 4.5 inches. Results showed that the population of hampala barb fish in Lake Kerinci  were dominated by individual lengths between 22.5 to 27.5 cm with a frequency of 30.6%. Patterns of fish growth was isometric. Asymptotic length (L∞) = 43 cm and the growth coefficient (K) = 0.66 per year. Growth performance index (Φ ') = 3.086, the rate of natural mortality (M) = 1.15 per year, the rate of fishing mortality (F) = 0.78 per year, the total mortality rate (Z) = 1.93 per year and the exploitation rate of fish populations (E) was 0.40. The overall, it can be said that the fishing pressure on the hampala barb fish was  relatively low so the fishing efforts of this fish in Lake Kerinci, Jambi still can be improved to increase the income of local fishermen. 
STATUS PEMANFAATAN DAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus spp.) DI LAUT JAWA Kamaluddin Kasim; Setiya Triharyuni
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.603 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.4.2014.235-242

Abstract

Ikan tenggiri (Scomberomorus spp.) di Laut Jawa merupakan jenis ikan pelagis ekonomis penting yang banyak dieksploitasi karena permintaan dan harga yang tinggi. Agar pengelolaan dapat dilakukan dengan benar maka   diperlukan informasi mengenai status pemanfaatan dan musim penangkapannya. Data primer untuk  penelitian ini diperoleh dengan metode wawancara sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui pencatatan hasil tangkapan ikan tenggiri periode 1999-2012 oleh enumerator di PPN Pekalongan dan kajian hasil peneitian terdahulu. Metode analisis model surplus produksi dan indeks musim penangkapan digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Maximum Sustainable Yield (MSY) ikan tenggiri di Laut Jawa sebesar 438 ton sedangkan effort maksimum sebesar 1000 trip setara jaring insang (gill net) < 30 GT. Nilai CPUE cenderung menurun selama periode tahun 1999 hingga tahun 2012 yakni sebesar 1,73 ton/trip pada tahun 2005 menjadi hanya sebesar 0,37 ton/trip pada tahun 2011. Indeks musim Penangkapan (IMP) menunjukkan bahwa ikan tenggiri melimpah pada periode Maret sampai dengan Juni dan periode Oktober hingga Desember sepanjang tahun.Narrow-barred spanish mackerel (Scomberomorous commerson) is an economically important pelagic species in Java Sea that continue to be exploited due to the high demand and prices. The research regarding status of utilization and fishing season was conducted in order to obtain the optimal efforts and sustainable management. The research was conducted through interviews method to fishermen while the secondary data collected during the period of 1999-2012 through field enumerators in PPN Pekalongan as well as reviewing previous research studies. The results showed that Maximum Sustainable Yield (MSY) was 243.5 tons, while the maximum effort as much as 1000 trips equivalent to gill nets. Catch Per Unit Effort (CPUE) was declined during the period 1999 through 2012 of 0.251 tons / trip in 2005 became 0.052 tons/ trip in 2011. The Peak of season index ( PMI ) indicated the most abundance period was in March to June and October to December throughout the year.
KOMPOSISI DAN UKURAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) YANG TERTANGKAP PADA BEBERAPA STRATIFIKASI BATIMETRI DI PERAIRAN LAMPUNG TIMUR Zairion Zairion; Mennofatria Boer; Yusli Wardiatno; Achmad Fahrudin
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.009 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.4.2014.199-206

Abstract

Perairan pesisir Lampung Timur merupakan salah satu daerah yang potensial untuk produksi rajungan (Portunus pelagicus) dari alam di Indonesia, namun produktivitas dan ukuran hasil tangkapan cenderung semakin menurun yang diduga akibat tingginya intensitas eksploitasi. Pada penelitian ini diinvestigasi komposisi kelamin dan ukuran rajungan yang tertangkap dengan jaring insang dasar (set gill-net) pada beberapa stratifikasi batimetri dari Maret 2012−Februari 2013.  Area kajian dibagi menjadi 3 stratifikasi: S1, S2 dan S3 dengan kedalaman air masing-masing kurang dari 5 m, 5−10 m, dan lebih dari 10 m.  Analisis data menggunakan statistik deskriptif. Rajungan jantan dominan tertangkap di seluruh stratifikasi area pengamatan. Ukuran rata-rata lebar karapas (CW) dan bobot tubuh (BW) rajungan [±SD] di strata S1 adalah 108,57 ± 13,39 mm dan 89,22 ± 35,33 g serta berbeda nyata dengan S2 dan S3 (P<0,05). Peningkatan ukuran lebar karapas dari S1 hingga S3 masing-masing 17,59% dan 14,62% serta bobot tubuh masing-masing 66,25% dan 57,24%. Terdapat sekitar 34% rajungan yang berukuran kecil dari Lm50 dan 24% dewasa kurang reproduktif yang tertangkap di S1. Perairan pesisir di S1 juga tampak sebagai daerah tangkapan utama rajungan, sehingga diperlukan strategi pengelolaan dengan mengimplementasikan perlindungan daerah asuhan dan pemanfaatan yang sangat selektif di area ini. The East Lampung coastal waters is one of potential area for the blue swimming crab (Portunus pelagicus) wild catch production in Indonesia. However, catch productivity and sizes of caught crabs tend to be decrease and might be related to high exploitation rate. In present study, we investigated the sex compositions and size distribution of this crab caught by the set gill-net at several bathimetric stratifications from March 2012 to February 2013. The study area was divided into three stratifications, i.e., S1, S2, and S3, which have had water depth less than 5 m, 5−10 m and more than 10 m, respectively.  Data was analysed by descriptive statistics. The high proportion of males found in all stratification areas. Mean carapace width (CW) and body weight (BW) [±SD] of crabs were 108.57 ± 13.39 mm and 89.22 ± 35.33 g in S1and it was significantly different to that of S2 and S3 (P<0.05). An increasing of mean carapace width throughout S1 to S3 was 17.59% and 14.62%, whiles body weight was 66.25% and 57.24%, respectively. There were approximately 34% of immature crabs (less than Lm50) and 24% of less reproductive adults caught within S1. The coastal waters at S1 seem to be main fishing ground and management strategy by implementing a nursery ground protection and most selective fishing is required in this area.
DISTRIBUSI SPASIAL IKAN FAMILI CHAETODONTIDAE DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA, JAWA TENGAH Mujiyanto Mujiyanto; Amran Ronny Syam
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (641.347 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.4.2014.225-234

Abstract

Salah satu spesies ikan yang selama ini digunakan sebagai indikator kesehatan terumbu karang adalah famili Chaetodontidae. Namun keberadaan dan kondisi ikan indikator ini belum banyak diketahui di perairan Karimunjawa. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengamati komposisi jenis dan sebaran ikan dari famili Chaetodontidae di perairan Kepulauan Karimunjawa yang dilaksanakan di 15 stasiun pada April, Juli,  Oktober, dan November 2011 serta Juni, September, dan Desember 2012. Pengamatan dilakukan dengan metode sensus visual Line Intercept Transect (LIT) pada 2 selang kedalaman. Pertama  kedalaman ± 5-6 meter dan kedua ± 10-11 meter dengan jarak penyelaman sepanjang 75 meter. Pada penelitian ini, ditemukan 21 spesies ikan dari famili Chaetodontidae. Kelimpahan spesies tertinggi ditemukan di Pulau Nyamuk dengan nilai 110 ind/ha pada kedalaman ± 5-6 meter dan 100 ind/ha pada kedalaman ± 10-11 meter. Jumlah spesies ikan indikator tercatat sebanyak 21 spesies, yang tersebar di seluruh perairan, dengan perbedaan kehadiran hanya tejadi pada kedalaman. Dari seluruh spesies terdapat  6 spesies yang memiliki perbedaan kehadiran, dua spesies ikan  ditemukan di kedalaman ± 5-6 meter yaitu Chaetodon kleinii dan Chaetodon punctatofasciatus, empat spesies yang tidak ditemukan di kedalaman ± 10-11 meter yaitu Choetodon fasciatus, Chaetodon ephippium, Heniochus varius, dan Sinodus binotatus. Kesamaan spesies ditandai dengan kecenderungan membentuk kelompok yang mengerucut terjadi di perairan Pulau Nyamuk, yang berarti bahwa seluruh spesies yang ditemukan pada seluruh stasiun, terdapat di Pulau Nyamuk.One of the species of fish that had been used as an indicator of the health of coral reefs is the family Chaetodontidae. But the existence and condition of this indicator fish has not been widely known in Karimun waters. This study was conducted to observe the species composition and distribution of fish of the family Chaetodontidae in Karimun Islands waters held at 15 stations in April, July, October, and November 2011 and June, September, and December 2012. Observations were made with the visual census method Line Intercept Transect (LIT) at a depth of 2 hoses. First of ± 5-6 meters depth and the second with a distance of ± 10-11 meters along the 75-meter dive. In this study, found 21 species of fish of the family Chaetodontidae. The highest species richness was found in Nyamuk Island with a value of 110 ind/ ha at a depth of 5-6 meters and ± 100 ind/ha at a depth of ± 10-11 meters. Number of indicator fish species were recorded for 21 species. Spatial distribution of the 21 species, occurs throughout the waters, with the difference only occurs in the presence of depth. Of all species, there are 6 species which have different attendance, two species of fish found in the depths of ± 5-6 meters is Chaetodon kleinii and Chaetodon punctatofasciatus, four species found in depths of ± 10-11 meters is Chaetodon fasciatus, Chaetodon ephippium, Heniochus varius, and Sinodus binotatus. The similarity of species characterized by the tendency to form groups that occur in the conical Nyamuk Island waters, which means that all of the species found in the entire station, located on Nyamuk Island.

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2014 2014


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 4 (2025): (Desember 2025) Vol 31, No 3 (2025): (September 2025) Vol 31, No 2 (2025): (Juni 2025) Vol 31, No 1 (2025): (Maret 2025) Vol 30, No 4 (2024): (Desember 2024) Vol 30, No 3 (2024): (September) 2024 Vol 30, No 2 (2024): (Juni) 2024 Vol 30, No 1 (2024): (Maret) 2024 Vol 29, No 4 (2023): (Desember) 2023 Vol 29, No 3 (2023): (September) 2023 Vol 29, No 1 (2023): (Maret) 2023 Vol 28, No 4 (2022): (Desember) 2022 Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 28, No 1 (2022): (Maret) 2022 Vol 27, No 4 (2021): (Desember) 2021 Vol 27, No 3 (2021): (September) 2021 Vol 27, No 2 (2021): (Juni) 2021 Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021 Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020 Vol 26, No 3 (2020): (September) 2020 Vol 26, No 2 (2020): (Juni) 2020 Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020 Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019 Vol 25, No 3 (2019): (September) 2019 Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019 Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019 Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018 Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018 Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018) Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 23, No 3 (2017): (September 2017) Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017) Vol 22, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 22, No 3 (2016): (September) 2016 Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 22, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 21, No 3 (2015): (September 2015) Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014) Vol 20, No 3 (2014): (September 2014) Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014) Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014) Vol 19, No 4 (2013): (Desember 2013) Vol 19, No 3 (2013): (September 2013) Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013) Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013) Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012) Vol 18, No 3 (2012): (September 2012) Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012 Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012) Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011) Vol 17, No 3 (2011): (September 2011) Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011) Vol 17, No 1 (2011): (Maret 2011) Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010) Vol 16, No 3 (2010): (September 2010) Vol 16, No 2 (2010): (Juni 2010) Vol 16, No 1 (2010): (Maret 2010) Vol 15, No 4 (2009): (Desember 2009) Vol 15, No 3 (2009): (September 2009) Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009) Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009) Vol 14, No 4 (2008): (Desember 2008) Vol 14, No 3 (2008): (September 2008) Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008) Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008) Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 13, No 1 (2007): (April 2007) Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 12, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 12, No 1 (2006): (April 2006) Vol 11, No 9 (2005): (Vol. 11 No. 9 2005) Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005) Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005) Vol 11, No 6 (2005): (Vol. 11 No. 6 2005) Vol 11, No 5 (2005): (Vol. 11 No. 5 2005) Vol 11, No 4 (2005): (Vol. 11 No. 4 2005) Vol 11, No 3 (2005): (Vol. 11 No. 3 2005) Vol 11, No 2 (2005): (Vol. 11 No. 2 2005) Vol 11, No 1 (2005): (Vol. 11 No. 1 2005) Vol 10, No 7 (2004): (Vol. 10 No. 7 2004) Vol 10, No 6 (2004): (Vol. 10 No. 6 2004) Vol 10, No 5 (2004): (Vol. 10 No. 5 2004) Vol 10, No 4 (2004): (Vol. 10 No. 4 2004) Vol 10, No 3 (2004): (Vol. 10 No. 3 2004) Vol 10, No 2 (2004): (Vol. 10 No. 2 2004) Vol 10, No 1 (2004): (Vol. 10 No. 1 2004) Vol 9, No 7 (2003): (Vol.9 No.7 2003) Vol 9, No 6 (2003): (Vol.9 No.6 2003) Vol 9, No 5 (2003): Vol. 9 No. 5 2003) Vol 9, No 4 (2003): Vol. 9 No. 4 2003) Vol 9, No 3 (2003): (Vol.9 No.3 2003) Vol 9, No 2 (2003): (Vol, 9 No. 2 2003) Vol 9, No 1 (2003): (Vol.9 No.1 2003) Vol 8, No 7 (2002): (Vol.8 No.7 2002) Vol 8, No 6 (2002): (Vol.8 No.6 2002) Vol 8, No 5 (2002): (Vol.8 No.5 2002) Vol 8, No 4 (2002): (Vol.8 No.4 2002) Vol 8, No 3 (2002): (Vol.8 No.3 2002) Vol 8, No 2 (2002): (Vol. 8 No. 2 2002) Vol 8, No 1 (2002): (Vol.8 No.1 2002) Vol 7, No 4 (2001): (Vol. 7 No. 4 2001) Vol 7, No 2 (2001): (Vol.7 No. 2 2001) Vol 6, No 3-4 (2000): (Vol.6 No.3-4 2000) Vol 6, No 2 (2000): (Vol.6 No.2 2000) Vol 6, No 1 (2000): (Vol.6 No.1 2000) Vol 5, No 2 (1999): (Vol.5 No.2 1999) Vol 5, No 1 (1999): (Vol.5 No. 1 1999) Vol 4, No 4 (1998): (Vol.4 No.4 1998) Vol 4, No 3 (1998): (Vol.4 No.3 1998) Vol 4, No 2 (1998): (Vol.4 No.2 1998) Vol 4, No 1 (1998): (Vol.4 No.1 1998) Vol 3, No 4 (1997): (Vol.3 No.4 1997) Vol 3, No 3 (1997): (Vol.3 No.3 1997) Vol 3, No 2 (1997): (Vol.3 No.2 1997) Vol 3, No 1 (1997): (Vol.3 No.1 1997) Vol 2, No 4 (1996): (Vol.2 No.4 1996) Vol 2, No 3 (1996): (Vol.2 No.3 1996) Vol 2, No 2 (1996): (Vol.2 No.2 1996) Vol 2, No 1 (1996): (Vol.2 No.1 1996) Vol 1, No 4 (1995): (Vol.1 No.4 1995) Vol 1, No 3 (1995): (Vol.1 No.3 1995) Vol 1, No 2 (1995): (Vol.1 No.2 1995) Vol 1, No 1 (1995): (Vol.1 No.1 1995) More Issue