cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
ISSN : 14103680     EISSN : 25411233     DOI : -
Core Subject : Engineering,
MIPI, Majalah ilmiah Pengkajian Industri adalah wadah informasi bidang pengkajian Industri berupa hasil penelitian, studi kepustakaan maupun tulisan ilmiah terkait dalam bidang industri teknologi proses rekayasa manufaktur, industri teknologi transportasi dan kelautan, serta industri teknologi hankam dan material. Terbit pertama kali pada tahun 1996 frekuensi terbit tiga kali setahun pada bulan April, Agustus, dan Desember. MIPI diterbitkan oleh Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa-BPPT
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol. 8 No. 3 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri" : 10 Documents clear
Karakterisasi Pipa Baja Karbon Rendah Dalam Pendekatan Analisa Kegagalan Silaban, Mawardi
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 3 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : Deputi TIRBR-BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.901 KB) | DOI: 10.29122/mipi.v8i3.3672

Abstract

Penelitian ini dilakukan terhadap material pipa baja karbon rendah yang digunakan pada ketel uap setelah dioperasikan sekitar satu tahun. Selanjutnya dilakukan karakterisasi terhadap benda uji pipa gagal dan pipa yang baru dengan tujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana perubahan yang terjadi pada komposisi, dimensi, kekerasan dan struktur mikro dengan cara membandingkan keduanya. Dari uji metalographi, Scanning Electron Microscope (SEM), analisa mikro dengan Energy Dispersive Spectroscopy (EDS), struktur mikro awal adalah ferit-perlit. Pada suhu tinggi terjadi proses oksidasi, sehingga struktur mikro bahan berubah dari bentuk ferit-perlit menjadi struktur ferit dengan diameter butir yang membesar. Kegagalan pipa ketel uap diawali dengan terbentuknya lapisan deposit yang menempel pada permukaan dalam, yang mengakibatkan proses pindah panas ke air terganggu. Pada keadaan seperti ini suhu pipa akan semakin meningkat seiring dengan laju pembentukan deposit. Dan pada suhu diatas 5400C terjadi proses dekomposisi fasa perlit menjadi ferit + spheroidal carbides. Pada proses ini akan menyebabkan kekuatan pipa menjadi berkurang (baja menjadi lunak), sehingga pada tekanan uap sekitar 2 bar akan dapat menyebabkan terjadinya deformasi sehingga mengakibatkan pipa menjadi menggelembung.Kata kunci : Pipa ketel uap, Struktur mikro, Deposit, Menggelembung, Diameter butirAbstractThis research was carried out on low carbon steel pipe materials used in the boiler after about a year to operate . Further characterization of the test specimen failed pipe and the new pipe with the aim to identify the extent to which changes in the composition , dimensions , hardness and microstructure by comparing the two. Of test metalographi , Scanning Electron Microscope ( SEM ) , micro analysis by Energy Dispersive Spectroscopy ( EDS ) , the initial microstructure is ferrite - pearlite . At high temperature oxidation process occurs , so that the microstructure of the material changes from ferrite - pearlite forms into a structure ferrite grain diameter enlarged . Boiler pipe failure begins with the formation of the deposit layer attached to the inner surface , which results in the process of heat transfer to the water disturbed . In these circumstances the temperature of the pipe will increase along with the rate of deposit formation . At temperatures above 5400C occur decomposition into ferrite + pearlite phase spheroidal carbides . In this process will lead to the strength of the pipe to be reduced (steel becomes soft) , so that the vapor pressure of approximately 2 bar will cause deformation resulting in the pipe becomes bulging .Keywords : Steam boiler tube, Micro structure, Scale, Bulging, Grain diameter
Chelation and Metal-Ion Complex Formation of Chitosan Treated Cotton Habibie, Sudirman
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 3 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : Deputi TIRBR-BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (61.138 KB) | DOI: 10.29122/mipi.v8i3.3652

Abstract

Chitin dan chitosan adalah bahan “chelate” yang sangat kuat untuk ion transisi logam terutama tembaga, nikel dan merkuri, dan sifat-sifat ini yang akan intensif di bahas. Pada studi ini kain kapas (cotton) dikerjakan dengan larutan chitosan-asam polikarboksilat untuk memperoleh kain kapas-chitosan yang mengandung gugus group karboksilat (-COOH) dan gugus amina (-NH2) fungsional. Penggunaan asam polykarboksilat (asam sitrat dan maleik) pada pelarutan chitosan menghasilkan group karboksil 0,5 meqs/g pada kain yang dicelup dengan larutan chitosan asam karboksilat. Kemudian kain kapas yang telah mengandung gugus karboksilat dan gugus amina ini dicelupkan pada larutan garam logam (garam tembaga dan seng). Terbukti bahwa larutan garam tembaga (copper) memberikan warna biru pada kain, hal ini mengindikasikan telah terjadi reaksi kompleks atau “Chelate”. Implikasi dari hasil ini maka diperkirakan kandungan group karboksil dan amina ini akan mempengaruhi pada pencelupan kain, namun hal ini tidak diuji.Kata kunci : Chitosan, Kain Kapas, Chelate, Asam asetat, Asam citrate, Asam maleik, Tembaga sulphate, Tembaga acetate.AbstractChitin and chitosan are powerfull chelating agents for transition metal ions, particularly copper, nickel and mercury, and these properties have been extensively reviewed. In this study, cotton fabric has been treated with chitosan- polycarboxylic acid solution to form chitosan treated cotton fabric containing carboxyl (-COOH) and amine (-NH2) functional groups. The use of polycarboxylic acids (citric and maleic acids) to dissolve chitosan has given carboxyl groups 0.5 meqs/g into chitosan treated cotton fabrics. Instead, the complexing of the treated cotton samples with copper and zinc salts was examined. The copper salt solutions gave blue fabrics confirming easily that complexing or chelation had occurred. There are implications for dyeing cotton making use of these groups but this was not investigated.Keyword : Chitosan, Cotton fabric, Chelation, Acetic acid, Citric acid, Maleic acid, Copper (II) sulphate, Copper (II) acetate.
Fabrikasi Lapisan Tipis C-Cr pada Permukaan Si dengan Menggunakan Metode Sputtering Purwanto, P.; -, Yunasfi; Mustofa, Salim
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 3 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : Deputi TIRBR-BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.734 KB) | DOI: 10.29122/mipi.v8i3.3664

Abstract

Telah dilakukan pembuatan lapisan tipis karbon-krom (C-Cr) pada permukaan Si. Pelapisan C-Cr pada permukaan Si merupakan eletrode dalam bentuk lapisan tipis. Pengukuran struktur kristal lapisan tipis C-Cr pada permukaan Si dilakukan dengan difraksi sinar-x, pola difraksi yang nampak yaitu puncak C dan Cr. Ukuran kristalit dan regangan lapisan tipis C-Cr yaitu 18,40 A dan regangan 17,78 %. Pengukuran sifat listrk pada pelapisan karbon-krom (C- Cr) dan tanpa pelapisan meliputi konduktansi dan kapasitansi. Dari hasil pengukuran menunjukkan konduktansi lapisan tipis C-Cr dan kapasitansi menurun dengan kenaikan frekuensi, begitu juga dalam bentuk pellet C-Cr dan substrat Si. Hasil analisis permukaan dengan SEM menunjukkan lapisan tipis C- Cr. Pengujian lapisan tipis ini dilakukan guna mengetahui terbentuknya lapian tipis C-Cr dengan ditemukannnya unsur C dan Cr pada permukaan substrat Si. Dari spektrum Raman diperoleh panjang gelombang pada puncak yaitu 538 cm- 1. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara C dan Cr, sehingga puncak yang nampak adalah puncak karbon.Kata kunci : Lapisan tipis, Difraksi sinar-x, Konduktasni, Permukaan, Raman.AbstractTo had been done to make thin film of C-Cr on Si surface. Deposition carbon-chrom ( C-Cr ) on Si surface was electrode shape in the thin film. The measurement ctystall structure thin film of C-Cr on Si surface tobe done was with x-ray diffraction which was C and Cr. The crystall size and strain of C-Cr thin film was 18.40 A and strain 17.78 %. The measurement electrical properties on deposition of C-Cr and without deposition as follow conductance and capacitance. The result indicated, that conductance of C-Cr thin film and capacitance decreased with increasing of frequence and also pellet shape of C- Cr and C substract. The result of surface morphology with SEM, indicate to had became of thin film C-Cr on the Si surface. The examine thin film tobe done for know what the thin film of C-Cr was shaped with find out C and Cr on the Si substrate surface. From Raman spectrum tobe find out wave number on the peak 520.56 cm-1, indication that interaction between C and Cr, so that peeak which visible was pek of C.Key word : Thin film, X-ray diffraction, Conductance, Surface, Raman
Serangan Korosi Sumuran pada Tube Heat Exchanger di Kilang Pengolahan Minyak Sunandrio, Hadi; -, Sutarjo
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 3 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : Deputi TIRBR-BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649.999 KB) | DOI: 10.29122/mipi.v8i3.3665

Abstract

Alat penukar panas (Heat Exchanger) adalah suatu alat yang berfungsi untuk menaikkan temperatur. Apabila salah satu komponen dari Heat Exchangertersebut mengalami kerusakan, maka temperatur yang diinginkan tidak akan tercapai. Salah satu dari tube heat exchanger yang ada di Kilang Pengolahan Minyak mengalami kerusakan berupa putus akibat terkorosi. Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian yang meliputi : pemeriksaan visual, metalografi, uji kekerasan, analisa komposisi kimia, dan analisa EDAX. Maka diketahui bahwatube Heat Exchanger telah mengalami serangan korosi sumuran (pitting corrosion) pada permukaan dalam dan luar tube. Terjadinya serangan korosi sumuran, karena pada permukaan dalam dan luar tube terlapisi oleh deposit yang cukup tebal dan mengandung unsur-unsur Sulphur (S) dan Chlor (Cl) yang dapat memicu timbulnya serangan korosi sumuran (pitting corrosion), hingga tube mengalami penipisan di mana-mana dan putus.Kata kunci : Alat penukar panas, Tube, Endapan, Korosi sumuran, putus.AbstractHeat exchangers is a tool that serves to raise the temperature. If one component of the Heat Exchanger is damaged, then the desired temperature will not be reached. One of the tube heat exchanger that is in Oil Refinery suffered damage in the form of broken due to corroded. After examination and testing that includes visual inspection, metallography, hardness testing, chemical composition analysis, and analysis of EDAX. It is known that the tube Heat Exchanger has suffered attacks pitting corrosion on the surface of the inner and outer tube. Pitting corrosion attack, because the surface of inner and outer tube coated by a deposit that is thick and contains elements of Sulphur (S) and Chlor (Cl) which can lead to pitting corrosion attack, to experience thinning tube where everywhere and brokenKeyword : Heat exchanger, Tube, Deposit, Pitting corrosion, Broken.
Potensi Silika Kuarsa Lokal sebagai Filler Kompon Karet dalam Pembuatan Balon Peluncur Kapal Hamzah, Moh.; A., Mahendra; Kalembang, Eryanti
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 3 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : Deputi TIRBR-BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (741.224 KB) | DOI: 10.29122/mipi.v8i3.3666

Abstract

Secara praktis material karet untuk produk barang teknik memerlukan sejumlah bahan lain sebagai bahan tambahan yang mampu meningkatkan kemampuan proses, nilai karakteristik teknis dan memperpanjang waktu pakai. Bahan filler digunakan untuk meningkatkan karateristik teknis terkait dengan karakteristik karet. Salah satu filler yang sering diaplikasikan adalah silika, namun dalam bentuk teraktivasi. Beberapa penelitian menunjukan bahwa filler silika mampu mempengaruhi karakteristik seperti tensile strength, abrasion and tear resistance. Penggunaan filler silika pada balon peluncur kapal juga meningkatkan kinerja wet traction, dan wear resistance serta mengurangi dampak rolling resitance. Untuk mengaplikasikan silika kuarsa sebagai filler karet maka perlu mengaktivasi permukaan silika kuarsa antara lain dengan cara nanosizing atau memodifikasi permukaan silika melapisi dengan silane-69 atau PEG-4000. Saat ini produk silika lokal yang dihasilkan belum memenuhi spesifikasi silika berukuran sub mikron seperti yang dibutuhkan oleh pasar, umumnya produksi silika lokal berukuran ≥ 30 μm. Oleh karena itu utilisasi kapasitas produksi industri silika lokal belum maksimal, baru 50%. Dengan adanya sentuhan teknologi diharapkan dapat memaksimalkan potensi silika lokal.Kata kunci : Nanosilika, Balon peluncur kapal, Filler kompon karet, SilikaAbstractPractically rubber material for engineering goods requires a number of other ingredients as additives that can improve the ability of the process, the value of the technical characteristics and extend the lifetime. Filler material is used to improve the technical characteristics related to the characteristics of the rubber. One of the frequently applied filler is silica, but in the activated form. Several studies have shown that the silica filler capable of affecting characteristics such as tensile strength, abrasion and tear resistance. The use of silica filler on the balloon launcher ships also improves wet traction performance and wear resistance and reduce the impact of rolling resitance. To apply as a quartz silica filler rubber it is necessary to activate the surface of silica quartz, among others, by the way nanosizing or modify the silica surface with silane coat-69 or PEG- 4000. Currently local silica products produced not meet the specifications of sub- micron sized silica as required by the market, local silica production generally sized ≥ 30 lm. Therefore, industrial production capacity utilization is not maximized local silica, 50% new. With the touch technology is expected to maximize the potential of local silica.Keywords : Nanosilika, Balloon launcher boats, Rubber compound filler, Silica
Chelation and Metal-Ion Complex Formation of Chitosan Treated Cotton Sudirman Habibie
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 3 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/mipi.v8i3.3652

Abstract

Chitin dan chitosan adalah bahan “chelate” yang sangat kuat untuk ion transisi logam terutama tembaga, nikel dan merkuri, dan sifat-sifat ini yang akan intensif di bahas. Pada studi ini kain kapas (cotton) dikerjakan dengan larutan chitosan-asam polikarboksilat untuk memperoleh kain kapas-chitosan yang mengandung gugus group karboksilat (-COOH) dan gugus amina (-NH2) fungsional. Penggunaan asam polykarboksilat (asam sitrat dan maleik) pada pelarutan chitosan menghasilkan group karboksil 0,5 meqs/g pada kain yang dicelup dengan larutan chitosan asam karboksilat. Kemudian kain kapas yang telah mengandung gugus karboksilat dan gugus amina ini dicelupkan pada larutan garam logam (garam tembaga dan seng). Terbukti bahwa larutan garam tembaga (copper) memberikan warna biru pada kain, hal ini mengindikasikan telah terjadi reaksi kompleks atau “Chelate”. Implikasi dari hasil ini maka diperkirakan kandungan group karboksil dan amina ini akan mempengaruhi pada pencelupan kain, namun hal ini tidak diuji.Kata kunci : Chitosan, Kain Kapas, Chelate, Asam asetat, Asam citrate, Asam maleik, Tembaga sulphate, Tembaga acetate.AbstractChitin and chitosan are powerfull chelating agents for transition metal ions, particularly copper, nickel and mercury, and these properties have been extensively reviewed. In this study, cotton fabric has been treated with chitosan- polycarboxylic acid solution to form chitosan treated cotton fabric containing carboxyl (-COOH) and amine (-NH2) functional groups. The use of polycarboxylic acids (citric and maleic acids) to dissolve chitosan has given carboxyl groups 0.5 meqs/g into chitosan treated cotton fabrics. Instead, the complexing of the treated cotton samples with copper and zinc salts was examined. The copper salt solutions gave blue fabrics confirming easily that complexing or chelation had occurred. There are implications for dyeing cotton making use of these groups but this was not investigated.Keyword : Chitosan, Cotton fabric, Chelation, Acetic acid, Citric acid, Maleic acid, Copper (II) sulphate, Copper (II) acetate.
Fabrikasi Lapisan Tipis C-Cr pada Permukaan Si dengan Menggunakan Metode Sputtering P. Purwanto; Yunasfi -; Salim Mustofa
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 3 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/mipi.v8i3.3664

Abstract

Telah dilakukan pembuatan lapisan tipis karbon-krom (C-Cr) pada permukaan Si. Pelapisan C-Cr pada permukaan Si merupakan eletrode dalam bentuk lapisan tipis. Pengukuran struktur kristal lapisan tipis C-Cr pada permukaan Si dilakukan dengan difraksi sinar-x, pola difraksi yang nampak yaitu puncak C dan Cr. Ukuran kristalit dan regangan lapisan tipis C-Cr yaitu 18,40 A dan regangan 17,78 %. Pengukuran sifat listrk pada pelapisan karbon-krom (C- Cr) dan tanpa pelapisan meliputi konduktansi dan kapasitansi. Dari hasil pengukuran menunjukkan konduktansi lapisan tipis C-Cr dan kapasitansi menurun dengan kenaikan frekuensi, begitu juga dalam bentuk pellet C-Cr dan substrat Si. Hasil analisis permukaan dengan SEM menunjukkan lapisan tipis C- Cr. Pengujian lapisan tipis ini dilakukan guna mengetahui terbentuknya lapian tipis C-Cr dengan ditemukannnya unsur C dan Cr pada permukaan substrat Si. Dari spektrum Raman diperoleh panjang gelombang pada puncak yaitu 538 cm- 1. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara C dan Cr, sehingga puncak yang nampak adalah puncak karbon.Kata kunci : Lapisan tipis, Difraksi sinar-x, Konduktasni, Permukaan, Raman.AbstractTo had been done to make thin film of C-Cr on Si surface. Deposition carbon-chrom ( C-Cr ) on Si surface was electrode shape in the thin film. The measurement ctystall structure thin film of C-Cr on Si surface tobe done was with x-ray diffraction which was C and Cr. The crystall size and strain of C-Cr thin film was 18.40 A and strain 17.78 %. The measurement electrical properties on deposition of C-Cr and without deposition as follow conductance and capacitance. The result indicated, that conductance of C-Cr thin film and capacitance decreased with increasing of frequence and also pellet shape of C- Cr and C substract. The result of surface morphology with SEM, indicate to had became of thin film C-Cr on the Si surface. The examine thin film tobe done for know what the thin film of C-Cr was shaped with find out C and Cr on the Si substrate surface. From Raman spectrum tobe find out wave number on the peak 520.56 cm-1, indication that interaction between C and Cr, so that peeak which visible was pek of C.Key word : Thin film, X-ray diffraction, Conductance, Surface, Raman
Serangan Korosi Sumuran pada Tube Heat Exchanger di Kilang Pengolahan Minyak Hadi Sunandrio; Sutarjo -
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 3 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/mipi.v8i3.3665

Abstract

Alat penukar panas (Heat Exchanger) adalah suatu alat yang berfungsi untuk menaikkan temperatur. Apabila salah satu komponen dari Heat Exchangertersebut mengalami kerusakan, maka temperatur yang diinginkan tidak akan tercapai. Salah satu dari tube heat exchanger yang ada di Kilang Pengolahan Minyak mengalami kerusakan berupa putus akibat terkorosi. Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian yang meliputi : pemeriksaan visual, metalografi, uji kekerasan, analisa komposisi kimia, dan analisa EDAX. Maka diketahui bahwatube Heat Exchanger telah mengalami serangan korosi sumuran (pitting corrosion) pada permukaan dalam dan luar tube. Terjadinya serangan korosi sumuran, karena pada permukaan dalam dan luar tube terlapisi oleh deposit yang cukup tebal dan mengandung unsur-unsur Sulphur (S) dan Chlor (Cl) yang dapat memicu timbulnya serangan korosi sumuran (pitting corrosion), hingga tube mengalami penipisan di mana-mana dan putus.Kata kunci : Alat penukar panas, Tube, Endapan, Korosi sumuran, putus.AbstractHeat exchangers is a tool that serves to raise the temperature. If one component of the Heat Exchanger is damaged, then the desired temperature will not be reached. One of the tube heat exchanger that is in Oil Refinery suffered damage in the form of broken due to corroded. After examination and testing that includes visual inspection, metallography, hardness testing, chemical composition analysis, and analysis of EDAX. It is known that the tube Heat Exchanger has suffered attacks pitting corrosion on the surface of the inner and outer tube. Pitting corrosion attack, because the surface of inner and outer tube coated by a deposit that is thick and contains elements of Sulphur (S) and Chlor (Cl) which can lead to pitting corrosion attack, to experience thinning tube where everywhere and brokenKeyword : Heat exchanger, Tube, Deposit, Pitting corrosion, Broken.
Potensi Silika Kuarsa Lokal sebagai Filler Kompon Karet dalam Pembuatan Balon Peluncur Kapal Moh. Hamzah; Mahendra A.; Eryanti Kalembang
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 3 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/mipi.v8i3.3666

Abstract

Secara praktis material karet untuk produk barang teknik memerlukan sejumlah bahan lain sebagai bahan tambahan yang mampu meningkatkan kemampuan proses, nilai karakteristik teknis dan memperpanjang waktu pakai. Bahan filler digunakan untuk meningkatkan karateristik teknis terkait dengan karakteristik karet. Salah satu filler yang sering diaplikasikan adalah silika, namun dalam bentuk teraktivasi. Beberapa penelitian menunjukan bahwa filler silika mampu mempengaruhi karakteristik seperti tensile strength, abrasion and tear resistance. Penggunaan filler silika pada balon peluncur kapal juga meningkatkan kinerja wet traction, dan wear resistance serta mengurangi dampak rolling resitance. Untuk mengaplikasikan silika kuarsa sebagai filler karet maka perlu mengaktivasi permukaan silika kuarsa antara lain dengan cara nanosizing atau memodifikasi permukaan silika melapisi dengan silane-69 atau PEG-4000. Saat ini produk silika lokal yang dihasilkan belum memenuhi spesifikasi silika berukuran sub mikron seperti yang dibutuhkan oleh pasar, umumnya produksi silika lokal berukuran ≥ 30 μm. Oleh karena itu utilisasi kapasitas produksi industri silika lokal belum maksimal, baru 50%. Dengan adanya sentuhan teknologi diharapkan dapat memaksimalkan potensi silika lokal.Kata kunci : Nanosilika, Balon peluncur kapal, Filler kompon karet, SilikaAbstractPractically rubber material for engineering goods requires a number of other ingredients as additives that can improve the ability of the process, the value of the technical characteristics and extend the lifetime. Filler material is used to improve the technical characteristics related to the characteristics of the rubber. One of the frequently applied filler is silica, but in the activated form. Several studies have shown that the silica filler capable of affecting characteristics such as tensile strength, abrasion and tear resistance. The use of silica filler on the balloon launcher ships also improves wet traction performance and wear resistance and reduce the impact of rolling resitance. To apply as a quartz silica filler rubber it is necessary to activate the surface of silica quartz, among others, by the way nanosizing or modify the silica surface with silane coat-69 or PEG- 4000. Currently local silica products produced not meet the specifications of sub- micron sized silica as required by the market, local silica production generally sized ≥ 30 lm. Therefore, industrial production capacity utilization is not maximized local silica, 50% new. With the touch technology is expected to maximize the potential of local silica.Keywords : Nanosilika, Balloon launcher boats, Rubber compound filler, Silica
Karakterisasi Pipa Baja Karbon Rendah Dalam Pendekatan Analisa Kegagalan Mawardi Silaban
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 3 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/mipi.v8i3.3672

Abstract

Penelitian ini dilakukan terhadap material pipa baja karbon rendah yang digunakan pada ketel uap setelah dioperasikan sekitar satu tahun. Selanjutnya dilakukan karakterisasi terhadap benda uji pipa gagal dan pipa yang baru dengan tujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana perubahan yang terjadi pada komposisi, dimensi, kekerasan dan struktur mikro dengan cara membandingkan keduanya. Dari uji metalographi, Scanning Electron Microscope (SEM), analisa mikro dengan Energy Dispersive Spectroscopy (EDS), struktur mikro awal adalah ferit-perlit. Pada suhu tinggi terjadi proses oksidasi, sehingga struktur mikro bahan berubah dari bentuk ferit-perlit menjadi struktur ferit dengan diameter butir yang membesar. Kegagalan pipa ketel uap diawali dengan terbentuknya lapisan deposit yang menempel pada permukaan dalam, yang mengakibatkan proses pindah panas ke air terganggu. Pada keadaan seperti ini suhu pipa akan semakin meningkat seiring dengan laju pembentukan deposit. Dan pada suhu diatas 5400C terjadi proses dekomposisi fasa perlit menjadi ferit + spheroidal carbides. Pada proses ini akan menyebabkan kekuatan pipa menjadi berkurang (baja menjadi lunak), sehingga pada tekanan uap sekitar 2 bar akan dapat menyebabkan terjadinya deformasi sehingga mengakibatkan pipa menjadi menggelembung.Kata kunci : Pipa ketel uap, Struktur mikro, Deposit, Menggelembung, Diameter butirAbstractThis research was carried out on low carbon steel pipe materials used in the boiler after about a year to operate . Further characterization of the test specimen failed pipe and the new pipe with the aim to identify the extent to which changes in the composition , dimensions , hardness and microstructure by comparing the two. Of test metalographi , Scanning Electron Microscope ( SEM ) , micro analysis by Energy Dispersive Spectroscopy ( EDS ) , the initial microstructure is ferrite - pearlite . At high temperature oxidation process occurs , so that the microstructure of the material changes from ferrite - pearlite forms into a structure ferrite grain diameter enlarged . Boiler pipe failure begins with the formation of the deposit layer attached to the inner surface , which results in the process of heat transfer to the water disturbed . In these circumstances the temperature of the pipe will increase along with the rate of deposit formation . At temperatures above 5400C occur decomposition into ferrite + pearlite phase spheroidal carbides . In this process will lead to the strength of the pipe to be reduced (steel becomes soft) , so that the vapor pressure of approximately 2 bar will cause deformation resulting in the pipe becomes bulging .Keywords : Steam boiler tube, Micro structure, Scale, Bulging, Grain diameter

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2014 2019


Filter By Issues
All Issue Vol. 16 No. 3 (2022): Majalah Ilmiah Pengkajain Industri Vol. 16 No. 2 (2022): Majalah Ilmiah Pengkajain Industri Vol. 16 No. 1 (2022): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 15 No. 2 (2021): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 15 No. 1 (2021): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 14 No. 3 (2020): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 14 No. 2 (2020): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 14, No 1 (2020): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 14 No. 1 (2020): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 13 No. 3 (2019): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 13, No 3 (2019): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 13, No 2 (2019): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 13 No. 2 (2019): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 13, No 1 (2019): MAJALAH ILMIAH PENGKAJIAN INDUSTRI Vol. 13 No. 1 (2019): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 12, No 3 (2018): VOL 12, NO 3 (2018): MAJALAH ILMIAH PENGKAJIAN INDUSTRI Vol. 12 No. 3 (2018): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 12, No 3 (2018): MAJALAH ILMIAH PENGKAJIAN INDUSTRI Vol 12, No 2 (2018): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 12 No. 2 (2018): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 12, No 2 (2018): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 12, No 1 (2018): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 12, No 1 (2018): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 12 No. 1 (2018): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 11, No 3 (2017): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 11, No 3 (2017): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 11 No. 3 (2017): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 11 No. 2 (2017): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 11, No 2 (2017): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 11, No 2 (2017): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 11, No 1 (2017): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 11 No. 1 (2017): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 11, No 1 (2017): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 10, No 3 (2016): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 10 No. 3 (2016): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 10, No 3 (2016): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 10, No 2 (2016): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 10 No. 2 (2016): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 10, No 2 (2016): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 10, No 1 (2016): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 10 No. 1 (2016): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 10, No 1 (2016): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 9 No. 2 (2015): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 9, No 3 (2015): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 9, No 3 (2015): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 9 No. 3 (2015): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 9, No 2 (2015): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 9, No 2 (2015): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 9, No 1 (2015): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 9, No 1 (2015): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 9 No. 1 (2015): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 8, No 3 (2014): MAJALAH ILMIAH PENGKAJIAN INDUSTRI Vol. 8 No. 3 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 8, No 2 (2014): MAJALAH ILMIAH PENGKAJIAN INDUSTRI Vol. 8 No. 2 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 1 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 8, No 1 (2014): MAJALAH ILMIAH PENGKAJIAN INDUSTRI Vol 7, No 1 (2013): MAJALAH ILMIAH PENGKAJIAN INDUSTRI Vol. 7 No. 1 (2013): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri More Issue